Eceng Gondok dalam Produksi Bioetanol Karakteristik dan Pola Perkembangbiakan Eceng Gondok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eceng Gondok dalam Produksi Bioetanol

Konversi biomassa lignoselulosa ke bahan bakar bio berpotensi mengamankan sekuritas energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca demi keberlangsungan lingkungan Wyman, 1999 dalam Kumar et al. 2009; Joshi et al. 2011. Eceng gondok, tersedia dalam jumlah banyak dan tidak diinginkan, cocok digunakan sebagai tanaman penghasil bioenergi karena bereproduksi dengan cepat, memiliki kandungan lignin rendah, resistan terhadap zat kimia, tidak kompetitif dengan tanaman pangan, dan memiliki kecenderungan polusi genetik yang rendah melalui penyerbukan silang antar tanaman pangan terkultivasi Patel, 2012; Bhattacharya dan Kumar, 2010; Mukhopadhyay dan Chatterjee, 2010. Kapabilitasnya menghasilkan etanol menyamai limbah pertanian, sesuai untuk produksi bahan bakar bio dan juga sebagai kandidat bahan baku industri penghasil lapangan kerja Mashima et al. 2008. Hronich et al. 2008 menyatakan bahwa penggunaan eceng gondok menjadi ekonomis pada biaya produksi sekitar 40 per ton massa kering. Produksi etanol sendiri diperkirakan meningkat tajam di masa depan, karena kemungkinan naiknya harga minyak, meningkatnya permintaan bahan bakar cair, peraturan pemerintahan yang menyarankan penggunaan bahan bakar bio Mandat E- Universitas Sumatera Utara 10, dan produksi bahan bioplastik dari etanol Nag, 2008; Neves et al. 2007. Di samping alasan-alasan di atas, mencampurkan etanol ke dalam bensin juga meningkatkan bilangan oktan bensin, dan memungkinkan pembakaran yang lebih sempurna Wyman 1994.

2.2. Karakteristik dan Pola Perkembangbiakan Eceng Gondok

Eceng gondok adalah tanaman akuatis terapung perenial yang berasal dari Brazil, basin Amazon, daerah ekuator, daerah tropis dan sub-tropis Amerika Selatan. Dengan daun yang lebar dan mengkilap, eceng gondok dapat mencapai tinggi 1 meter di atas permukaan air. Batangnya panjang, menggelembung dan berongga. Akarnya yang berbulu dan bebas bergantung berwarna ungu kehitaman. Satu tangkai tegak menyokong segerombol 8 – 15 bunga yang atraktif, kebanyakan berwarna lavender sampai merah jambu dengan enam kelopak seperti dalam Gambar 2.1 Patel, 2012; Flacker, 2004. Gambar 2.1. Spesies Eceng Gondok Umum USDA, 2012 Universitas Sumatera Utara Sebagai salah satu tanaman dengan laju pertumbuhan tercepat, eceng gondok berproduksi terutama melalui stolon yang membentuk anak tanaman. Eceng gondok juga dapat menghasilkan tanaman baru melalui fragmentasi pecah menjadi bagian kecil, membentuk tunas daun di pucuk dasar batang, dan memproduksi sejumlah besar bibit yang tahan hingga tiga puluh tahun. Eceng gondok umum Eichhornia crassipes tumbuh secara agresif, dan diketahui dapat melipat-gandakan populasinya dalam dua minggu Flacker, 2004. Dalam suatu studi, dua tanaman menghasilkan 1.200 anak tanaman dalam empat bulan. Satu tanaman dapat memproduksi 5.000 bibit dan unggas air memakan dan memindahkan bibit ke lokasi baru Anonim, 2012. Tanaman tropis ini menyebar ke berbagai bagian bumi di akhir abad ke-19 dan awal abad-20 Wilson et al. 2005. Semua usaha ilmuwan dan teknokrat di seluruh dunia untuk memberantas tanaman ini secara kimiawi dan biologis hanya membuahkan sedikit hasil Jafari, 2010. Adapun mudahnya adaptasi eceng gondok di habitat barunya dapat dilacak ke beberapa sifat Flacker, 2004; Soltan dan Rashed, 2003: 1. Eceng gondok berkembang-biak secara efektif melalui dua metode vegetatif. 2. Batangnya yang berongga dan terisi udara memudahkannya tetap terapung. 3. Daunnya yang menyerupai kipas mempermudah penyebarannya ke badan air ketika angin bertiup. 4. Jaringan akarnya yang berbulu memudahkan penyerapan nutrien dari air. Universitas Sumatera Utara 5. Eceng gondok dapat bertahan hidup di campuran logam berat dengan konsentrasi sampai 3 mgl.

2.3. Dampak Ekologi, Kimia – Fisik dan Utilisasi Eceng Gondok