5. Eceng gondok dapat bertahan hidup di campuran logam berat dengan konsentrasi sampai 3 mgl.
2.3. Dampak Ekologi, Kimia – Fisik dan Utilisasi Eceng Gondok
Keberadaan eceng gondok pada ekosistem yang dimasukinya bersifat merusak. Eceng gondok dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem dengan
mengganggu rantai makanan dan siklus nutrisi. Eceng gondok juga menutupi permukaan air dan menghalangi cahaya matahari. Ketika eceng gondok ataupun
tumbuhan yang diganggunya membusuk, pembusukannya menghabiskan oksigen terlarut dalam air Patel, 2012; Flacker, 2004.
Pertumbuhan eceng gondok yang masif dan invasif juga berpengaruh pada kehidupan manusia. Terganggunya aktivitas pelayaran dan nelayan, sistem drainasi
yang tersumbat, serta menurunnya estetika dan nilai rekreasional lingkungan merupakan contoh gangguan yang disebabkan gulma ini Patel, 2012; Flacker, 2004.
Ketika tumbuh di luar kendali, eceng gondok merupakan gangguan, tetapi beberapa peneliti menyarankan penggunaan tanaman eksotis ini sebagai sumber daya
dapat dipanen, misalnya sebagai makanan hewan, sumber antioksidan, sumber antibiotik, biosorben, agen fitoremediasi, bahan pulp, pupuk organik, bahan
kerajinan tangan dan perabotan, bahan biofuel, dan untuk memproduksi enzim selulase Bhattacharya dan Kumar, 2010; Calvert, 2001; Patel, 2012; Chen et al.
2010; Cheng et al. 2010; Dada, 2002; Delgado et al. 1993; Flacker, 2004; Goswami
Universitas Sumatera Utara
dan Saikia, 1994; Hasan et al. 2007; Ibrahim et al. 2012; Jianbao et al. 2008; Ma et al
. 2010; Mahamadi, 2011; Mishima et al. 2008; Orth dan Sapkota, 1988; Yerima et al
. 2009; Yi et al. 2009. Akan tetapi, bahkan dengan banyaknya pemanfaatannya, sejauh ini dampak negatif tanaman ini ke habitat adopsinya masih jauh melampaui
kontribusinya ke lingkungan barunya Flacker, 2004. Dari segi komposisi kimianya, tanaman ini memiliki flavanoid, asam amino,
protein kasar, sianida, fosfat, zat organik dan karbon organik tinggi Nyananyo et al. 2007. Tanaman segar mengandung 95,5 kelembapan, 0,04 N, 1,0 abu, 0,06
P
2
O
5
, 0,20 K
2
O, 3,5 bahan organik. Pada basis kelembapan nol, terdapat 75,8 bahan organik, 1,5 N, dan 24,2 abu. Abu mengandung 28,7 K
2
O, 1,8 Na
2
O, 12,8 CaO, 21,0 Cl, dan 7,0 P
2
O
5
. Protein mentah mengandung, per 100 g, 0,72 g metionin, 4,72 g fenilalanin, 4,32 g treonin, 5,34 g lisin, 4,32 g isoleusin, 0,27 g
valin, dan 7,2 g leusin Matai dan Bagchi, 1980 dalam Jafari, 2010. Kuantitas hemiselulosa, selulosa dan lignin dari berbagai sumber ditunjukkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kandungan Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin Eceng Gondok Basis Kering
Komponen berat
Ahn et al
. 2012
Sornvoraweat dan Kongkiattikajorn
2010 Gunnarson
dan Peterson 2007
Chanakya et al
. 1993
Patel et al
. 1993
Abdelhamid dan Gabr
1991 Hemiselulosa 34,19
32,69 0,024
22-43,4 33,39
43,4 33,4
Selulosa 17,66
19,02 0,017
17,8-31 18
17,8 19,5
Lignin 12,22
4,37 0,027
7-26,36 26,36
7,8 9,27
Sornvoraweat dan Kongkiattikajorn, 2010; Hasan dan Chakrabati, 2009 Hasan dan Chakrabarti 2009 juga menyampaikan bahwa hanya ada sedikit
variasi dalam komposisi proksimat dalam hubungannya dengan lokasi geografis.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, eceng gondok yang hidup di kondisi yang berbeda mungkin memiliki variasi komposisi karena akar mereka menyerap polutan secara alami Jafari, 2010.
Lebih jauh lagi, sebuah studi oleh Mahmood et al. 2005 menunjukkan bahwa di bawah pengaruh limbah tekstil, eceng gondok mengalami penurunan ukuran secara
anatomis. Kondisi yang sama kemungkinan besar juga dialami eceng gondok di perairan Danau Toba yang tercemar. Namun, besar pengaruh hal tersebut dalam
produksi bioetanol masih belum dapat dipastikan.
2.4. Danau Toba dan Masalah Eceng Gondok