Menulis Cerpen Menulis Cerpen

28 Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Cerita pendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas. Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, cerpen memiliki banyak pengertian. Sumardjo 2007: 91 mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita fiksi yang memiliki tokoh utama yang sedikit dan keseluruhan ceritanya membentuk kesan tunggal, kesatuan bentuk, dan tidak ada bagian yang tidak perlu. Wiyanto 2005: 96 mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen disebut cerita rekaan. 29 Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal. Menulis cerpen merupakan proses kreatif yang melahirkan pikiran, perasaan, secara ekspresif dan apresiatif. Peristiwa, pelaku, waktu, tempat, dan suasana yang terjadi dalam cerpen hanya bersifat rekaan atau khayal.

c. Penilaian Keterampilan Menulis Cerpen

Penilaian menurut Nurgiyantoro 2010: 7 adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pada setiap akhir pembelajaran, guru biasanya memberikan tes untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menangkap materi yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. Suryaman 2009: 195 juga menjelaskan bahwa penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar siswa. Penilaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia fokus pada keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi berbahasa dan bersastra. Teknik yang digunakan dalam menilai kemampuan berbahasa dan bersastra sangat beragam. Suryaman 2009: 204 membagi teknik penilaian berbahasa dan bersastra menjadi dua kategori, yaitu tes dan nontes. Teknik penilaian tes meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik, sedangkan teknik penilaian nontes meliputi pengamatan, penugasan, portofolio, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman. 30 Penilaian terhadap keterampilan menulis dapat dilakukan berdasarkan kriteria tertentu. Pada umumnya, penilaian keterampilan menulis dilakukan dengan tes praktik, yaitu dengan praktik menulis karangan. Tes ini bertujuan untuk menggali kemampuan siswa dalam menyusun kalimat, menyusun paragraf, serta mempergunakan ejaan. Menurut Machmoed melalui Nurgiyantoro, 2010: 305, kategori penilaian karangan yang pokok meliputi kualitas ruang dan lingkup isi, organisasi dan penyajian isi, gaya dan bentuk bahasa, mekanik yang berupa tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan. Penilaian terhadap hasil karangan siswa sebaiknya menggunakan rubrik penilaian yang mencakup komponen isi, organisasi dan penyajian, serta bahasa. Kisi-kisi penilaian menulis cerpen tersebut berdasarkan penilaian hasil karangan Nurgiyantoro, 2009: 306 dengan pengembangan secukupnya. Kisi-kisi penilaian tersebut dipilih karena sudah memenuhi kelengkapan baik dari segi penilaian isi, organisasi, serta bahasa. Bobot skor pada tiap aspek didasarkan pada tingkat pentingnya masing-masing aspek dalam karangan.