analisis. Pada Tabel 4.7., di masa sebelum otonomi daerah masih terdapat sektor perekonomian yang bernilai negatif seperti sektor pertambangan dan galian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Namun setelah otonomi daerah berjalan selama
sembilan tahun semua sektor ekonomi di Sumatera Utara memiliki nilai R
i
yang positif. Nilai R
i
Nilai r terbesar dimiliki oleh sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,09.
i
diperoleh dari selisih PDRB setiap sektor Kota Pematangsiantar tahun akhir analisis dengan PDRB setiap sektor Kota Pematangsiantar pada tahun
awal analisi dibagi PDRB setiap sektor Kota Pematangsiantar tahun akhir analisis. Hampir semua sektor ekonomi Kota Pematangsiantar memiliki nilai r
i
yang positif r
i
0 setelah otonomi daerah berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua sektor tersebut memberikan kontribusi yang positif terhadap
pembentukan PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor yang memiliki nilai r
i
terbesar yaitu 0,99, sedangkan sektor yang memiliki nilai r
i
terkecil adalah sektor pertambangan dan galian yang sebesar -0,89 dimasa otonomi daerah.
4.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Masa Otonomi Daerah
2001-2009
4.5.1. Komponen Pertumbuhan Regional Kota Pematangsiantar di Era
Otonomi Daerah Pada analisis Shift Share terdapat tiga variabel pertumbuhan yang
mempengaruhinya yaitu pertumbuhan regional PR, komponen pertumbuhan proporsional PP, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW.
Universitas Sumatera Utara
Komponen pertumbuhan regional menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi Sumatera Utara mempengaruhi perekonomian semua sektor di Kota
Pematangsiantar. Pada periode 2001-2009 kebijakan regional yang mempengaruhi perekonomian wilayah adalah Otonomi Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat untuk menyeimbangkan keuangan antara pusat dan daerah pada tahun 2001. Karena merupakan suatu kebijakan secara regional berarti persentase nilai
komponen PR sama dengan persentase laju pertumbuhan regional, yaitu sebesar 53,12 persen.
Tabel 4.8. Komponen Pertumbuhan Regional Kota Pematangsiantar Pada Tahun 2001-2009 Juta Rupiah
No. Sektor Perekonomian
Pertumbuhan Regional Rp.
1 Pertanian
33,498.096 2
Pertambangan dan Galian 1,911.736
3 Industri Pengolahan
108,964.707 4
Listrik, Gas, dan Air Bersih 8,240.520
5 Bangunan dan Konstruksi
66,441.511 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 196,604.765
7 Pengangkutan dan Komunikasi
129,186.852 8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 66,421.538
9 Jasa lainnya
112,097.989
Total 723,367.717
Sumber: BPS, diolah. Tabel 4.8. menunjukkan pertumbuhan ekonomi regional dalam waktu
2001-2009 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kota Pematangsiantar sebesar Rp 723.367,717 juta 53,12 persen. Tetapi pada Tabel 4.6., perubahan PDRB
Kota Pematangsiantar sebenarnya sebesar Rp 563.111,34 41,35 persen. Perbedaan nilai tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh pertumbuhan
proporsional yang meningkat sebesar Rp 199.061 juta 14,62 persen dan
Universitas Sumatera Utara
pengaruh daya saing yang menurun sebesar Rp -357.887,38 juta -26,28 persen. Dalam kurun waktu 2001-2009, setiap sektor ekonomi Kota Pematangsiantar
mengalami peningkatan kontribusi terhadap pengaruh pertumbuhan regional dalam pembentukan PDRB Kota Pematangsiantar.
Secara sektoral, peningkatan kontribusi terbesar terdapat pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 196.604,77 juta. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan regional, apabila terjadi perubahan kebijakan regional, maka kontribusi
sektor perdagangan, hotel, dan restoran akan mengalami perubahan. Sedangkan sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi terkecil adalah sektor
pertambangan dan penggalian yaitu dengan nilai Rp 1.911,73 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertambangan dan penggalian di Kota
Pematangsiantar tidak dipengaruhi oleh kebijakan regional, berarti adanya perubahan kebijakan regional tidak mempengaruhi kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian di Kota Pematangsiantar. 4.5.2.
Komponen Pertumbuhan Proporsional Kota Pematangsiantar di Era Otonomi Daerah
Komponen pertumbuhan yang kedua adalah pertumbuhan proporsional
terjadi karena adanya perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan
perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. PP menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB Sumatera Utara tingkat regional dan kenaikan PDRB sektor
ekonomi Sumatera Utara secara nasional. Sehingga persentase komponen pertumbuhan proporsional untuk semua sektor di seluruh kabupatenkota di
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara sama besar, yang berbeda hanya kontribusi masing-masing sektor ekonomi pada setiap kabupatenkota.
Tabel 4.9. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Kota
Pematangsiantar Tahun 2001-2009 Juta Rupiah
No. Sektor Perekonomian
Proporsional Rp
1 Pertanian
-11,867.647 -18.8193192
2 Pertambangan dan Galian
-657.511 -18.26981941
3 Industri Pengolahan
-21,245.263 -10.35704043
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
-3,061.825 -19.73718254
5 Bangunan dan Konstruksi
37,554.018 30.02453675
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
-6,113.993 -1.651925044
7 Pengangkutan dan Komunikasi
136,757.611 56.23317364
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
27,544.023 22.02814147
9 Jasa lainnya
40,151.592 19.02673888
Total 199,061.004
14.61795013
Sumber: BPS, diolah. Pada Tabel 4.9., secara keseluruhan pertumbuhan proporsional
mengakibatkan peningkatan PDRB Kota Pematangsiantar sebesar Rp 199.061 juta 14,62 persen. Jika ditinjau berdasarkan perekonomian regional maka
terdapat empat sektor yang memiliki nilai persentase positif PP0, yaitu sektor bangunan dan kontruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa lainnya. Hal ini menunjukkan sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Kontribusi keempat sektor
tersebut adalah sektor bangunan dan kontruksi sebesar Rp 37.554,02 juta 30,02 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 136.757,61 juta 56,23
persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp 27.554,02 juta 22,03 persen, dan sektor jasa lainnya sebesar Rp 40.151,59 juta 19,03
persen.
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya kebutuhaan masyarakat akan kelancaran dalam perpindahan barang dan jasa maupun manusia serta kemudahan dalam komunikasi
menyebabkan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi di Kota Pematangsiantar meningkat untuk memenuhi permintaan tersebut.
Berkembangnya sektor pengangkutan dan komunikasi mendorong aktifitas sektor ekonomi lain dengan memberikan pelayanan angkutan untuk kelancaran distribusi
barang dan jasa hingga ke tangan konsumen, termasuk juga angkutan untuk penumpang.
Sektor yang memiliki pertumbuhan proporsional negatif PP0 adalah sekor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini mengindikasikan sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang
lambat. Sektor yang mengalami penurunan terbesar yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih dengan pertumbuhan sebesar -19,74 persen dimana hal ini menggambar
meskipun sektor listrik, gas, dan air bersih tetap memberi kontribusi yang positif terhadap PDRB Kota Pematangsiantar namun pertumbuhannya sangatlah lambat.
Hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang relatif stabil dan pertumbuhannya yang tetap turun dari tahun ke tahun sehingga permintaan
terhadap sektor listrik, gas, dan air bersih relatif tetap untuk menjalani kebutuhan sehari-hari. Sektor yang mengalami penurunan terbesar kedua yaitu sektor
pertanian dimana penurunannya sebesar -18,82 persen. Hal ini menunjukkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian secara
besar-besaran dan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar. Kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang atau sempit serta tidak diikuti dengan intensifikasi pertanian yang baik sehingga menyebabkan penurunan
produksi pertanian secara terus menerus.
4.5.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kota Pematangsiantar di