disusun kriteria untuk menetapkan kawasan andalan berdasarkan kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya.
4. Pengentasan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan lebih ditekankan pada masalah kemiskinan di wilayah Indonesia Timur, sehingga dibentuk suatu Komisi Dewan Kawasan
Timur Indonesia untuk mengamati, menyusun dan mengkoordinasikan kebijaksanaan bagi KTI. Dewan KTI ini telah menetapkan 13 kawasan andalan
yang akan dikembangkan di KTI sebagai wilayah yang diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah sekitar di KTI.
5. Inovasi Proyek Infrastruktur Perkotaan
Pemerintah menetapkan kegiatan-kegiatan operasional dengan penekanan pada pengawasan biaya dan rasionalisasi serta penguatan kelembagaan
subnasional dalam bentuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu P3KT. P3KT pada dasarnya mengubah dan menggeser pendekatan
pembangunan prasarana kota dari pendekatan sektoral dan terpusat ke pendekatan yang lebih terpadu dan lebih terdesentralisasi.
2.6. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Sapta 2007 dalam penelitiannya untuk mengetahui potensi-potensi daerah yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Kota
Tangerang selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2004, dan seberapa besar sumbangan sektor-sektor potensial tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Tangerang dan Propinsi Banten tahun 2001 hingga tahun 2004.
Data tersebut diperoleh dari survei sekunder, yaitu dengan memanfaatkan data yang telah tersedia pada instansi terkait. Dalam skripsi ini digunakan model basis
ekonomi yang tercermin pada analisis Location Quotient LQ yang dilengkapi analisis Shift Share, yang berguna untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di
Kota Tangerang. Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan
differential Dj menunjukkan terdapat 4 sektor dengan rata-rata Dj positif, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai rata-rata Dj sebesar 6277,27;
sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai rata-rata sebesar 47076,89; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai rata-rata sebesar 54818,93;
sektor jasa-jasa dengan nilai rata-rata sebesar 1835,37, hal tersebut mengindikasikan bahwa ke-4 sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan
sektor ekonomi yang sama dengan Propinsi Banten sehingga ke-4 sektor tersebut memiliki daya saing tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang, sedangkan komponen pertumbuhan proportional Pj menunjukkan bahwa terdapat 4 sektor yang memiliki nilai rata-
rata positif yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank dan lembaga
keuangan lainnya, hal ini berarti Kota Tangerang berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Banten.
Universitas Sumatera Utara
Sihombing 2006, dalam penelitiannya analisis mengenai dampak otonomi daerah terhadap pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten
Tapanuli Utara digunakan analisis Shift Share. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dan nilai PDRB Provinsi
Sumatera Utara tahun 1993-2004 berdasarkan harga konstan tahun 1993. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1993-1996, sektor
yang pertumbuhannya paling cepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor yang pertumbuhannya paling lambat adalah sektor pertambangan.
Dilihat dari daya saingnya, sektor pertambangan adalah sektor yang mempunyai daya saing paling baik dibandingkan dengan kabupaten lain, sedangkan sektor
yang tidak mampu bersaing dengan kabupaten lain adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada kurun waktu 1997 sampai 2000, sektor yang mempunyai
laju pertumbuhan paling cepat adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sedangkan sektor yang pertumbuhannya paling lambat adalah sektor industri pengolahan.
Sektor industri pengolahan mempunyai daya saing yang baik bila dibandingkan dengan kabupaten lain, sedangkan sektor bangunan merupakan sektor yang
memiliki daya saing yang buruk bila dibandingkan dengan kabupaten lain. Pada masa otonomi daerah tahun 2001-2004, sektor pertanian merupakan sektor yang
pertumbuhannya paling cepat, sedangkan sektor yang pertumbuhannya paling lambat adalah sektor bangunan. Pada masa otonomi daerah, semua sektor
mempunyai daya saing yang baik bila dibandingkan dengan kabupaten lain, sektor bangunan merupakan sektor yang mempunyai daya saing yang paling baik bila
dibandingkan dengan sektor yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa otonomi daerah tahun 2001 sampai 2004, perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara termasuk dalam kelompok pertumbuhan progresif.
Akan tetapi sebagian besar sektor ekonomi mempunyai laju pertumbuhan yang lambat.
Ramadhanni 2007 menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam menunjang pembangunan daerah Kabupaten Lahat pada masa otonomi
daerah tahun 2001-2004, baik itu laju pertumbuhannya maupun daya saing sektor tersebut terhadap Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu akan diidentifikasi profil
pertumbuhan PDRB Kabupaten Lahat dan pergeseran bersih, sehingga dapat diketahui sektor-sektor tersebut termasuk kedalam kelompok pertumbuhan
progresif maju atau kelompok pertumbuhan lambat. Penelitian ini menggunakan model analisis Shift Share. Perangkat lunak
yang digunakan dalam proses pengolahan data Shift Share ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDRB Kabupaten
Lahat dan PDRB Propinsi Sumatera Selatan tahun 2001-2004 berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa otonomi daerah 2001- 2004, dari sembilan sektor penyusun PDRB Kabupaten Lahat, terdapat enam
sektor yang memiliki pertumbuhan progresif, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat adalah sektor
Universitas Sumatera Utara
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa- jasa.
Dengan melihat nilai pergeseran bersih Kabupaten Lahat terhadap Propinsi Sumatera Selatan, maka secara agregat, nilai yang diperoleh Kabupaten Lahat
mengalami pertumbuhan yang masih progresif. Selain itu, sektor-sektor perekonomian Kabupaten lahat secara umum didukung oleh daya dukung PPW
0. Dengan total nilai pergeseran bersih yang positif PB 0, ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah, Kabupaten Lahat termasuk Kabupaten yang
mengalami laju pertumbuhan yang progresif. Sektor pertanian merupakan sektor andalan yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat
dan juga memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lahat.
Mahila 2007 dalam penelitiannya menganalisis pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Karawang. Pertumbuhan tersebut dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor ekonomi kabupaten lain di Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah analisis Shift Share. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa data Produk Domertik Regional Bruto PDRB Kabupaten Karawang dan PDRB Jawa Barat berdasarkan harga konstan tahun
1993. Jangka waktu yang diambil berkisar antara tahun 1993 yaitu sebagai tahun awal analisis dan data tahun 2005 sebagai data tahun akhir analisis.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa perekonomian Kabupaten Karawang didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan
sektor listrik, gas dan air bersih. Langkanya pertambangan di Jawa Barat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan sektor pertambangan di Kabupaten Karawang memiliki kontribusi terbesar ketiga terhadap PDRB Jawa Barat. Berkembangnya sektor industri
pengolahan di Kabupaten Karawang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada peningkatan penggunaan listrik, gas dan air
bersih di Kabupaten Karawang. Sektor pertanian di Kabupaten Karawang memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat tetapi sektor ini masih mempunyai
daya saing baik bila dibandingkan dengan sektor ekonomi di Jawa Barat, meskipun kontribusi sektor pertanian menurun, tetapi sektor ini masih menjadi
penyumbang terbesar di Jawa Barat dalam memenuhi permintaan pasar. Perekonomian Kabupaten Karawang termasuk dalam kelompok yang
progresif, tetapi ada beberapa sektor yang masih bisa ditingkatkan kemampuannya untuk meningkatkan pendapatan daerah, karena Kabupaten
Karawang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor bangunan. Semua sektor tersebut
termasuk dalam pertumbuhan yang lambat.
2.7. Kerangka Pemikiran Konseptual