juga di ekspor ke luar negeri. Sementara ini Taiwan menjadi negara tujuan penjualan tepung tapioka yang diproduksi kota ini.
Kekuatan daerah yang dimiliki Kota Pematangsiantar terkonsentrasi pada perdagangan dan jasa serta kota transit wisata. Sektor perdagangan yang menjadi
andalan perekonomian Kota Pematangsiantar di samping sektor industri mengalami pertumbuhan dalam kontribusi terhadap perekonomian daerah.
Sebagai kota perdagangan, secara geografis Kota Pematangsiantar diapit Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan Perkebunan karet, sawit, teh, dan
pertanian. Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Sudah
barang tentu, posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antarkabupaten atau transit wisata ke Danau Toba.
4.3. Pertumbuhan PDRB di Kota Pematangsiantar Sebelum Otonomi
Daerah 1997-2000 dan Pada Masa Otonomi Daerah 2001-2009 Pada laju pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar periode sebelum
otonomi daerah 1997-2000 dan pada masa otonomi daerah 2001-2009 adalah fluktuatif Tabel 4.5. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar
tidak menunjukkan peningkatan yang begitu signifikan pada masa otonomi daerah. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sebelum otonomi daerah adalah 2,96
persen menjadi 2,70 persen setelah otonomi daerah berjalan selama sembilan tahun atau lebih rendah 0,26 persen jika dibandingkan pada masa sebelum
otonomi daerah. Sektor pertanian memiliki laju pertumbuhan PDRB pada periode sebelum
otonomi daerah sebesar 2,86 persen dan pada masa otonomi daerah terjadi
Universitas Sumatera Utara
penurunan hingga 0,84 persen. Hal ini menunjukkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian secara besar-besaran dan
berkelanjutan di Kota Pematangsiantar. Kondisi ini menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang atau sempit serta tidak diikuti dengan intensifikasi pertanian
yang baik sehingga menyebabkan penurunan produksi pertanian secara terus menerus.
Sektor pertambangan dan galian menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata yang positif yaitu sebesar 1,66 persen pada periode sebelum otonomi daerah.
Sedangkan setelah otonomi daerah berjalan selama sembilan tahun, sektor ini memiliki hasil yang negatif sebesar -9,37 persen. Hal ini disebabkan karena
cadangan barang galian C di alam yang merupakan komoditi dari sektor pertambangan dan penggalian yang ada di Kota Pematangsiantar semakin
menyusut sehingga produksi yang dihasilkan dari kegiatan penggalian semakin berkurang sehingga banyak perusahaan penggalian beralih ke kegiatan ekonomi
yang lain. Pada periode sebelum otonomi daerah rata-rata laju pertumbuhan sektor
industri pengolahan sebesar 0,40 persen, meningkat menjadi 1,78 persen setelah otonomi daerah berjalan. Hal ini terjadi disebabkan berkembangnya sektor
industri yang ada di Kota Pematangsiantar di era otonomi daerah. Jumlah industri kecil di Kota pematangsiantar hingga tahun 2009 ada sebanyak 501 buah. Industri
kecil yang terbanyak di Kota Pematangsiantar ada pada kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 166 buah dan disusul industri barang
dari logam, mesin, dan perlengkapannya sebanyak 141 buah. Sedangkan jumlah
Universitas Sumatera Utara
perusahaan industri besar sedang pada tahun 2009 tercatat 38 perusahaan dimana 24 perusahaan adalah industri makanan, minuman, dan tembakau.
Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000
Sebelum Otonomi Daerah 1997 – 2000 Persen No.
Sektor Perekonomian
1997 1998
1999 2000
Rata-rata 1
Pertanian
4,41 3,01
1,67 2,33
2,86 2
Pertambangan dan Galian
2,14 -13,52
8,66 9,36
1,66 3
Industri Pengolahan
3,55 -8,48
2,80 3,74
0,40 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih
10,51 -5,48
3,93 3,14
3,03 5
Bangunan dan Konstruksi
4,87 -15,78
5,29 16,59
2,74
6 Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
4,23 13,97
6,63 7,88
8,18
7 Pengangkutan
dan Komunikasi
9,73 -6,13
2,18 3,31
2,27
8 Keuangan,
Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
1,81 -4,86
5,12 3,44
1,38
9 Jasa lainnya
18,34 -11,46
3,75 5,99
4,16 Rata-rata
6,62 -5,41
4,45 6,20
2,96
Universitas Sumatera Utara
lanjutan
Masa Otonomi Daerah 2001 – 2009 Persen No.
Sektor Perekonomian
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Rata-rata
1 Pertanian
3.84 1,97
3,23 8,74
1,14 -2,03
-8,42 -0,60
-0,27 0,84
2 Pertambangan
dan Galian
-2,92 -5,06
-1,20 2,20
-89,25 17,62
0,31 -5,76
-0,27 -9,37
3 Industri
Pengolahan
0,04 0,28
-0,80 1,09
0,13 6,28
6,74 0,63
1,61 1,78
4 Listrik, Gas,
dan Air Bersih
-8,40 -4,95
14,80 -3,28
4,29 9,96
-2,99 1,90
2,67 1,56
5 Bangunan dan
Konstruksi
1,22 0,50
2,79 4,78
7,01 6,26
0,63 0,36
3,31 2,98
6 Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
1,68 7,92
3,53 2,01
11,11 4,74
4,30 8,33
8,90 5,84
7 Pengangkutan
dan Komunikasi
-0,92 -11,21
17,83 -1,10
7,53 4,89
5,74 4,78
4,54 3,56
8 Keuangan,
Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
2,97 18,86
7,72 4,05
4,95 9,85
12,24 6,77
7,39 8,31
9 Jasa lainnya
31,25 1,43
8,76 5,73
1,15 8,99
6,69 11,51
3,47 8,78
Rata-rata 3,20
1,08 6,30
2,69 -5,77
7,40 2,80
3,10 3,48
2,70
Sumber: BPS Kota Pematangsiantar, diolah Sektor listrik, gas, dan air minum memperlihatkan laju pertumbuhan rata-
rata sebesar 1,56 persen setelah masa otonomi daerah berjalan selama sembilan tahun. Pertumbuhan ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan rata-rata sebelum otonomi daerah berlangsung yaitu sebesar 3,03 persen. Hal ini menunjukkan bahwa stabilnya kebutuhan masyarakat terhadap
listrik, gas, dan air minum.
Universitas Sumatera Utara
Sektor bangunan dan konstruksi adalah sektor dengan peningkatan rata- rata laju pertumbuhan yang realatif kecil. Periode sebelum otonomi daerah
memiliki nilai sebesar 2,74 persen, sedangkan pada masa otonomi daerah menjadi sebesar 2,98 persen. Peningkatan yang relatif kecil setelah sembilan tahun masa
otonomi daerah ini berjalan menunjukkan bahwa adanya pembangunan di Kota Pematangsiantar pada infrastruktur, sarana dan prasarana meskipun relatif kecil
atau sedikit sebagai bentuk dari adanya kebijakan ekonomi. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki laju pertumbuhan rata-
rata sebesar 5,84 persen setelah otonomi daerah berjalan hingga tahun 2009. Hal ini lebih kecil 2,34 persen jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan rata-rata
sektor ini pada masa sebelum otonomi daerah yaitu sebesar 8,18 persen. Hal ini dapat terjadi disebabkan kurangnya peranan pemerintah daerah yang berorientasi
pada pengembangan dan penataan ulang pasar-pasar tradisional, pengembangan infrastruktur pariwisata, serta kurang gencarnya pemerintah daerah Kota
Pematangsiantar dalam mempromosikan daerahnya sebagai kota transit wisata dengan segudang potensi yang dimilikinya.
Laju pertumbuhan rata-rata sektor angkutan dan komunikasi sebelum otonomi daerah sebesar 2,27 persen, terjadi peningkatan setelah masa otonomi
daerah berjalan menjadi sebesar 3,56 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya penataan dan koordinasi yang lebih baik pada kegiatan transportasi di
Kota Pematangsiantar, serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat di Kota Pematangsiantar terhadap jasa telekomunikasi, sehingga berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menunjukkan perubahan laju pertumbuhan rata-rata yang positif setelah masa otonomi daerah berjalan
selama sembilan tahun yaitu sebesar 8,31 persen. Nilai ini jauh lebih besar jika dibandingkan pada masa sebelum otonomi daerah yang hanya sebesar 1,38
persen. Hal ini juga mengartikan bahwa kegiatan ekonomi di Kota Pematangsiantar berjalan dengan baik dimana subsektor bank mengalami
pertumbuhan terbesar di sektor ini sebesar 9,10 persen di tahun 2008 sedangkan subsektor sewa bangunan mengalami pertumbuhan terkecil yaitu sebesar 0,49
persen. Selain itu, sektor jasa lainnya juga merupakan sektor dengan peningkatan
laju pertumbuhan rata-rata yang meningkat secara signifikan dimana laju pertumbuhan rata-rata pada masa otonomi daerah telah berjalan sembilan tahun
sebesar 8,78 persen jauh lebih kecil dari masa sebelum otonomi daerah yang hanya sebesar 4,16 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor jasa
Pemerintah.
4.4. Pertumbuhan Wilayah Kota Pematangsiantar