34
sehingga cerpen menjadi menarik karena keterbatasan objek atau peristiwa yang diceritakan.
Membaca dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan personal maupun sosial. Membaca dapat memberikan pengarahan sikap, berucap, berbuat
dan berpikir, maupun sikap moral. Seorang pembaca akan memperoleh pengalaman yang belum pernah atau tidak diperoleh secara langsung dalam
kehidupan. Seperti membaca cerita akan membantu kita memperoleh pengetahuan dan ide-ide yang lebih banyak. Dalam cerita terdapat unsur-unsur karya sastra
seperti tema, alur, gaya bahasa penulis yang kreatif. Dengan terbiasa membaca cerita dapat membantu kita menemukan ide-ide baru yang dapat digunakan untuk
menulis. Kebiasaan membaca akan mempengaruhi kemampuan menulis. Kebiasaan
membaca cerita yang tinggi akan berdampak pada kemampuan menulis cerpen. Dalam menulis cerpen, dibutuhkan ide-ide serta sikap kreatif yang baik. Kegiatan
membaca cerita dapat mengembangkan sikap kreatif serta memperluas wawasan tentang berbagai cerita.
Menulis cerpen tidak lepas dari unsur-unsur pembentuknya. Cerpen mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Sebelum
menulis sebuah cerpen, hendaknya seseorang memahami dengan benar unsur pembangun cerpen tersebut. Hal ini karena kualitas cerpen yang ditulis
bergantung pada keterpaduan unsur-unsur pembangunnya. Unsur intrinsik dalam cerpen antara lain adalah tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang,
dan gaya bahasa.
35
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, diajukan hipotesis sebagai berikut.
1. Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan
membaca dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri se- Kabupaten Boyolali.
Ho: Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri se-
Kabupaten Boyolali. 2.
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA
Negeri se-Kabupaten Boyolali. Ho: Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman
unsur intrinsik cerpen dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Boyolali.
3. Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan
membaca dan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Boyolali.
Ho: Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan kemampuan menulis
cerpen siswa kelas X SMA Negeri se-Kabupaten Boyolali.
36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya korelasi antara kebiasaan membaca cerita dan pemahaman unsur intrinsik cerpen terhadap
kemampuan menulis cerpen. Oleh karena itu, jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan
penelitian
expost facto
dengan analisis korelasional. Hasil penelitian ini berupa data kuantitatif yang dianalisis menggunakan statistik kemudian diinterpretasikan
dengan analisis deskriptif.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Arikunto, 2006: 126. Variabel dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu variabel bebas atau
independent
variabel dan variabel terikat atau
dependent
variabel. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang
lain. Sesuai dengan judul skripsi
Korelasi antara Kebiasaan Membaca Cerita dan Pemahaman Unsur Intrinsik Cerpen terhadap Keterampilan Menulis Cerpen
Siswa Kelas X SMA Negeri di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
, maka variabel yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.