ini, peran Candida utilis lebih menonjol untuk menghilangkan xilosa daripada menghasilkan etanol.
2.8.5. Jamur Akar Putih White Rot Fungus
Jamur akar putih telah banyak diteliti dan digunakan untuk menguraikan lignin. Penggunaan jamur ini meliputi dalam proses pulping, dan pretreatment
biomassa lignoselulosa. Tergantung jenisnya, jamur akar putih dapat bersifat selective decay
maupun nonselective decay. Jamur ini memproduksi ligninase, hemiselulase, dan selulase Kubicek, 2013. Dalam penelitian ini, jamur akar putih
yang digunakan adalah Ganoderma boninense.
2.9. Modifikasi Proses dalam Produksi Bioetanol
2.9.1. Ekstraksi dalam Produksi Bioetanol
Dalam sistem produksi bioetanol yang ada, etanol biasanya dipisahkan melalui destilasi, kemudian etanol dicampur ke gasolin. Teknik pemisahan yang lain
adalah melalui ekstraksi. Melalui pemilihan solven yang tepat, etanol yang terekstrak tidak memerlukan teknik pemisahan tambahan.
Kriteria dalam pemilihan solven meliputi kestabilan kimiawi, solubilitas dalam umpan cair koefisien partisi, pembentukan busa dan emulsi, ketidaklarutan
fasa selektivitas faktor separasi kapasitas koefisien distribusi, pemisahan solven dan produk yang mudah dan ekonomis, biokompatibilitas dengan organisme
fermentasi, keamanan terhadap pekerja, resiko lingkungan karena emisi volatilitas,
Universitas Sumatera Utara
kemudahan menyingkirkan residual dan generasi limbah dalam mengekstrak etanol dari larutan fermentasi Offeman et al. 2006; Kim et al. 1999; Muson dan King,
1984. Baird 1981 dan Victor 1985 menjabarkan penggunaan alkohol alifatik, propilen, allen, metil asetilen, dan atau metil allen dalam proses ekstraksi etanol, dan
Turpin et al. 1992 menerapkan teknik ekstraksi etanol dari larutan glukosa dan ragi menggunakan alkilat dengan sistem daur-ulang dan ekstraksi eksternal.
Gambar 2.11. Ekstraksi Etanol dengan Minyak dan Turunannya. Senyawa C18:1:
minyak olive, metil oleat, alkohol oleil, etil oleat dan butil oleat; Senyawa C18:1 – OH:
minyak jarak, metil risinoleat, alkohol risinoleil, oil
safflower, metil linoleat; senyawa C12:0: minyak kelapa, metil laurat, alkohol lauril Offeman et al. 2006.
Dari pengujian berbagai jenis ektraktan yang ada diketahui bahwa asam karboksilat, alkohol, dan ester memiliki koefisien distribusi terbaik. Mencampur
Universitas Sumatera Utara
solven dan penggunaan solven yang bercabang juga dapat meningkatkan faktor separasi Muson dan King, 1984. Offeman et al. 2006, 2008, 2010 menguji
berbagai jenis alkohol, alkohol turunan tumbuhan, ester dan asam karboksilat, dan menemukan bahwa alkohol, ester maupun asam karboksilat dengan jumlah karbon
sama dengan atau kurang dari 12 bersifat racuninhibisi, sedangkan jumlah karbon sama dengan atau lebih tinggi dari 14 16 untuk asam karboksilat tidak bersifat
racun maupun inhibisi walaupun verifikasi lebih lanjut diperlukan. Percabangan- juga meningkatkan faktor separasi . Dari berbagai minyak dan turunannya,
metil ricinoleat memiliki K
DE
yang berlipat lebih tinggi dengan konsekuensi penurunan faktor separasi Gambar 2.11.
Percobaan ekstraksi simultan etanol dengan asam oleat telah dilakukan sejalan dengan penerapan external-loop liquid-lift bioreactor. Peningkatan produksi
bioetanol dilaporkan terjadi akibat modifikasi tersebut Stang et al. 2001. Efisiensi ekstraksi berbagai alkohol dari air juga dapat ditingkatkan dengan penambahan
garam. Berbagai literatur menunjukkan efek salting out berupa peningkatan zona separasi, koefisien distribusi dan selektivitas solven Ghalami-Choobar et al. 2011;
Palei, 2010. Efek penambahan garam terhadap fermentasi sendiri bervariasi tergantung jenis garam. S. cerevisiae dapat tumbuh dalam media berbasis glukosa
dengan kadar sodium klorida 1,5 M. Maiorella et al. 1984 menemukan bahwa efek inhibisi berbagai garam menurun dengan urutan berikut: CaCl
2
, NH
4 2
SO
4
NaCl, NH
4
Cl KH
2
PO
4
MgCl
2
MgSO
4
KCl Jonsson et al. 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Co-Fermentasi Hemiselulosa