Pengolahan Data Konsep dan Defenisi Operasional Variabel

3.4. Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, penulis menggunakan software Microsoft Excel sebagai software pembantu dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber kedalam bentuk yang lebih representatif sehingga meminimalkan kesalahan dalam mengolah data jika dibandingkan dengan pengolahan data yang dilakukan secara manual.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar

Menurut Budiharsono 2001, analisis PDRB digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB sektor ke i di kabupatenkota ke j pada tahun awal dan tahun akhir analisis. Analisis ini akan menghasilkan laju pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar atau dengan kata lain analisis ini digunakan untuk menilai serta untuk mendapatkan informasi yang valid tentang bagaimana rata- rata laju pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan ataupun penurunan pada periode setelah otonomi daerah berjalan. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar menggunakan rumus: LPPDRB t Dimana: = x 100 LPPDRB t PDRB = Laju Pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t t PDRB = Angka PDRB pada tahun ke-t t-1 = Angka PDRB pada tahun ke t-1 PDRB t – PDRB t-1 PDRB t-1 Universitas Sumatera Utara

3.5.2. Analisis Shift Share

Laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dapat dianalisis dengan analisis Shift Share. Pada penelitian ini analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dampak otonomi daerah terhadap pertumbuhan sektor perekonomian di Kota Pematangsiantar, sehinggga dapat diketahui sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat. Selain itu, dapat pula dianalisis daya saing sektor, yaitu sektor mana yang mampu bersaing dan sektor mana yang tidak mampu bersaing. Secara skematik model analisis Shift Share telah disajikan pada Gambar 3.1. Keterangan: PP : Pertumbuhan Proporsional PPW : Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sumber: Budiharsono 2001 Gambar 3.1. Model Analisis Shift-Share Maju PP +PPW ≥ 0 Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Sektor ke i sektor i Komponen Pertumbuhan Nasional PN atau Pertumbuhan Regional PR Wilayah ke j Wilayah j Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Lamban PP +PPW 0 Universitas Sumatera Utara Analisis Shift Share menganalisis berbagai perubahan indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah perkembangan dengan cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Tujuan analisis Shift Share adalah untuk menentukan produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkan dengan daerah yang lebih besar regional atau nasional. Berdasarkan Gambar 3.1. juga dapat dipahami bahwa pertumbuhan sektor perekonomian pada suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu: komponen pertumbuhan nasional national growth component disingkat PN atau komponen pertumbuhan regional regional growth component disingkat PR, komponen pertumbuhan proporsional proportional or industrial mix growth component disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah regional share growth component disingkat PPW. Dari ketiga komponen tersebut dapat diidentifikasikan pertumbuhan suatu sektor perekonomian, apakah pertumbuhannya cepat atau lambat. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka pertumbuhan sektor perekonomian termasuk ke dalam kelompok progresif maju, tetapi apabila PP + PPW ≤ 0 berarti sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Universitas Sumatera Utara 1. Komponen Pertumbuhan NasionalPertumbuhan Regional PR Komponen pertumbuhan nasionalregional adalah perubahan produks i suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasionalregional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasionalregional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Timbulnya komponen pertumbuhan pangsa wilayah terjadi karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah terebut. Menurut Soepono 1993, kelebihan-kelebihan analisis Shift Share adalah: 1. Analisis Shif Share dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik waktu tertentu, yang mana satu Universitas Sumatera Utara titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis, sedangkan satu titik lainnya dijadikan sebagai akhir analisis. 2. Perubahan PDRB di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga komponen yakni komponen pertumbuhan nasional PNPR, komponen pertumbuhan proporsional PP, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW. 3. Berdasarkan komponen PNPR dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dibadingkan dengan laju pertumbuhan nasional. 4. Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor itu. 5. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya. 6. Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya Shift pergeseran hasil pembangunan perekonomian daerah. Analisis Shift Share dapat menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah, baik itu laju pertumbuhan maupun daya saing sektor tersebut, akan tetapi analisis Shift Share juga memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan anlisis Shift Share dapat menurut Soepono 1993, dapat dijelaskan berikut ini: Universitas Sumatera Utara 1. Analisis Shift Share merupakan suatu teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem akunting dan tidak analitik. Oleh karena itu analisis tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya, pengaruh daya saing keunggulan komparatif adalah positif dibeberapa wilayah, tetapi negatif di wilayah- wilayah lainnya. 2. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ekuivalen dengan laju pertumbuhan nasional. Gagasan tersebut terlalu sederhana, karena mengakibatkan sebab- sebab pertumbuhan wilayah. 3. Arti ekonomi dari kedua komponen pertumbuhan wilayah PP dan PPW tidak dikembangkan dengan baik. Keduanya berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi yang sama, seperti perubahan penawaran dan permintaan, perubahan teknoligi dan perubahan lokasi. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang yang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu wilayah bersifat lokal maka barang itu tidak dapat bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.

3.5.3. Rasio PDRB KotaKabupaten dan PDRB Provinsi Nilai R

a , R i , r i Nilai R a , R i dan r i digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB dari sektor i di wilayah ke j pada tahun dasar analisis maupun tahun akhir analisis. Menghitung nilai R a , R i dan r i menggunakan nilai PDRB yang terjadi pada dua titik waktu, yaitu tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis. Universitas Sumatera Utara 1. Nilai R R a a merupakan selisih antara total PDRB Provinsi Sumatera Utara pada tahun akhir analisis dengan total PDRB Provinsi Sumatera Utara pada tahun dasar analisis dibagi total PDRB Provinsi Sumatera utara pada tahun dasar analisis, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut: R a Dimana: = Y’.. = Total PDRB Provinsi Sumatera Utara pada tahun akhir analisis, Y.. = Total PDRB Provinsi Sumatera Utara pada tahun dasar analisis. 2. Nilai R R i i merupakan selisih antara PDRB Provinsi Sumatera Utara sektor pertanian 1 pada tahun akhir analisis dengan PDRB Provinsi Sumatera Utara sektor pertanian pada tahun dasar analisis dibagi PDRB Provinsi Sumatera Utara sektor pertanian pada tahun dasar analisis. Rumusnya adalah sebagai berikut: R i Dimana : = Y’ 1 Y = PDRB Provinsi Sumatera Utara dari sektor pertanian pada tahun akhir analisis, 1 3. Nilai r = PDRB Provinsi Sumatera Utara dari sektor pertanian pada tahun dasar analisis. Nilai r i i merupakan selisih antara PDRB Kota Pematangsiantar dari sektor pertanian 1 pada tahun akhir analisis dengan PDRB Kota Pematangsiantar dari sektor pertanian pada tahun dasar analisis dibagi PDRB Kota Pematangsiantar Y.. Y’.. – Y.. Y 1 Y’ 1 - Y 1 Universitas Sumatera Utara sektor pertanian pada tahun dasar analisis. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut: r i = Dimana: y’ 1j y = PDRB Kota Pematangsiantar sektor pertanian pada tahun akhir analisis, 1j

3.5.4. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

= PDRB Kota Pematangsiantar sektor pertanian pada tahun dasar analisis. Nilai komponen PR, PP, dan PPW didapat dari perhitungann nilai R a , R i dan r i 1. Komponen Pertumbuhan Regional PR . Dari ketiga komponen tersebut jika dijumlahkan akan didapat nilai perubahan PDRB. Komponen PR adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya. Komponen pertumbuhan regional dapat dirumuskan sebagai berikut: PR 1j = R a y 1j y’ 1j - y 1j y 1j Universitas Sumatera Utara Di mana: PR 1 y = Komponen pertumbuhan regional sektor pertanian. 1j R = PDRB Kota Pematangsiantar dari sektor pertanian pada tahun dasar analisis a Apabila persentase total perubahan PDRB Kota Pematangsiantar lebih besar daripada persentase komponen pertumbuhan regional, maka pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Kota Pematangsiantar lebih besar daripada pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Apabila persentase total perubahan PDRB Kota Pematangsiantar lebih kecil dibandingkan dengan nilai komponen pertumbuhan regional, maka pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Kota Pematangsiantar lebih kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara. = Persentase perubahan PDRB Kota Pematangsiantar yang disebabkan oleh pertumbuhan regional. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri, dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar Budiharsono, 2001. Komponen pertumbuhan proporsional dapat dirumuskan sebagai berikut: PP ij = R i – R a y Dimana: ij PP ij y = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j ij = PDRB Kota Pematangsiantar dari sektor i pada tahun awal analisis Universitas Sumatera Utara R i –R a Apabila PP = Perubahan PDRB Kota Pematangsiantar yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional ij 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya lambat. Sedangkan apabila PP ij 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW 0 menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya cepat. Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut Budiharsono, 2001. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dirumuskan sebagai berikut: PPW ij = r i – R i y Dimana: ij PPW ij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i y Kota Pematangsiantar ij r = PDRB Kota Pematangsiantar dari sektor i pada tahun awal analisis i –R i Apabila PPW = Persentase perubahan PDRB Kota Pematangsiantar yang disebabkan oleh pertumbuhan pangsa wilayah ij 0, maka sektor i pada wilayah ke j tidak dapat bersaing dengan baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya, sedangkan apabila PPW ij 0, maka wilayah ke j mempunyai daya saing yang baik untuk perkembangan sektor ke i bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Universitas Sumatera Utara

3.5.5. Analisis Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan

Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP j dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW j Profil pertumbuhan PDRB disajikan pada Gambar 3.2 berikut ini: . Data- data yang dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplot persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW ke dalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen pertumbuhan proporsional PP diletakkan pada sumbu horizontal sebagai basis, sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat. PPW Kuadran IV Kuadran I PP Kuadran III Kuadran II Sumber : Budiharsono 2001 Gambar 3.2. Profil Pertumbuhan PDRB Universitas Sumatera Utara a. Kuadaran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, sektor tersebut juga dapat bersaing dengan sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain. Karena pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya tergolong dalam pertumbuhan yang cepat, maka wilayah yang bersangkutan juga merupakan wilayah yang progresif maju. b. Kuadran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor perekonomian di daerah lain. c. Kuadran III menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan sektor perekonomian yang lambat dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain. Jadi, wilayah tersebut tergolong pada wilayah yang memiliki pertumbuhan yang lambat. d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain. Pada kuadran II dan IV terdapat garis diagonal yang memotong kedua daerah tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah merupakan wilayah yang progresif, sedangkan dibawah garis diagonal berarti suatu wilayah yang pertumbuhannya lambat. Berdasarkan nilai persen PP j dan PPW j , maka dapat diidentifikasi pertumbuhan suatu sektor atau suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua komponen tersebut PP j dan PPW j apabila dijumlahkan akan di dapat nilai Universitas Sumatera Utara pergeseran bersih PBj yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah Budiharsono, 2001. PB j PB dapat dirumuskan sebagai berikut: j = PP j + PPW Adapun: j PPj = PP1j + PP2j + ...... + PPnj PPWj = PPW1j + PPW2j +...... + PPWnj Dimana: PB j PP = Pergeseran bersih wilayah ke j j PPW = Komponen pertumbuhan proporsional dari seluruh sektor untuk wilayah ke j j Apabila PB = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari seluruh sektor di wilayah ke j j ≥ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut masuk kedalam pertumbuhan progresif, sedangkan apabila PB j Pergeseran bersih sektor pertanian 1 di Kota Pematangsiantar j dapat dirumuskan sebagai berikut: ≤ 0, pertumbuhan wilayah tersebut termasuk dalam pertumbuhan yang lambat. PB 1j = PP 1j + PPW Diamana: 1j PB 1j PP = Pergeseran bersih sektor pertanian di Kota Pematangsiantar 1j = Komponen pertumbuhan proporsional sektor pertanian di Kota Pematangsiantar Universitas Sumatera Utara PP 1j Persentase perubahan PDRB, PR = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor pertanian di Kota Pematangsiantar j , PPW j , dan PB j akan mengidentifikasi pemerataan suatu sektor atau suatu wilayah dalam hal pertumbuhan. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut: ∆PDRB = x 100 PN j = x 100 PP j = x 100 PPW j = x 100 PB j = x x 100 Apabila PB 1j ≥ 0, maka pertumbuhan sektor pertanian di Kota Pematangsiantar termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sedangkan apabila PB 1j ≤ 0, maka pertumbuhan sektor pertanian di Kota Pematangsiantar termasuk pertumbuhan lambat. Begitu pula apabila PB j ≥ 0, maka pertumbuhan wilayah Kota Pematangsiantar tersebut masuk ke dalam pertumbuhan progresif, sedangkan apabila PB j ≤ 0, maka pertumbuhan wilayah Kota Pematangsiantar tersebut termasuk dalam pertumbuhan yang lambat. PDRB tahun akhir – PDRB tahun dasar PDRB tahun dasar PN j PDRB tahun dasar PP j PDRB tahun dasar PPW j PDRB tahun dasar PDRB tahun dasar PP j + PPW j Universitas Sumatera Utara Analisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dengan menggunakan analisis Shift Share dapat dipermudah dengan menggunakan software komputer program Microsoft Excel. Hasil perhitungan tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi atau menganalisa pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Pematangsiantar.

3.6. Konsep dan Defenisi Operasional Variabel

1. Wilayah adalah suatu ruang ekonomi yang berada dibawah suatu administrasi tertentu. 2. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan ekonomi yang ditinjau dari sudut penyebaran kegiatan keberbagai lokasi dalam ruang ekonomi tertentu, dalam hal ini yang diteliti adalah wilayah Kota Pematangsiantar. 3. Sektor ekonomi adalah kesatuan dari unit-unit produksi yang dihasilkan oleh suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang dianalisis di Kota Pematangsiantar, antara lain: 1 sektor pertanian, 2 sektor pertambangan, 3 sektor industri pengolahan, 4 sektor listrik, gas, dan air, 5 sektor bangunan, 6 sektor perdagangan, 7 sektor pengangkutan dan komunikasi, 8 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan 9 sektor jasa. 4. PDRB merupakan jumlah nilai tambah value added yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit ekonomi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Daerah Penelitian

4.1.1. Wilayah Administratif

1 Lokasi Sebagai kota perdagangan, secara geografis Kota Pematangsiantar diapit Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh, dan pertanian. Kemudian kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten- kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan sehingga posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba, Parapat. Tabel 4.1. Wilayah Kota Pematangsiantar No. Kecamatan Luas Km 2 Kepadatan Tiap Km 2

1. Siantar Marihat

7,825 2.506

2. Siantar Selatan

2,020 738

3. Siantar Barat

3,205 10.819

4. Siantar Utara

3,650 15.142

5. Siantar Timur

4,520 14.091

6. Siantar Martoba

18,022 9.751

7. Siantar Marimbun

18,006 1.560

8. Siantar Sitalasari

22,723 1.016 Total 79,971 3.126 Sumber: BPS Kota Pematangsiantar, 2009 Universitas Sumatera Utara