2.25 Profil Pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar dan Pergeseran

Tabel 4.7. Rasio PDRB Kota Pematangsiantar dan PDRB Sumatera Utara Nilai R a , R i , dan r i Sebelum Otonomi Daerah No. Sektor Perekonomian R R a r i i 1 Pertanian -0.03 0.06 0.00 2 Pertambangan dan Galian -0.03 -0.01 0.01 3 Industri Pengolahan -0.03 -0.20 0.03 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -0.03 -0.03 0.01 5 Bangunan dan Konstruksi -0.03 0.28 0.02 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran -0.03 -0.15 0.07 7 Pengangkutan dan Komunikasi -0.03 0.07 0.01 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan -0.03 0.31 0.02 9 Jasa lainnya -0.03 0.23 0.02 Total -0.03

0.55 0.19

Sumber: BPS, diolah Keterangan: R a Ri = Rasio PDRB Provinsi Sumatera Utara dari sektor i = Rasio total PDRB Provinsi Sumatera Utara r i Nilai R = Rasio PDRB Kota Pematangsiantar dari sektor i i diperoleh dari selisih antara PDRB Sumatera Utara setiap sektor pada tahun akhir analisis dengan PDRB Sumatera Utara setiap sektor pada tahun awal analisis dibagi dengan PDRB Sumatera Utara setiap sektor pada tahun awal Masa Otonomi Daerah No. Sektor Perekonomian R R a r i i 1 Pertanian 0.53 0.34 0.03 2 Pertambangan dan Galian 0.53 0.35 -0.89 3 Industri Pengolahan 0.53 0.43 0.19 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.53 0.33 0.46 5 Bangunan dan Konstruksi 0.53 0.83 0.28 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.53 0.51 0.63 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.53 1.09 0.35 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0.53 0.75 0.99 9 Jasa lainnya 0.53 0.72 0.20 Total 0.53

5.37 2.25

Universitas Sumatera Utara analisis. Pada Tabel 4.7., di masa sebelum otonomi daerah masih terdapat sektor perekonomian yang bernilai negatif seperti sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Namun setelah otonomi daerah berjalan selama sembilan tahun semua sektor ekonomi di Sumatera Utara memiliki nilai R i yang positif. Nilai R i Nilai r terbesar dimiliki oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,09. i diperoleh dari selisih PDRB setiap sektor Kota Pematangsiantar tahun akhir analisis dengan PDRB setiap sektor Kota Pematangsiantar pada tahun awal analisi dibagi PDRB setiap sektor Kota Pematangsiantar tahun akhir analisis. Hampir semua sektor ekonomi Kota Pematangsiantar memiliki nilai r i yang positif r i 0 setelah otonomi daerah berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua sektor tersebut memberikan kontribusi yang positif terhadap pembentukan PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor yang memiliki nilai r i terbesar yaitu 0,99, sedangkan sektor yang memiliki nilai r i terkecil adalah sektor pertambangan dan galian yang sebesar -0,89 dimasa otonomi daerah.

4.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Masa Otonomi Daerah

2001-2009

4.5.1. Komponen Pertumbuhan Regional Kota Pematangsiantar di Era

Otonomi Daerah Pada analisis Shift Share terdapat tiga variabel pertumbuhan yang mempengaruhinya yaitu pertumbuhan regional PR, komponen pertumbuhan proporsional PP, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Universitas Sumatera Utara Komponen pertumbuhan regional menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi Sumatera Utara mempengaruhi perekonomian semua sektor di Kota Pematangsiantar. Pada periode 2001-2009 kebijakan regional yang mempengaruhi perekonomian wilayah adalah Otonomi Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk menyeimbangkan keuangan antara pusat dan daerah pada tahun 2001. Karena merupakan suatu kebijakan secara regional berarti persentase nilai komponen PR sama dengan persentase laju pertumbuhan regional, yaitu sebesar 53,12 persen. Tabel 4.8. Komponen Pertumbuhan Regional Kota Pematangsiantar Pada Tahun 2001-2009 Juta Rupiah No. Sektor Perekonomian Pertumbuhan Regional Rp. 1 Pertanian 33,498.096 2 Pertambangan dan Galian 1,911.736 3 Industri Pengolahan 108,964.707 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8,240.520 5 Bangunan dan Konstruksi 66,441.511 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 196,604.765 7 Pengangkutan dan Komunikasi 129,186.852 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 66,421.538 9 Jasa lainnya 112,097.989 Total 723,367.717 Sumber: BPS, diolah. Tabel 4.8. menunjukkan pertumbuhan ekonomi regional dalam waktu 2001-2009 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Pematangsiantar sebesar Rp 723.367,717 juta 53,12 persen. Tetapi pada Tabel 4.6., perubahan PDRB Kota Pematangsiantar sebenarnya sebesar Rp 563.111,34 41,35 persen. Perbedaan nilai tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh pertumbuhan proporsional yang meningkat sebesar Rp 199.061 juta 14,62 persen dan Universitas Sumatera Utara pengaruh daya saing yang menurun sebesar Rp -357.887,38 juta -26,28 persen. Dalam kurun waktu 2001-2009, setiap sektor ekonomi Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan kontribusi terhadap pengaruh pertumbuhan regional dalam pembentukan PDRB Kota Pematangsiantar. Secara sektoral, peningkatan kontribusi terbesar terdapat pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 196.604,77 juta. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan regional, apabila terjadi perubahan kebijakan regional, maka kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran akan mengalami perubahan. Sedangkan sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu dengan nilai Rp 1.911,73 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertambangan dan penggalian di Kota Pematangsiantar tidak dipengaruhi oleh kebijakan regional, berarti adanya perubahan kebijakan regional tidak mempengaruhi kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di Kota Pematangsiantar. 4.5.2. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kota Pematangsiantar di Era Otonomi Daerah Komponen pertumbuhan yang kedua adalah pertumbuhan proporsional terjadi karena adanya perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. PP menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB Sumatera Utara tingkat regional dan kenaikan PDRB sektor ekonomi Sumatera Utara secara nasional. Sehingga persentase komponen pertumbuhan proporsional untuk semua sektor di seluruh kabupatenkota di Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara sama besar, yang berbeda hanya kontribusi masing-masing sektor ekonomi pada setiap kabupatenkota. Tabel 4.9. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Kota Pematangsiantar Tahun 2001-2009 Juta Rupiah No. Sektor Perekonomian Proporsional Rp 1 Pertanian -11,867.647 -18.8193192 2 Pertambangan dan Galian -657.511 -18.26981941 3 Industri Pengolahan -21,245.263 -10.35704043 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -3,061.825 -19.73718254 5 Bangunan dan Konstruksi 37,554.018 30.02453675 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran -6,113.993 -1.651925044 7 Pengangkutan dan Komunikasi 136,757.611 56.23317364 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 27,544.023 22.02814147 9 Jasa lainnya 40,151.592 19.02673888 Total 199,061.004 14.61795013 Sumber: BPS, diolah. Pada Tabel 4.9., secara keseluruhan pertumbuhan proporsional mengakibatkan peningkatan PDRB Kota Pematangsiantar sebesar Rp 199.061 juta 14,62 persen. Jika ditinjau berdasarkan perekonomian regional maka terdapat empat sektor yang memiliki nilai persentase positif PP0, yaitu sektor bangunan dan kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa lainnya. Hal ini menunjukkan sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Kontribusi keempat sektor tersebut adalah sektor bangunan dan kontruksi sebesar Rp 37.554,02 juta 30,02 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 136.757,61 juta 56,23 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp 27.554,02 juta 22,03 persen, dan sektor jasa lainnya sebesar Rp 40.151,59 juta 19,03 persen. Universitas Sumatera Utara Meningkatnya kebutuhaan masyarakat akan kelancaran dalam perpindahan barang dan jasa maupun manusia serta kemudahan dalam komunikasi menyebabkan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota Pematangsiantar meningkat untuk memenuhi permintaan tersebut. Berkembangnya sektor pengangkutan dan komunikasi mendorong aktifitas sektor ekonomi lain dengan memberikan pelayanan angkutan untuk kelancaran distribusi barang dan jasa hingga ke tangan konsumen, termasuk juga angkutan untuk penumpang. Sektor yang memiliki pertumbuhan proporsional negatif PP0 adalah sekor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini mengindikasikan sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Sektor yang mengalami penurunan terbesar yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih dengan pertumbuhan sebesar -19,74 persen dimana hal ini menggambar meskipun sektor listrik, gas, dan air bersih tetap memberi kontribusi yang positif terhadap PDRB Kota Pematangsiantar namun pertumbuhannya sangatlah lambat. Hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang relatif stabil dan pertumbuhannya yang tetap turun dari tahun ke tahun sehingga permintaan terhadap sektor listrik, gas, dan air bersih relatif tetap untuk menjalani kebutuhan sehari-hari. Sektor yang mengalami penurunan terbesar kedua yaitu sektor pertanian dimana penurunannya sebesar -18,82 persen. Hal ini menunjukkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian secara besar-besaran dan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar. Kondisi ini Universitas Sumatera Utara menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang atau sempit serta tidak diikuti dengan intensifikasi pertanian yang baik sehingga menyebabkan penurunan produksi pertanian secara terus menerus.

4.5.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kota Pematangsiantar di

Era Otonomi Daerah Komponen pertumbuhan ketiga adalah pertumbuhan pangsa wilayah. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi, serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Dalam komponen ini dapat diketahui sektor-sektor yang memiliki daya saing bila dibandingkan dengan sektor ekonomi dari wilayah lain. Sedangkan sektor yang mempunyai daya saing dengan wilayah lain, berarti persentase komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari setiap sektor lebih besar dari nol PPW0. Sedangkan nilai PPW0 mengindikasikan sektor tersebut tidak mempunyai daya saing dengan sektor ekonomi di wilayah lain. Pada Tabel 5.0., dapat diketahui hampir semua sektor memiliki nilai PPW yang negatif, kecuali sektor sektor listrik, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Ketiga sektor tersebut mempunyai daya saing dengan sektor ekonomi di wilayah lain di Provinsi Sumatera Utara maupun nasional. Kota Pematangsiantar merupakan wilayah yang dikelilingi oleh Kabupaten Simalungun sehingga akses ke berbagai wilayah cukup mudah. Namun akumulasi pengeluaran maupun pemasukan setiap sektor sedikit terhalang oleh sarana maupun prasarana pendukukung ekonomi di Kota Pematangsiantar, seperti kelembagaan dan kemajuan teknologi. Hal ini Universitas Sumatera Utara menyebabkan hampir semua sektor ekonomi di Kota Pematangsiantar tidak memiliki daya saing bila dibandingkan dengan wilayah lain di Sumatera Utara. Tabel 5.0. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Kota Pematangsiantar Tahun 2001-2001 Juta Rupiah No. Sektor Perekonomian Pangsa Wilayah Rp 1 Pertanian -19,759.099 -31.3333 2 Pertambangan dan Galian -4,441.936 -123.425 3 Industri Pengolahan -49,399.214 -24.0821 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,970.905 12.70488 5 Bangunan dan Konstruksi -68,454.149 -54.7293 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 43,436.808 11.73609 7 Pengangkutan dan Komunikasi -180,406.313 -74.181 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 29,535.909 23.62114 9 Jasa lainnya -110,370.292 -52.3015 Total -357,887.381 -26.281 Sumber: BPS, diolah. Sektor yang mempunyai daya saing besar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu Rp 43.436,81 juta 11,74 persen, disebabkan oleh karena Kota Pematangsiantar yang secara geografis terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun, dimana kabupaten ini unggul pada beberapa jenis komoditas pertanian sehingga dapat berfungsi sebagai penyedia input hinterland bagi industri Kota Pematangsiantar dan sebagai pusat perdagangan hasil-hasil pertanian dari Kabupaten Simalungun. Selain itu, kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan. Sehingga, posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat dimana hal ini pada akhirnya ikur mendorong perkembangan sektor hotel dan restoran di Kota Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara Perlu diketahui bahwa laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh wilayah lainnya, sehingga dalam laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi Kota Pematangsiantar juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di kabupatenkota lain yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

4.6. Profil Pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar dan Pergeseran

Bersih di Era Otonomi Daerah Analisis profil pertumbuhan sektor ekonomi Kota Pematangsiantar bertujuan untuk mengindentifikasi pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di Kota Pematangsiantar. Analisis profil pertumbuhan PDRB dengan mengekspresikan nilai persentase pertumbuhan proporsional setiap setiap sektor diplotkan dalam sumbu horizontal sedangkan nilai persentase perubahan pertumbuhan pangsa wilayah kedalam sumbu vertikal. Pada kuadran terdapat garis diagonal yang memotong kedua daerah tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah merupakan wilayah yang progresif, sedangkan di bawah garis diagonal berarti suatu wilayah yang pertumbuhannya lambat. Universitas Sumatera Utara Sumber: BPS, diolah. Gambar 4.3. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Pematangsiantar Berdasarkan Gambar 4.3., dalam kurun waktu 2001-2009 otonomi daerah sektor ekonomi Kota pematangsiantar berkembang dengan lamban. Hal ini ditandai hanya satu sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan mampu bersaing dengan baik bila dibandingkan dengan sektor ekonomi yang sama dari wilayah lain di Sumatera Utara. Pada gambar profil pertumbuhan sektor ekonomi di atas menunjukkan bahwa sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan mampu bersaing baik dengan wilayah lain adalah keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan kuadran I. Sektor perekonomian Kota Pematangsiantar terkonsentrasi dalam kuadran II sektor bangunan dan konstruksi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa lainnya yang merupakan sektor perekonomian di Kuadran I Kuadran III Kuadran IV Kuadran II Universitas Sumatera Utara Kota Pematangsiantar yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari daerah lain dan kuadran III sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan yang merupakan sektor perekonomian di Kota Pematangsiantar yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain. Sektor ekonomi yang terdapat dalam kuadran IV adalah sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor-sektor tersebut menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lamban tetapi mempunyai daya saing bila dibandingkan dengan sektor dari wilayah lain di Provinsi Sumatera Utara. Sektor yang terdapat di atas garis diagonal adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dimana sektor ini termasuk dalam kelompok yang progresif. Nilai pergeseran bersih PB diperoleh dari pejumlahan nilai PP dan PPW. Berdasarkan Tabel 5.1., pada kurun waktu 2001-2009 di Kota Pematangsiantar terdapat dua sektor yang memiliki nilai pergeseran bersih PB yang positif PB0, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 37.322,82 juta 10,08 persen dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp 57.079,93 juta 45,65 persen. Kedua sektor tersebut dapat dikelompokkan dalam pertumbuhan yang progresif. Hal ini disebabkan Kota Pematangsiantar yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun, dimana kabupaten ini unggul pada beberapa jenis komoditas pertanian. Kota ini juga menghubungkan jalan Universitas Sumatera Utara darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan sehingga posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat dimana hal ini pada akhirnya ikur mendorong perkembangan sektor hotel dan restoran maupun sektor keuangan, persewaan, da jasa perusahaan di Kota Pematangsiantar. Sektor yang memiliki nilai PB negatif PB0 adalah sektor pertanian - 50,15 persen, sektor pertambangan dan galian -141,69 persen, sektor industri pengolahan -34,44 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih -16,25 persen, sektor bangunan dan konstruksi -24,70 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi -17,95 persen, dan sektor jasa lainnya -33,27 persen. Tabel 5.1. Pergeseran Bersih PB Sektor Ekonomi Kota Pematangsiantar Tahun 2001-2009 Juta Rupiah No. Sektor Perekonomian Pergeseran Bersih Rp 1 Pertanian -31,626.746 -50.15264 2 Pertambangan dan Galian -5,099.446 -141.69497 3 Industri Pengolahan -70,644.477 -34.439098 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -2,520.920 -16.250394 5 Bangunan dan Konstruksi -30,900.131 -24.704737 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 37,322.815 10.0841606 7 Pengangkutan dan Komunikasi -43,648.702 -17.94785 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 57,079.932 45.6492793 9 Jasa lainnya -70,218.699 -33.274717 Total -160,256.377 -11.76835 Sumber: BPS, diolah. Nilai total pergeseran bersih sektor ekonomi Kota Pematangsiantar sebesar -11,77 persen, ini berarti bahwa sektor perekonomian Kota Pematangsiantar memiliki laju pertumbuhan yang lambat setelah kebijakan otonomi daerah telah berjalan selama sembilan tahun 2001-2009. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan,yaitu : 1. Tidak semua laju pertumbuhan rata-rata sektor perekonomian di Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan pada era otonomi daerah 2001- 2009. Sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan rata-rata menurun setelah otonomi daerah berjalan sembilan tahun. Sedang sektor jasa lainnya adalah sektor dengan peningkatan laju pertumbuhan rata-rata terbesar sebesar 8,78 persen. 2. Pertumbuhan sektor perekonomian Kota Pematangsiantar: a. Sektor ekonomi Kota Pematangsiantar dalam era Otonomi Daerah 2001 2009 yang menunjukkan pertumbuhan yang positif adalah sektor bangunan dan konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa lainnya yang merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar. Sedangkan salah satu sektor yang mengalami penurunan terbesar yaitu sektor pertanian dimana penurunannya sebesar -18,82 persen. Dalam kurun waktu 2001- 2009, hasil total perubahan kontribusi setiap sektor terhadap PDRB Kota Pematangsiantar yaitu sebesar 41,35 persen, sedangkan nilai pertumbuhan Universitas Sumatera Utara