Hubungan Konteks dan Teks dalam Penerjemahan

haruslah merupakan bahasa yang singkat, padat, dan tepat sasaran httpbahasfilmbareng.blogspot.com.

2.1.2 Hubungan Konteks dan Teks dalam Penerjemahan

Dalam melakukan kegiatan penerjemahan, teori bahasa dan linguistik umum tentu akan selalu digunakan. Hal ini didasarkan atas pendapat yang dikemukan Catford 1965: 1 yang mengatakan bahwa: Translation is an operation performed on languages: a process of substituting a text in one language for a text on another, translation must make use of a theory of language, general linguistic theory. Artinya adalah bahwa translasi atau penerjemahan merupakan sebuah proses yang dilakukan pada bahasa: yaitu sebuah proses perubahan teks dalam satu bahasa menuju teks bahasa lain, translasi pasti menggunakan teori bahasa dan teori linguistik umum. Sementara itu, Halliday dan Hassan dan sejumlah pakar lainnya yang dikutip dalam Choliludin 2005: 16-41 berkenaan dengan hal di atas menjabarkan tentang teks dan konteks, mengemukakan bahwa cara memahami bahasa terletak pada kajian sebuah teks yang memiliki konteks di dalamnya. Maka dalam proses yang sama, konteks dan teks adalah aspek. Gagasan tentang sesuatu yang menyertai teks yang melewati batas yang dikaitkan dan ditulis meliputi non-verbal lain yang muncul dalam lingkungan total yang diungkap. Maka lingkungan total berlaku sebagai penghubung antara teks dan situasi, yaitu tempat teks yang sebenarnya muncul dan ini disebut sebagai konteks situasi. Masalahnya ad alah “apakah teks itu?” Halliday Universitas Sumatera Utara dan Hassan 1985:13 secara sederhana mendefinisikan teks sebagai bahasa yang fungsional. Maksud fungsional di sini berarti bahasalah yang melakukan pekerjaan yang sama dalam suatu konteks dan bukan kata-kata atau kalimat yang terisolir yang mungkin dituliskan seseorang di atas papan tulis. Contoh bahasa sehari-hari yang memainkan peran yang sama dalam konteks situasi disebut teks. Teks tersebut bisa dalam bentuk teks lisan atau tulisan maupun dalam bentuk media ungkapan lainnya. Oleh karena itu, sesorang tidak dapat begitu saja menganggap sebuah teori teks sebagai sebuah ekstensi teori gramatikal untuk menentukan jenis suatu teks. Menurut Halliday dan Hassan 1985: 14 karena hakekat teks sebagai entitas semantik, sebuah teks harus dipertimbangkan dari dua perspektif sekaligus, baik sebagai produk maupun sebagai sebuah proses. Selain itu, teks menghasilkan sebuah makna yang berlaku sebagai hasil yang dapat direkam dan dipelajari dan memiliki konstruksi pasti yang dapat ditampilkan dalam bentuk sistematis. Selanjutnya, teks merupakan prosedur dalam substansi proses berkelanjutan yang mewakili lingkungan yang digunakan untuk perangkat berikutnya. Dengan demikian, perlulah memandang lebih jauh struktur, kata, dan teks sebagai proses dalam sebuah sistem yang menghubungkannya dengan bahasa secara bersama. Teks dalam aspek prosesnya, merupakan peristiwa interaktif yaitu sebuah pertukaran makna sosial. Universitas Sumatera Utara Menurut Halliday dan Hassan 1985: 15, teks adalah sebuah bentuk pertukaran dan bentuk teks yang fundamental adalah dialog interaksi antar pembicara. Hal ini berarti bahwa setiap teks memiliki makna karena dapat dihubungkan dengan interaksi antar pembicara dan satu-satunya alat bagi percakapan umum sehari-hari yang spontan. Oleh sebab itu, teks merupakan produk lingkungan yang dapat diwakili dalam bahasa. Kemudian untuk memahami jenis teks, seseorang harus terbiasa dengan ciri konteks situasi, yaitu konteks yang memiliki teks yang mengungkap dan memiliki lingkungan tempat makna itu dipertukarkan. Halliday dan Hassan 1985:16 mengajukan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memilih cara yang sesuai dalam menggambarkan konteks situasi sebuah teks. Adapun tiga variabel konteks situasi menurut Halliday dan Hassan yaitu: 1.Field of Discourse Merupakan istikah abstrak bagi pernyataan „apa yang sedang terjadi‟ yang mengacu pada pilihan substansi linguistik si pembicara. Pilihan linguistik yang berbeda dibuat oleh pembicara yang berbeda tergantung pada jenis tindakannya, selain tindakan berbicara langsung yang mereka pandang sendiri saat ikut andil di dalamnya. Misalnya: pilihan linguistik akan beragam menurut andil pembicara masing-masing apakah ikut dalam pertandingan sepak bola atau membahas tentang Universitas Sumatera Utara sepak bola, berpidato politik atau membahas tentang politik, melakukan operasi atau membahas tentang obat-obatan. 2.Tenor of Discourse Tenor of discourse adalah istilah abstrak untuk hubungan antara orang-orang yang ikut andil dalam berbicara. Bahasa yang digunakan orang beragam tergantung pada jenis hubungannya, seperti hubungan interpersonal antara ibu dan anak, dokter dan pasien, atau derajat orang atas dan yang rendah. Seorang pasien tidak akan memakai kata sumpah serapah untuk menyebut seorang dokter di hadapannya dan seorang ibu tidak akan memulai permintaan pada anaknya dengan mengatakan, “Maaf, apakah bisa kalau kamu...” Menerjemahkan tenor of discourse secara benar dalam terjemahan dapat cukup menyulitkan. Hal ini tergantung pada apakah seseorang itu memandang tingkat formalitas tertentu sebagai hal yang benar dari sudut pandang budaya bahasa sumber BSu atau dari sudut pandang budaya bahasa sasaran BSa. Misalnya: seorang anak remaja Amerika boleh menggunakan tenor yang sangat informal dengan orang tuanya dengan menggunakan nama depan dan bukan dengan panggilan ibu atau ayah. Dalam hal ini, tingkat formalitas ini akan sangat tidak dapat diterima oleh kebanyakan kebudayaan lain. Berkaitan dengan hal tersebut, seorang penerjemah harus memilih antara mengganti tenornya untuk disesuaikan dengan budaya pembaca sasaran atau tetap seperti aslinya, yaitu mentransfer tenor informalnya untuk memberikan kesan Universitas Sumatera Utara jenis hubungan yang biasa dilakukan oleh para anak remaja dengan orangtuanya di masyarakan Amerika. Apa yang dipilih oleh penerjemah pada situasi tertentu tentunya akan tergantung pada apa yang dia lihat sebagai tujuan penerjemahan secara menyeluruh. 3.Mode of Discourse Mode of discourse mengacu pada jenis peran yang dimainkan bahasa bicarapidato, esai, kuliah, intstruksi, dan sebagainya, yaitu jenis peran yang diharapkan partisipan terhadap bahasa dalam suatu situasi: organisasai teks yang simbolik, status yang dimiliki, dan fungsinya dalam konteks termasuk alat penghubung lisan atau tulisan ataupun suatu gabungan dari keduanya, dan juga mode retorika, apa yang sedang dicapai oleh teks dalam kondisi kategori berikut ini, yaitu persuasif, paparan, didaktis, dan hal senada. Misalnya seperti kata re adalah kata yang diterima dalam surat bisnis, tetapi sangat jarang digunakan dalam bahasa lisan. Langkah pertama dalam menerjemah adalah menemukan makna yang terkandung melalui analisis makna. Menganalisis teks dengan menggunakan seperangkat framework yang dikemukakan oleh Halliday dalam Choliludin 2005: 12 akan memberi gagasan komprehensif pada para pembaca untuk menghasilkan sebuah hasil terjemahan. Setiap teks baik lisan maupun tulisan mengungkap makna dalam konteks penggunaannya. Jadi, bersamaan dengan konteks yang ada di Universitas Sumatera Utara sekitarnya, sebuah teks menciptakan makna. Selain dari konteks situasi, konteks budaya juga perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah dalam mengalihkan makna sebuah teks ke dalam bahasa sasaran BSa.

2.1.3 Pelibat Tenor