sekitarnya, sebuah teks menciptakan makna. Selain dari konteks situasi, konteks budaya juga perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah dalam mengalihkan makna
sebuah teks ke dalam bahasa sasaran BSa.
2.1.3 Pelibat Tenor
Halliday 1985: 12 menyatakan bahwa pelibat merupakan peran struktur yang berkaitan dengan siapa yang berperan, hubungan peran apa yang berlaku di
antara partisipan yang secara sosial penting dalam hal ini mereka terlibat di dalamnya.
Pelibat wacana tenor of discourse adalah konteks situasi yang merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam
konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat wacana ada tiga hal yang perlu diungkap; peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial.
Peran status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula permanen. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat.
Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang- orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan
lainnya, akrab atau memiliki jarak. Pelibat tenor atau siapa, yang direpresentasikan pada makna antarpersona
yang menunjukkan tindakan yang dilakukan terhadap pengalaman dalam interaksi sosial, dengan kata lain makna antarpersona merupakan aksi yang dilakukan pemakai
bahasa dalam saling bertukar pengalaman linguistik yang terpresentasi dalam makna
Universitas Sumatera Utara
pengalaman. Makna antarpersona mempresentasikan modalitas modality yang bersama dengan aksi direalisasikan dalam modus Modus. Dan
„cara‟ mode, bagaimana pembicaraan itu dilakukan kemudian direpresentasikan dalam makna
tekstual yang berupa tema theme dan rema rheme. Selanjutnya Sinar 2010: 58-59 menyatakan bahwa pelibat wacana tenor of
discourse sebagai variabel kontekstual yang kedua mengkarakterisasikan fungsi ekstrinsik konteks situasi dan berhubungan dengan siapa yang berperan, kondisi
alamai partisipan, status dan peranan mereka : hubungan peranan apa yang ditemukan, apakah termasuk hubungan permanen atau sementara antara pelibat yang
satu dengan yang lain. Seluruh jenis ucapan yang mereka lakukan dalam dialog dan ikatan hubungan sosial yang signifikan dimana mereka terlibat. Pelibat tenor
dideskripsikan sebagai berikut: “Pelibat Wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian,
pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka: jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara para pelibat, termasuk
hubungan-hubungan tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan
hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka
”. Halliday dan Hassan, dalam Tou dalam Sinar, 2010
Secara internal, pelibat wacana dikarakterisasikan melalui tiga dimensi: 1 status, 2 kontak, 3 afeksi, dan 4 kekuasaan. Dengan kata lain, dalam
mendiskusikan dimensi pelibat wacana maka kita membaginya ke dalam empat dimensi yaitu status, kekuasaan, kontak, dan afeksi lalu bergerak untuk mengkaji ciri-
ciri fungsi interpersonal yang direalisasikan melalui sistem dan representasi modus.
Universitas Sumatera Utara
Dimensi kekuasaan direalisasikan terutama dalam hal pilihan linguistik pada stratum wacana dan tingkat klausa di dalam sistem leksikogramatika, untuk melihat
sejajar atau tidak sejajarnya pelibat secara timbal balik resiprokal atau tidak dalam memilih sistem. Sedangkan dimensi kontak adalah frekuensi kita berhubungan dengan
lawan bicara yang dapat diukur dengan tidak pernah, jarang, selalu, sering dan sistem ini direalisasikan terutamanya di dalam sistem leksikogramatika dalam hubungannya
dengan leksis dan pada semua tata tingkat tata bahasa yaitu klausa, frasa, dan morfem. Sementara itu, dimensi afek merupakan perasaan atau emosi yang timbul terhadap
orang lain dan dapat diukur dengan suka, benci, sayang, cinta, dan sistem ini direalisasikan pada tingkat klausa atau yang dibawahnya di dalam sistem
leksikogramatika dan fonologi dalam variasin intonasi, ritme, kadar ujaran, dan dimensi status direalisasikan dalam penataan tingkat sosial bahasa pelibat, misalnya
dilihat dari status sosial seperti kayamiskin, profesipekerjaan, tingkat pendidikan, status keturunan, lokasi tempat tinggal, dan lain-lain.
Realisasi pelibat dalam sistem interpersonal dapat dilihat melalui penggunaan modalitas mungkin, barangkali, serta bentuk perintah seperti mohon kesediaan, dan
lain sebagainya. Biasanya bila terjadi interaksi di antara pimpinan dengan bawahan, walaupun dalam suasana informal pun, seorang bawahan membiarkan atasan
berinisiatif memilih topik pembicaraan. Faktor bahasa seperti ini dibahas juga dalam dimensi pelibat.
Di samping itu, untuk memahami pelibat wacana tenor of discourse ini akan jauh lebih mudah dipahami melalui teks yang bersifat interaktif yang dilisankan
Universitas Sumatera Utara
seperti acara-acara talkshow, percakapan secara langsung, film baik di televisi, bioskop, dvd, dan sebagainya Michal Boleslav, www.google.com. Dalam hal ini
Michal Boleslav memiliki pendapat hampir sama dengan beberapa tokoh sebelumnya yaitu dalam mengkaji pelibat tenor ini melalui status peranan dan jarak sosial di
antara para pelibat. Status peranan disini dapat kita lihat melalui istilah-istilah yang digunakan oleh si pembicara, siapa yang memulai pembicaraan, siapa yang berbicara
dan lainnya. Sedangkan jarak sosial ditentukan melalui kata-kata atau ungkapan formal ataupun informal, slang dan lainnya yang digunakan oleh para pelibat. Status
peran dan jarak sosial ini sangat jelas terlihat melalui tindak tutur speech acts yang diaplikasikan di dalam sebuah percakapan.
Tenor pelibat wacanapartisipan dalam suatu percakapan juga diwujudkan melalui penggunaan pronomina. Pronimna merupakan unsur penting dalam suatu
wacana baik wacana lisan maupun tulisan. Hal ini disebabkan pertama-tama karena pronomina melibatkan partisipan, dan yang kedua karena pronomina mencakup
makna nomina yang diwakilinya. Jadi, klasifikasi pronomina yang berbeda-beda pada berbagai bahasa terkadang menunjukkan seolah-olah ada bentuk yang tidak
mempunyai padanan dalam bahasa lain, atau ada komponen makna yang hilang, sebenarnya tidak demikian karena pronomina dapat menggantikan nomina yang
digantikannya dengan keseluruhan makna tercakup di dalamnya. Kemudian medan makna dan rujukan pronomina akan menambah keutuhan wacana. Oleh karena itu,
penerjemahan tenor atau pelibat yang diwujudkan dalam pronomina perlu menarik
Universitas Sumatera Utara
rentang partisipan untuk mengingatkan penerjemah agar diperoleh suatu wacana yang utuh Larson, 1984: 424: 7.
Setiap kata memiliki komponen makna tertentu yang tersusun sedemikian rupa, yang berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lainnya. Berdasarkan komponen
makna yang dimiliki oleh pronomina, dan dengan menggunakana analisis komponen ditemukan bahwa ada kategori yang wajib dimiliki oleh pronomina dalam semua
bahasa, yaitu kategori pronomina persona. Pronomina persona mengidentifikasikan adanya pembicara, orang yang diajak bicara, dan orang lain yang dibicarakan.
Berdasarkan hal inilah ditentukan persona pertama, kedua dan ketiga, dan bahkan ada juga bahasa yang mengenal persona keempat. Selanjutnya, pronomina persona ini
pada beberapa bahasa dibedakan berdasarkan beberapa kategori lain seperti jumlah, genus gender, bernyawa atau tidak bernyawa, inklusif dan eksklusif dan juga
masalah honorifik Larson: 1984: 127. Jumlah adalah pembagian berdasarkan banyaknya orang yang ada dalam suatu pronomina yang terlibat dalam suatu
percakapan. Pembagian ini berbeda-beda dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, misalnya membagi jumlah menjadi tunggal dan jamak. Genus merupakan
pembagian berdasarkan fenomena nonlinguistik. Galingging 1999: 47 menyatakan bahwa dalam bahasa Inggris, genus dibagi berdasarkan jenis kelamin, tetapi dalam
bahasa lain ada yang membedakan berdasarkan ukuran, bentuk, fungsi tekstur dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketercakupan orang yang terlibat dalam suatu percakapan, pronomina dapat dibedakan menjadi inklusif dan eksklusif. Inklusif dan eksklusif
dalam bahasa Inggris hanya terdapat pada persona ketiga. Larson dalam Galingging 1999: 47 juga berpendapat bahwa dalam bahasa lain seperti Guatemala, hal ini
berlaku juga pada persona pertama tunggal. Kemudian pada pronomina ada bentuk honorifik, yaitu pembagian berdasarkan konteks situasi yang sangat dipengaruhi oleh
unsur-unsur luar bahasa, seperti unsur-unsur sosial dan kebudayaan suatu bahasa. Kehadiran pronomina berdasarkan fungsi sintaksisnya dalam kalimat, antara
lain, adalah sebagai subjek. Sifat utama pronomina adalah deiktis, yakni referen yang diacunya dapat berpindah-pindah tergantung pada siapa yang berbicara dan siapa
lawan bicara pada suatu peristiwa pertuturan Galingging, 1999: 48. Misalnya pronomina persona kedua you Bahasa InggrisBing pada dasarnya mengacu pada
lawan bicara. Akan tetapi, bila yang selanjutnya berbicara adalag lawan bicara, maka you tersebut merujuk pada pembicara pertama.
2.1.4 Pronomina Bahasa Inggris