Peningkatan kadar etanol ini mungkin berkaitan dengan penggunaan substrat yang berbeda antara kedua ragi, maupun penambahan sukrosa dari cairan inokulum.
Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja kedua ragi ini, seperti perbedaan dalam penyerapan dan akumulasi ion magnesium yang berubah terhadap
waktu Małgorzata et al. 2006, kompetisi pada keadaan glukosa yang terbatas yang
tergantung kondisi aerobik atau anaerobik Postma et al. 1989, sistem penghasil etanol Candida utilis yang rumit seperti diperlukannya metode autoanaerobik, dan
adanya sistem represi etanol yang aktif pada fase stasioner Tomita et al. 2012, diperlukan penelitian yang lebih fokus dan terkontrol untuk mengetahui penyebab
sebenarnya dari kenaikan kadar etanol ini.
4.6. Pengaruh Perbandingan Pelarut pada Fermentasi
Ektraksi etanol secara simultan dapat meningkatkan produksi etanol karena transfer massa etanol dari kaldu fermentasi ke pelarut mengurangi inhibisi produk
Stang et al. 2001; Kim et al. 1999. Dalam penelitian ini, pengaruh perbandingan pelarut terhadap fermentasi diuji dengan memvariasikan volum pelarut. Setelah DAP
dan netralisasi, magnesium sulfat ditambahkan hingga konsentrasi 25 mM, lalu ditambahkan 30 ml campuran enzim, 0,5 g S. cerevisiae granular dan 1 ml inokulum
C. utilis inokulasi 1 hari serta biodiesel sawit sebagai pelarut. Kemudian,
fermentasi dilangsungkan selama 24 jam dalam inkubator pada 20
o
C. Hasil penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6. Pengaruh Perbandingan Pelarut pada Fermentasi dengan Co-kultur S. cerevisiae dan C. utilis Selama 24 Jam pada 20
o
C Dari Gambar 4.6, terlihat bahwa total etanol meningkat dengan penggunaan
pelarut biodiesel sawit dan seiring kenaikan volum pelarut walaupun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Kadar etanol kaldu fermentasi dan pelarut
mengalami penurunan seiring naiknya perbandingan pelarut. Hal ini disebabkan oleh pengenceran akibat semakin banyaknya pelarut. Dari kadar gulanya, tidak ada
perubahan berarti yang teramati. Peningkatan hasil etanol dan pengamatan langsung juga mengungkapkan
bahwa biodiesel sawit tidak mengalami masalah toksisitas maupun pembentukan emulsi. Di antara semua komponen biodiesel sawit, hanya metil laurat saja yang
diprediksi berpotensi menyebabkan toksisitas pada ragi Offeman et al. 2006; 2008; 2010, akan tetapi rendahnya konsentrasi metil laurat dan adanya magnesium dalam
1 2
3 4
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
K o
n se
n tr
as i
g L
Perbandingan pelarut
Gula Etanol kaldu
Etanol pelarut Total etanol 50 ml
Universitas Sumatera Utara
kaldu fermentasi mungkin mengurangi toksisitas komponen tersebut melalui pengurangan kelarutan komponen tersebut.
Pada perbandingan pelarut 0,5, perbandingan kadar etanol pelarut dan kaldu fermentasi sangat berbeda dari yang lain. Hal ini mungkin disebabkan tidak
tercapainya kesetimbangan sistem akibat berkumpulnya substrat di antara kedua fasa yang mungkin mengganggu kesetimbangan sistem Gambar 4.7. Substrat berupa
padatan yang terangkat selama fermentasi mungkin disebabkan pelepasan gas selama fermentasi.
Gambar 4.7. Pengumpulan Substrat di Atas Lapisan Kaldu, Baik Disertai Pelarut maupun Tanpa Pelarut
4.7. Pengaruh Daur Ulang pada Fermentasi