Latar Belakang Penelitian Pembuatan Bioetanol Dari Eceng Gondok Dengan Proses Hidrolisis, Fermentasi, Dan Ekstraksi Secara Terpadu

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tumbuhnya eceng gondok dalam suatu ekosistem dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan ekosistem tersebut. Di beberapa danau di dunia, seperti Danau Victoria, Danau Toba dan danau lain, eceng gondok tumbuh melampaui spesies alami, sehingga mengurangi biodiversitas ekosistem tersebut Moedjojo et al. 2006; Rutashobya, 1996 dalam Katima, 2001. Eceng gondok mampu memurnikan suatu badan air tetapi ketika tumbuh di luar kendali, tumbuhan ini menyebabkan banyak masalah Flacker, 2004; Jafari, 2010; Mahamadi, 2011. Karena usaha mengontrol populasi eceng gondok telah mengalami banyak kegagalan, studi baru-baru ini lebih ditekankan pada pemanfaatannya Abdel-sabour, 2010; Malik, 2007. Salah satu pemanfaatan yang ramah lingkungan adalah dengan mengubah eceng gondok ke etanol Mukhopadhyay dan Chatterjee, 2010. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai produksi bioetanol dari eceng gondok beserta penelitian lain yang dijadikan sebagai acuan dalam modifikasi proses, diringkas dalam Tabel 1.1. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, alur proses secara umum meliputi praperlakuan pretreatment dengantanpa detoksifikasi, diikuti hidrolisis dan fermentasi yang dilangsungkan terpisah Separated Hydrolysis and Universitas Sumatera Utara Fermentation ataupun bersamaan seperti Simultaneous Saccharification and Fermentation Simultaneous Saccharification, Co-Fermentation and Fermentation Consolidated BioProcessing . Tabel 1.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu Lingkup studi Peneliti Hasil Metode dan kondisi praperlakuan bioetanol eceng gondok Abdel-Fattah dan Abdel-Naby, 2012 Ahn et al. 2012 Eshtiaghi et al. 2012 Merina dan Trihadinigrum, 2011 Sari et al. 2011 Satyanagalakshmi et al . 2011 Guragain et al. 2011 Harun et al. 2011 Ma et al. 2010 Sornvoraweat dan Kongkiattikajorn, 2010 Masami et al. 2008 Isarankura-Na- Ayudhya et al. 2007 Tiap metode praperlakuan memiliki kelemahan dan kekurangan masing-masing. Praperlakuan yang lebih intensif biasanya memungkinkan konversi selulosa yang lebih tinggi dan lebih cepat, namun menyebabkan terbentuknya inhibitor. Praperlakuan yang terlalu lama dianggap tidak efektif dan menyebabkan degradasi gula. Terdapat literatur yang menyebutkan bahwa penggilingan saja merupakan praperlakuan yang memadai. Dari berbagai metode yang pernah dicoba, hanya praperlakuan biologis dengan jamur akar putih yang tidak menghasilkan inhibitor. Jenis, rasio dan konsentrasi enzim bioetanol eceng gondok Abdel-Fattah dan Abdel-Naby, 2012 Ahn et al. 2012 Eshtiaghi et al. 2012 Takagi et al. 2012 Kurniati et al. 2011 Satyanagalakshmi et al . 2011 Penggunaan campuran enzim selulase memberikan efek sinergis. Semakin tinggi konsentrasi enzim, konversi yang lebih tinggi dan lebih cepat diperoleh. Akan tetapi, dalam banyak studi disampaikan bahwa peningkatan hasil tidak sebanding dengan biaya tambahannya. Selain selulase, penggunaan jenis enzim lain seperti pektinase, hemiselulase, arabinose, ligninase, dan xilanase juga memberikan kontribusi positif dalam produksi bioetanol. Loading biomassa bioetanol eceng gondok Takagi et al. 2012 Satyanagalakshmi et al . 2011 Studi-studi yang ada menunjukkan bahwa ketika loading biomassa ditingkatkan, konsentrasi etanol akhir meningkat tetapi konversi dan produktivitas menurun. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu Lingkup studi Peneliti Hasil Mikroba fermentasi bioetanol eceng gondok Takagi et al. 2012 Merina dan Trihadinigrum, 2011 Sornvoraweat dan Kongkiattikajorn, 2010 Mishima et al. 2008 Beragam strain dan spesies ragi dan bakteri telah dicoba. Parameter utama perbandingan biasanya adalah yield etanol yang dicapai masing-masing organisme. Strain baru dan rekombinan masih terus diisolasi dan dikembangkan. Penggunaan surfaktan bioetanol eceng gondok Satyanagalakshmi et al . 2011 Penggunaan surfaktan mengurangi ikatan non efektif selulase pada lignin sehingga mengurangi konsumsi enzim. Mode proses bioetanol eceng gondok Mukhopadhyah dan Chatterjee, 2010 Mishima et al. 2008 Mode proses yang menggabungkan fermentasi dan hidrolisis memberikan hasil yang lebih baik. Ekstraksi etanol Offeman et al. 2010; 2008; 2006 Stang et al. 2001 Kim et al. 1999 Munson dan King, 1984 Berbagai jenis pelarut diuji. Tiap pelarut memberikan harga koefisien distribusi dan faktor separasi yang sangat beragam. Beberapa karakteristik pelarut menentukan toksisitas pelarut. Penerapan ekstraksi simultan meningkatkan produksi bioetanol. Peningkatan toleransi ragi Hu et al. 2003 Ion Mg 2+ mengurangi permeabilitas membran plasma dan meningkatkan toleransi etanol ragi. Fermentasi non-steril bioetanol non-eceng gondok Larsen, 2012 Pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi, efek inhibisi dari inhibitor dalam larutan fermentasi tidak terlalu mengganggu ragi, tetapi sangat menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat Pergeseran kesetimbangan cair-cair akibat penambahan garam Ghalami- Choobar et al . 2011 Palei, 2010 Garam menggeser alkohol dari air ke solven hidrofobik. Heterogenitas dan zona separasi juga meningkat. Daur ulang bioetanol non-eceng gondok Weiss et al. 2013 Xue et al. 2012 Gumienna et al. 2011 Berbagai jenis daur ulang melalui immobilisasi sel, enzim, padatan maupun daur ulang distilat telah dicoba. Hasil menunjukkan bahwa daur ulang memberi kontribusi positif dalam proses. Universitas Sumatera Utara Kebanyakan penelitian-penelitian tersebut berfokus pada evaluasi metode proses, pengembangan mikroba fermentasi, ataupun optimisasi kondisi operasi. Perkembangan aspek-aspek tersebut sangat dipengaruhi rekayasa genetika dimana mikroorganisme rekombinan dan enzim-enzim chimera telah dikembangkan. Sementara aspek-aspek tersebut terus berkembang pesat, aspek-aspek lain seperti pemurnian etanol, peluang daur ulang total proses, dan peluang fermentasi non-steril yang dapat mempengaruhi biaya operasi tampaknya masih kurang diteliti. Oleh karena itulah, penelitian ini lebih diarahkan pada aspek-aspek tersebut dengan mengadaptasikan beberapa modifikasi dalam produksi bioetanol dari eceng gondok. Adapun modifikasi yang dimaksud meliputi: 1. Penggunaan produksi enzim on-site, 2. Perlakuan hidrolisis, fermentasi, dan ekstraksi secara simultan, 3. Penambahan magnesium sulfat mempengaruhi fermentasi dan ekstraksi, 4. Penerapan daur ulang hidrolisat fermentasi, dan 5. Dilangsungkannya daur ulang fermentasi secara non-steril.

1.2. Perumusan Masalah