Masalah Eksternal Industri Penyebaran Teknologi secara nyata lebih efektif melalui

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 15 9. Kurangnya keberpihakan serta kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri. 10. Belum tersedianya perbankan yang khusus ditunjuk pemerintah untuk pembangunan industri per sektor misalnya: bank khusus untuk agro, untuk industri, untuk migas, untuk IKM, dan lain sebagainya, dengan tingkat bunga kompetitif. 11. Belum terjalinnya komunikasihubungan yang intensif antara hasil riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri lokal.

1. Perkembangan Industri Indonesia

Secara kumulatif petumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2008 berada pada angka 6,01 persen Tabel 1.1, lebih rendah dari target APBN sebesar 6,4 persen. Pencapaian pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun 2009 jauh lebih rendah yakni sebesar 4,55 persen. Kondisi ini terjadi akibat tekanan global karena kasus di Amerika Serikat dan akumulasi permasalahannya. Pertumbuhan sektor ekonomi tertinggi tahun 2009 disumbang oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 15,53 persen yang berarti menurun dibandingkan tahun 2008 sebesar 16,57 persen, diikuti Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 13,78 persen yang meningkat dari tahun 2008 sebesar 10,92 persen. Namun, terjadi penurunan pertumbuhan pada Industri Pengolahan sebesar 1,55 persen dibandingkan tahun 2008 yakni semula tercatat 3,66 persen, menjadi hanya 2,11 persen pada tahun 2009. Secara keseluruhan terjadi penurunan pertumbuhan, terkecuali pada sektor Pertambangan, Listrik dan Gas, dan sektor Jasa-Jasa. Kondisi ini menunjukkan imbas krisis fi nansial global di tengah berbagai permasalahan yang masih dihadapi pada lapangan usaha sektor dimaksud. 16 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi tahun dasar 2000, persen LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN

PERIKANAN 2.82 2.72 3.36 3.47 4.83 4.13

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

-4.48 3.20 1.70 1.93 0.68 4.37

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

6.38 4.60 4.59 4.67 3.66 2.11

a. Industri Migas

-1.95 -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2,21

b. Industri Non Migas 7.51

5.86 5.27 5.15 4.05 2.52

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH

5.30 6.30 5.76 10.33 10.92 13.78

5. B A N G U N A N 7.49

7.54 8.34 8.53 7.51 7.05

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

5.70 8.30 6.42 8.91 6.87 1.14

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

13.38 12.76 14.23 14.04 16.57 15.53

8. KEUANGAN, PERSEWAAN JASA PERSH.

7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05

9. JASA - JASA 5.38

5.16 6.16 6.44 6.23 6.40 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.55 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 5.97 6.57 6.11 6.95 4.46 4.93 Sumber : BPS diolah Kemenperin Angka Sementara Angka Sangat Sementara

2. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi

Sampai dengan tahun 2009, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional Produk Domestik Bruto-PDB. Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2009 menyumbang sekitar 26,38 persen, diikuti oleh sektor Pertanian 15,29 persen dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,37 persen. Dari tahun 2005 sampai dengan 2009, kontribusi sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan rata- rata 27 persen, tetapi pada tahun 2009 turun mencapai 26,38 persen. Yang tampak memberikan kontribusi agak baik pada tahun 2009 adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Konstruksi serta Jasa- jasa, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2.