JASA - JASA 5.38 Tekstil, Brg. kulit Alas kaki 12,99

RENCANA S TRA TE GIS KEMENTERIAN P ERINDUS TRIAN 2010 - 2014 | 1 7 Tabel 1.2 Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional No LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 364.169,3 1 3,13 433.223,4 12,97 541.931,5 13,72 716.065,3 14,46 858.252,0 15,29 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 309.014,1 11,14 366.520,8 10,98 440.609,6 11,15 540.605,3 10,92 591.531,7 10,54 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 760.361,3 27,41 919.539,3 27,54 1.068.653,9 27,05 1.380.713,1 27,89 1.480.905,4 26,38

a. Migas 138.440,9

5,63 172.094,9 5,15 182.324,3 4,61 242.043,0 4,89 213.706,5 3,81

b. Non Migas

621.920,4 21,78 747.444,4 22,38 886.329,6 22,43 1.138.670,1 23,00 1.267.198,9 22,57 4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 26.693,8 0,96 30.354,8 0,91 34.723,8 0,88 40.846,7 0,82 46.823,1 0,83 5 KONSTRUKSI 195.110,6 7,03 251.132,3 7,52 304.996,8 7,72 419.642,4 8,48 554.982,2 9,89 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 431.620,2 15,56 501.542,4 15,02 592.304,1 14,99 691.494,7 13,97 750.605,0 13,37 7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 180.584,9 6,51 231.523,5 6,93 264.263,3 6,69 312.190,2 6,31 352.407,2 6,28 8 KEUANGAN, REAL ESTAT JASA PERSH. 230.522,7 8,31 269.121,4 8,06 305.213,5 7,73 368.129,7 7,43 404.116,4 7,20 9 JASA - JASA 276.204,2 9,96 336.258,9 10,07 398.196,7 10,08 481.669,9 9,73 573.818,7 10,22 10 PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.774.281,1 100,00 3.339.216,8 100,00 3.950.893,2 100,00 4.951.356,7 100,00 5.613.441,7 100,00 11 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 2.458.234,3 88,61 2.967.040,3 88,85 3.534.406,5 89,46 4.427.193,3 89,,41 5.146.512,1 91,68 Sumber : BPS diolah Kemenperin Angka Sementara, Angka Sangat Sementara 18 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Dampak krisis fi nansial global sangat dirasakan oleh beberapa industri terutama yang melakukan ekspor dengan tujuan pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang akibat melemahnya pasar di negara tersebut. Produk yang terkena dampak cukup berarti antara lain: TPT, Produk Karet, Produk Kayu, serta Pulp dan Kertas, Minyak Sawit, dan produk-produk Logam. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan, mengalami pertumbuhan negatif karena sulitnya pasokan bahan baku dan menurunnya pasar ekspor. Kondisi yang sama juga terjadi pada Industri Kertas Barang Cetakan. Industri Makanan, Minuman Tembakau mengalami penurunan permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi melemahnya pasar global tersebut, berakibat terganggunya rencana perluasan investasi. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.3, semua cabang industri Pengolahan Non Migas mendapat tekanan hebat. Dari sembilan cabang industri yang mengalami pertumbuhan positif sampai tahun 2009 adalah Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami pertumbuhan sebesar 11,29 persen, Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 1,51 persen, Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 0,53 persen, Industri Kertas dan barang cetakan sebesar 6,27 persen dan Barang Lainnya 3,13 persen. Sedangkan beberapa cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009 adalah industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya yang mencapai -1,46 persen, Industri Semen dan Barang Galian bukan logam sebesar -0,63 persen dan Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Sedangkan cabang industri Logam Dasar Besi dan Baja mengalami penurunan terbesar dibanding cabang industri yang lain mencapai -4,53 persen. Tabel 1.3 Pertumbuhan PDB: tradables persen No LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2.82 2.72 3.36 3.47 4.83 4.13 a. Tanaman Bahan Makanan 2.89 2.60 2.98 3.35 6.06 4.71 b. Tanaman Perkebunan 0.40 2.48 3.79 4.55 3.67 2.46 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.35 2.13 3.35 2.36 3.52 3.72 d. K e h u t a n a n 1.28 -1.47 -2.85 -0.83 -0.03 1.51 e. P e r i k a n a n 5.56 5.87 6.90 5.39 5.07 5.20 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 19 No LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -4.48 3.20 1.70 1.93 0.68 4.37 a. Minyak dan gas bumi -4.32 -1.77 -1.07 -1.15 0.45 0.07 b. Pertambangan Bukan Migas. -7.96 12.24 4.84 5.27 -1.10 10.56 c. Penggalian. 7.46 7.69 8.33 8.53 7.51 7.04

3 INDUSTRI PENGOLAHAN

6.38 4.60 4.59 4.67 3.66 2.11 a. Industri M i g a s -1.95 -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2.21 1. Pengilangan Minyak Bumi -0.23 -5.00 -1.89 -0.13 0.92 0.48 2. Gas Alam Cair -3.22 -6.19 -1.48 -0.01 -1.30 -4.32 b. Industri bukan Migas

7.51 5.86

5.27 5.15

4.05 2.52

1. Makanan. Minuman dan Tembakau 1.39 2.75 7.21 5.05 2.34 11.29 2. Tekstil, Brg. kulit Alas kaki 4.06 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.53 3. Brg. kayu Hasil hutan lainnya. -2.07 -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.46 4. Kertas dan Barang cetakan 7.61 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.27 5. Pupuk, Kimia Barang dari karet 9.01 8.77 4.48 5.69 4.46 1.51 6. Semen Brg. Galian bukan logam 9.53 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.63 7. Logam Dasar Besi Baja -2.61 -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.53 8. Alat Angk., Mesin Peralatannya 17.67 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.94 9. Barang lainnya 12.77 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.13

4 LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH

5.30 6.30 5.76 10.33 10.92 13.78 a. L i s t r i k 5.13 6.68 6.36 7.64 6.65 6.96 b. Gas Kota 9.40 6.48 5.33 30.16 33.21 41.03 c. Air bersih 2.47 4.53 3.57 3.28 3.74 3.91 5 KONSTRUKSI 7.49 7.54 8.34 8.53 7.51 7.05 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 5.70 8.30 6.42 8.93 6.87 1.14 a. Perdagangan Besar dan Eceran 5.52 8.82 6.60 9.41 7.03 0.02 b. H o t e l 7.93 6.23 5.18 5.37 4.51 3.60 c. R e s t o r a n 6.08 5.88 5.75 7.08 6.58 7.53 7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 13.38 12.76 14.23 14.04 16.57 15.53 a. P e n g a n g k u t a n 8.76 6.25 6.61 2.82 2.74 5.46 1. Angkutan Rel -0.92 -2.98 6.44 1.28 14.31 -6.83 20 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 No LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2. Angkutan Jalan raya 4.99 4.84 4.93 3.71 4.93 5.67 3. Angkutan laut 3.63 8.75 7.24 -2.30 -5.05 -2.50 4. Angk. Sungai, Danau Penyebrangan 4.11 3.94 3.81 3.31 4.75 5.02 5. Angkutan Udara 30.07 10.42 10.65 8.02 5.32 11.65 6. Jasa Penunjang Angkutan 8.73 5.56 7.06 0.60 0.43 5.05 b. K o m u n i k a s i 22.88 24.58 26.03 28.74 31.04 23.80 8 KEUANGAN, REAL ESTAT JASA PERSH. 7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 a. B a n k 6.02 4.50 1.55 7.96 7.41 2.40 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 9.24 8.35 7.15 8.14 9.03 7.61 c. Jasa Penunjang Keuangan 9.18 6.66 7.55 9.68 3.40 7.00 d. Real Estate 8.89 8.17 8.47 7.85 8.88 5.24 e. Jasa Perusahaan 9.23 9.28 9.49 8.15 8.97 9.64 9 JASA – JASA 5.38 5.16 6.16 6.44 6.23 6.40 a. Pemerintahan Umum 1.65 1.90 3.96 5.43 4.46 5.10 1. Adm. Pemerintahan Pertahanan 1.46 1.81 3.74 5.15 4.07 4.91 2. Jasa Pemerintahan lainnya 2.00 2.06 4.34 5.92 5.12 5.43 b. S w a s t a 8.96 8.09 8.02 7.27 7.65 7.40 1. Sosial Kemasyarakatan 7.78 7.22 6.96 6.62 7.07 7.32 2. Hiburan dan Rekreasi 8.34 6.52 7.95 6.97 8.08 8.20 3. Perorangan dan Rumah tangga 9.51 8.62 8.45 7.56 7.82 7.34 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.55 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 5.97 6.57 6.11 6.95 6.46 4.93 Sumber : BPS, diolah Angka sementara, Angka sangat sementara Industri Non Migas terus mengalami penurunan sejak tahun 2005 sebagaimana dilihat pada Tabel 1.4. Dari tabel tersebut terdapat lima industri yang mengalami pertumbuhan negatif sampai dengan tahun 2009 yakni: Barang kayu Hasil Hutan Lainnya sebesar -1,46 persen; Semen Barang Galian bukan logam sebesar -0,63 persen; Logam Dasar Besi dan Baja sebesar -4,53 persen; serta Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Sedangkan cabang industri yang menunjukkan pertumbuhan RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 21 positif ada empat yakni Makanan, Minuman dan Tembakau 11,29 persen; Tekstil, Barang. Kulit Alas Kaki sebesar 0,53 persen; Kertas dan Barang Cetakan sebesar 6,27 persen; Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 1,51 persen; serta Barang Lainnya sebesar 3,13 persen. Tabel 1.4 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas No Cabang Industri Pertumbuhan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.39 2.75 7.21 5.05 2.34 11.29 2 Tekstil, Brg. kulit Alas kaki 4.06 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.53 3 Brg. kayu Hasil hutan lainnya. -2.07 -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.46 4 Kertas dan Barang cetakan 7.61 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.27 5 Pupuk, Kimia Barang dari karet 9.01 8.77 4.48 5.69 4.46 1.51 6 Semen Brg. Galian bukan logam 9.53 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.63 7 Logam Dasar Besi Baja -2.61 -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.53 8 Alat Angk., Mesin Peralatannya 17.67 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.94 9 Barang lainnya 12.77 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.13 Total Industri Pengolahan Non Migas

7.51 5.86

5.27 5.15

4.05 2.52

Sumber: BPS, diolah Angka sementara, Angka sangat sementara. Kondisi cabang-cabang industri masih menunjukkan kondisi tidak stabil pada tahun 2009, dimana ada lima cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif dan empat cabang industri yang positif. Terdapat dua industri yang mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup tinggi, untuk kenaikan terjadi pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 11,29 persen dan penurunan terjadi pada Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Alat Angkut, Mesin dan Peralatan yang semula membukukan pertumbuhan positif 9,79 persen pada tahun 2008, turun drastis menjadi -2,94 persen, kemudian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau pada tahun 2008 sebesar 2,34 persen menjadi 11,29 persen pada tahun 2009. Perkembangan Pertumbuhan Industri Pengolahan Migas Tahun Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.1 . 22 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas 2004-2009 Ditinjau dari realisasi investasi dalam negeri PMDN, sebagian besar Industri Manufaktur mengalami peningkatan realisasi investasi pada tahun 2009 dibanding tahun 2008, dengan nilai realisasi tertinggi pada cabang Industri Kimia dan Farmasi sebesar Rp 5.850,1 miliar diikuti dengan Industri Makanan sebesar Rp 5.768,5 miliar. Nilai realisasi Industri Makanan mengalami penurunan sangat besar pada tahun 2009 sebesar 29,6 persen dibanding tahun sebelumnya Tabel 1.5 dari Rp 8.192,9 miliar pada tahun 2008 hanya dibukukan senilai Rp 5.768,5 miliar di tahun 2009. Apabila ditinjau dari jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan, maka industri yang mencapai perkembangan signifi kan dibanding tahun 2008 adalah cabang Industri Tekstil, diikuti cabang Industri Karet dan plastik dan industri lainnya. RENCANA S TRA TE GIS KEMENTERIAN P ERINDUS TRIAN 2010 - 2014 | 2 3 Tabel 1.5 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Industri NO. SEKTOR 2004 2005 2006 2007 2008 2009 P I P I P I P I P I P I 1 Industri Makanan 28,0 3.507,9 35,0 4.490,8 19,0 3.175,3 27 5.371,7 49 8.192,9 34 5.768,5 2 Industri Tekstil 7,0 70,0 22,0 1.640,7 7,0 81,7 8 228,2 20 719,6 23 2.645,7 3 Ind. Barang Dari Kulit Alas Kaki 2,0 24,5 1,0 14,6 1,0 4,0 2 58,5 2 10,1 1 4,0 4 Industri Kayu 4,0 888,9 9,0 198,8 9,0 709,0 3 38,8 4 306,6 2 33,5 5 Ind. Kertas dan Percetakan 4,0 205,7 13,0 9.732,6 9,0 1.871,2 8 14.548,2 14 1.797,7 8 1.000,8 6 Ind. Kimia dan Farmasi 10,0 4.284,8 17,0 1.945,2 10,0 3.248,9 14 1.168,2 23 503,7 15 5.850,1 7 Ind. Karet dan Plastik 11,0 445,4 18,0 678,4 11,0 253,6 10 564,5 27 797,8 31 1.532,8 8 Ind. Mineral Non Logam 10,0 524,5 4,0 774,6 4,0 218,2 2 124,2 7 845,3 4 786,1 9 Ind. Logam, Mesin Elektronik 19,0 546,6 16,0 1.151,5 22,0 3.334,2 17 3.541,6 31 2.381,1 31 1.466,8 10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi Optik dan Jam 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 - - 2 7,0 - - 11 Ind. Kendaraan Bermotor Alat Transportasi Lain 1,0 19,6 6,0 284,6 4,0 116,6 8 609,4 6 314,7 3 66,5 12 Industri Lainnya 0,0 0,0 8,0 79,4 0,0 0,0 2 36,5 4 38,4 6 279,5 Jumlah 96,0 10.517,9 149,0 20.991,2 96 13,012.7 101 26,289.8 189 15,914.8 158 19,434.4 Sumber : BKPM 2009 CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknissektor, Investasi Porto folio Pasar Modal dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan. 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp Milyar. 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 31 Desember 2009. 24 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN per tahun dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Realisasi PMDN Industri milyar Rp Ditinjau dari realisasi nilai investasi PMA pada tahun 2009 menunjukkan penurunan dibanding tahun 2008, yakni dari sebesar US 4.515,2 menjadi US 3.831,1 Juta. Dari sejumlah tersebut, kontribusi investasi 3 besar pada tahun 2009 berada pada sub sektor Industri Kimia dan Farmasi dengan nilai US 1.183,1 juta, kemudian diikuti Industri Logam, Mesin Elektronika sebesar US 654,9 juta dan Industri Kendaraan Bermotor Alat Transportasi Lain sebesar US 583,4 juta Tabel 1.6. Jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan untuk investasi PMA rata-rata meningkat pada tahun 2009 terkecuali Industri Makanan yang mengalami penurunan sejumlah 7 izin usaha. Total izin yang dikeluarkan adalah sejumlah 474 izin pada tahun 2009 dibandingkan 495 izin pada tahun 2008 atau terjadi penurunan realisasi pemberian izin usaha sebesar 4,24 persen dan secara nilai investasi terjadi penurunan sebesar 15,15 persen. RENCANA S TRA TE GIS KEMENTERIAN P ERINDUS TRIAN 2010 - 2014 | 2 5 Tabel 1.6 Perkembangan Realisasi Investasi PMA NO. SEKTOR 2004 2005 2006 2007 2008 2009 P I P I P I P I P I P I 1 Industri Makanan 29,0 574,3 46 603.2 45 354.4 53 704.1 42 491.4 49 552.1 2 Industri Tekstil 24,0 165,5 31 71.1 61 424.0 63 131.7 67 210.2 66 251.4 3 Ind. Barang Dari Kulit Alas Kaki 6,0 13,2 6 47.8 11 51.8 10 95.9 20 145.8 21 122.6 4 Industri Kayu 6,0 4,1 18 75.5 18 58.9 17 127.9 19 119.5 18 62.1 5 Ind. Kertas dan Percetakan 16,0 414,5 6 9.9 16 747.0 11 672.5 15 294.7 18 68.7 6 Ind. Kimia dan Farmasi 39,0 614,1 41 1,152.9 32 264.6 32 1,611.7 42 627.8 41 1,183.1 7 Ind. Karet dan Plastik 16,0 81,0 27 392.6 33 112.7 36 157.9 50 271.6 42 208.1 8 Ind. Mineral Non Logam 10,0 108,1 11 66.2 7 94.8 6 27.8 11 266.4 8 19.5 9 Ind. Logam, Mesin Elektronik 51,0 312,8 87 521.8 86 955.7 99 714.1 141 1,281.4 121 654.9 10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi Optik dan Jam 4,0 13,0 2 3.1 1 0.2 1 10.9 7 15.7 5 5.1 11 Ind. Kendaraan Bermotor Alat Transportasi Lain 22,0 402,6 31 360.6 28 438.5 38 412.3 47 756.2 52 583.4 12 Industri Lainnya 25,0 101,4 29 195.9 25 117.1 24 30.2 34 34.7 33 120.1 Jumlah 248,0 2.804,6 335 3,500.6 363 3,619.7 390 4,697.0 495 4,515.2 474 3,831.1 Sumber : BKPM 2009 CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknissektor, Investasi Porto folio Pasar Modal dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan. 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam US Juta. 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 31 Desember 2009. 26 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Perkembangan Realisasi Investasi PMA per tahun dapat dilihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.3 Realisasi PMA Industri US juta Sektor industri masih didominasi oleh industri padat tenaga kerja yang memiliki rantai pendek sehingga penciptaan nilai tambah juga relatif kecil. Industri dimaksud lebih menekankan penggunaan tenaga manusia untuk melakukan pemrosesan tahap awal yang berupa sedikit peningkatan mutu komoditas tanpa mengubah menjadi produk olahan. Pasar tujuan masih tertuju pasar-pasar tradisional existing market seperti ke Singapura, Amerika Serikat yang hanya menyerap komoditas dengan nilai tambah kecil yang kurang menguntungkan bagi Indonesia. Berbagai permasalahan dihadapi atas kondisi ini baik dari sisi eksternal maupun internal. Permasalahan eksternal dihasilkan dari taktik perdagangan negara pembeli yang memiliki posisi rebut tawar bargaining power lebih tinggi sehingga memiliki kekuatan penekan untuk mengatur, kampanye negatif yang menunjukkan seakan Indonesia tidak mampu menjadi negara industri pengolah, dan penerapan hambatan perdagangan. Perlakuan tidak berkeadilan atas praktek hambatan perdagangan yang memaksa secara sepihak negara berkembang membuka pasar domestik atas pasar produk negara maju terutama Amerika Serikat, membuat industri negara berkembang yang baru tumbuh menjadi kalah bersaing ketika berhadapan dengan produk industi maju. Semua hambatan tarif di negara berkembang dipaksa dihapuskan hingga membuka luas pasar produk Pertanian. Namun sebaliknya, Amerika Serikat dan Eropa melakukan subsidi sektor Pertanian di negara mereka, bahkan RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 27 industri maju meminta liberalisasi industri Kimia, Elektronik, maupun Keuangan. Inilah distorsi perdagangan global yang masih menjadi tantangan negara berkembang termasuk Indonesia. Walaupun sekarang negara yang tergabung pada BRICS Brazil, Rusia, India, China telah memiliki kekuatan dan menuntut World Trade Organization WTO lebih berlaku adil dan memberlakukan akses pada produk-produk negara berkembang, namun realisasinya belum secara nyata terwujud. Memang terdapat beberapa permasalahan dari kemampuan Sumber Daya Manusia terutama dalam pengolahan produk atau penanganan lepas panen, hambatan teknologi pengolahan processing, permodalan untuk industri padat modal, integrasi hulu dan hilir. Permasalahan generik yang ditemukan hampir di semua lokasi terdiri empat hal pokok, yakni: rantai pasokan, sarana dan prasarana, permodalan, dan kemampuan sumber daya manusia. Beberapa kondisi khusus diantaranya pemasaran, hubungan industri kecil menengah dan industri besar, dan kebijakan pemerintah.

3. Struktur Industri

Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi yang mendukung perkembangan sektor industri, yaitu Badan Usaha Milik Swasta BUMS, Badan Usaha Milik Negara BUMN, dan Pengusaha KecilMenengah, serta Koperasi Tabel 1.7. Jumlah Industri KecilMenengah sebesar 3.755.238 juta unit usaha sedangkan industri besar berkisar 2.867 unit usaha. Bangun industri di Indonesia terdiri dari 45 persen merupakan industri berbasis sumber daya alam resources based industries, 17 persen merupakan industri padat orang labour intensives industries, sedangkan sisanya tersebar antara capital based industries, sciences based industries, dan di ff erentiated based industries. Pembangunan Industri diharapkan mampu mewujudkan perimbangan antara industri kecil-menengah dan industri besar. Industri berbasis padat modal dan teknologi difokuskan untuk menyeimbangkan industri yang berbasis Tenaga Kerja dan Sumber daya alam. Tabel 1.7 Struktur industri Indonesia, 2005 - 2009 Uraian Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 1 Unit UsahaUnit Unit 2.811.468,0 3.220.061,0 3.442.306,0 3.545.100 3.758.105 1.1 Industri Kecil Unit 2.795.237,0 3.200.620,0 3.422.672,0 3.526.420 3.739.507

1.2 Industri Menengah Unit

13.712,0 16.886,0 15.782,0 15.709 15.731 28 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Uraian Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 1.3 Industri Besar Unit 2.519,0 2.555,0 3.852,0 2.971 2.867 2 Tenaga Kerja Orang 10.971.630,0 12.597.214,0 13.223.776,0 13.424.341 13.987.659

2.1 Industri Kecil Orang

6.745.086,0 7.195.356,0 7.441.995,0 7.800.576 7.871.888

2.2 Industri Menengah Orang

140.992,0 175.901,0 190.936,0 190.696 201.966

2.3 Industri Besar Orang

4.085.552,0 5.011.535,0 5.590.844,0 5.433.069 5.913.805 3 PDB adhk2000 Mil Rp 491.422,0 514.192,0 538.078,0 557.766 570.629

3.1 Industri Kecil Mil Rp

64.073,1 66.271,5 69.350,0 71.887 73.545

3.2 Industri Menengah Mil Rp

59.726,0 62.034,7 64.916,4 67.292 68.843

3.3 Industri Besar Mil Rp

367.622,8 385.886,0 403.811,5 418.587 428.241 Sumber: BPS diolah Kemenperin Angka Sementara, Perkiraan Kriteria:  Industri Kecil: penjualan tahun 1 Milyar Rupiah  Industri Menengah: penjualan tahun 1 – 10 Milyar Rupiah  Industri Besar: penjualan tahun 10 Milyar Rupiah Ditinjau dari peranan cabang industri, cabang-cabang Industri Pengolahan Non Migas yang memberikan kontribusi tinggi terhadap PDB adalah cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 33,19 persen. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 27,32 persen, Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,84 persen, serta cabang industri lainnya memiliki peran di bawah 10 persen, sebagaimana tersaji pada Tabel 1.8. Tabel 1.8 Peranan Cabang Industri terhadap Total Sektor Industri CABANG INDUSTRI 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 29,73 28,58 28,46 29,80 30,40 33,19

2. Tekstil, Brg. kulit Alas kaki 12,99

12,40 12,06 10,56 9,21 9,19 3. Brg. kayu Hasil hutan lainnya. 5,68 5,67 5,97 6,19 6,43 6,32

4. Kertas dan Barang cetakan 5,64

5,45 5,30 5,12 4,56 4,82 5. Pupuk, Kimia Barang dari karet 11,64 12,25 12,59 12,50 13,53 12,84

6. Semen Brg. Galian bukan logam 3,92

3,95 3,88 3,70 3,53 3,43 7. Logam Dasar Besi Baja 2,94 2,96 2,77 2,58 2,57 2,11

8. Alat Angk., Mesin Peralatannya 26,54

27,81 28,02 28,69 28,97 27,32 9. Barang lainnya 0,92 0,93 0,95 0,85 0,80 0,77 Industri tanpa Migas 100,00 100,00 100.0 100.0 100.0 100.0 Sumber: BPS diolah Kemenperin Angka Sementara Angka Sangat Sementara RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 29

4. Persebaran Lokasi dan Konsentrasi Pertumbuhan Industri

Kontribusi industri selama ini masih disumbang sebesar 75 persen dari industri-industri yang berada di Pulau Jawa dan sisanya di luar Pulau Jawa dan Bali. Hal ini dapat dimengerti karena persebaran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Lokasi industri untuk Pulau Jawa, berada di Jawa Tengah sebesar 38.71 persen, diikuti Jawa Timur 31,05 persen dan Jawa Barat sebesar 21,29 persen Tabel 1.9. Sedangkan di luar Pulau Jawa, terkonsentrasi di Sumatera. Selain kedua daerah tersebut juga terdapat kawasan-kawasan lainnya, antara lain: Kawasan Timur Indonesia, Maluku, dan Papua. Industri yang berada di Maluku dan Papua memiliki tingkat pertumbuhan industri terkecil kedua, dimana pertumbuhan industri terkecil terletak di kawasan pulau Bali, NTB, NTT. Share wilayah terhadap PDB Industri dan persebarannya dapat dilihat pada Gambar 1.4 dan 1.5. Secara lebih lengkap, persebaran industri di Luar Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 1.10 . Gambar 1.4 Share Wilayah terhadap PDB Industri Indonesia Tabel 1.9 Persebaran Industri di Pulau Jawa Jawa PDRB IND T Rp Unit Usaha Persen Share thd PDB Ind Banten 92,52 78.959 3.65 7,37 Jawa Barat 345,6 460.341 21.29 27,52 DKI Jakarta 158,1 37.749 1.75 12,59