Persona Pertama Pronomina Bahasa Indonesia

tinggal di rumah pribadi atau rumah dinas? ‟ Hal seperti ini menurut tata bahasa baku bahasa Indonesia, sering ditentukan oleh pribadi dan kepribadian masing-masing. Demikian pula seorang kepala kantor yang menikah dengan seorang wanita yang menjadi bawahannya tidak akan merasa pantas menyapa ayah mertuanya dengan kamu. Akan lebih layak baginya untuk memakai kata sapaan Bapak. Demikian pula ayah mertua yang sudah tua itu akan menyapa menantunya dengan sapaan Bapak waktu mereka berada di kantor. Dengan gambaran di atas, pemakaian pronomina sangatlah penting karena pemakaian yang salah dapat menimbulkan hal yang mengganggu keserasian pergaulan. Berikut adalah gambaran mengenai berbagai pronomina persona.

2.1.5.2 Persona Pertama

Catford dalam Galingging 1999: 60 menyatakan bahwa pada umumnya pronomina bahasa Indonesia mempunyai lebih dari satu bentuk, atau dapat dikatakan mempunyai dua dimensi yang tidak dimiliki bahasa Inggris, dan penggunaannya dipengaruhi beberapa hal, antara lain situasi dan bentuk wacana. Hal ini dapat dilihat pada pronomina persona pertama hamba, atau daku. Bentuk pronomina persona pertama ini hanya muncul dalam wacana tertentu seperti puisi atau karya sastra, atau pada masa lalu digunakan oleh orang yang status sosialnya lebih rendah dari lawan bicaranya. Bentuk ini tidak lazim digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari pada masa kini. Dalam bahasa Inggris kuno ditemukan hal yang sama, yaitu thou dan thee, akan tetapi bentuk tersebut tidak digunakan lagi masa kini, kecuali dalam doa, atau Universitas Sumatera Utara pada tempat-tempat tertentu di Inggris, seperti di bagian utara Inggris yang masih menggunakan bentuk ini pada situasi nonreligius Quirk, 1985: 345. Menurut buku tata bahasa baku bahasa Indonesa edisi ketiga, Persona pertama tunggal dalam bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku. Ketiga bentuk ini adalah bentuk baku, tetapi mempunyai tempat pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Untuk tulisan formal pada buku nonfiksi dan ujaran seperti pidato, sambutan, dan ceramah bentuk saya banyak dipakai. Meskipun demikian, sebagian orang memakai pula bentuk kami dengan arti saya untuk situasi di atas. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terlalu menonjolkan diri. Persona pertama aku lebih banyak dipakai dalam pembicaraan batin dan dalam situasi tidak formal dan yang lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicarapenulis dan pendengarpembaca. Oleh karena itu, bentuk ini sering ditemukan dalam cerita, puisi, dan percakapan sehari-hari. Persona pertama daku umumnya dipakai dalam karya sastra. Pronomina persona aku mempunyai versi bentuk, yakni –ku dan ku-. Di sini bentuk klitika –ku dipakai, antara lain dalam konstruksi pemilikan dan dalam tulisan diletakkan pada kata yang di depannya: kawan  kawanku; sepeda  sepedaku; anak-anak  anak-anakku. Dalam hal ini bentuk utuh aku tidak dipakai seperti Universitas Sumatera Utara kawan aku , sepeda aku, ataupun anak-anak aku. Demikian pula bentuk daku tidak dipakai untuk maksud itu. Berbeda dengan aku, bentuk saya dapat dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya. Misalnya rumah saya, kucing saya, tunangan saya . Pronomina persona saya, aku, dan daku, dapat dipakai bersama dengan preposisi. Bentuk terikat ku- sama sekali berbeda pemakaiannya dengan –ku. Pertama- tama, ku- dilekatkan pada kata yang terletak di belakangnya. Kedua, kata yang terletak di belakang ku- adalah verba. Dalam nada yang puitis, ku- kadang-kadang dipakai sebagai bentuk bebas seperti terlihat pada kalimat berikut ini: kini kutahu kau tak setia padaku. Contoh kalimat tersebut berbeda dengan penggunaan ku- pada beberapa kalimat berikut: suratmu telah kukirimkan tadi pagi; hal ini sudah kuberitahukan kepada Bu Nyono. Di samping persona pertama tunggal, bahasa Indonesia juga mengenal persona pertama jamak. Menurut tata bahasa baku bahasa Indonesia, bahasa Indonesia mengenal dua macam pronomina persona pertama jamak yaitu kami dan kita . Kami bersifat eksklusif artinya pronomina itu mencakup pembicarapenulis dan orang lain di pihaknya, tetapi tidak mencakup orang lain di pihak pendengarpembacanya. Sebaliknya, kita bersifat inklusif artinya pronomina itu mencakup tidak hanya pembicarapenulis, tetapi juga pendengarpembaca, dan Universitas Sumatera Utara mungkin pula pihak lain. Dengan demikian kedua kalimat berikut mempunyai pengertian yang berbeda: Kami akan berangkat pukul enam pagi; dan Kita akan berangkat pukul enam pagi. Implikasi kalimat pertama adalah bahwa pendengarpembaca tidak akan ikut, sedangkan pada kalimat kedua, pendengarpembaca akan ikut serta. Seperti dinyatakan sebelumnya, kami juga dipakai dengan pengertian tunggal untuk mengacu kepada pembicarapenukus dalam situasi formal. Persona pertama jamak tidak mempunyai variasi bentuk. Untuk menyatakan pemilikan, atau dalam pemakaiannya dengan preposisi, bentuknya tetap sama, seperti dalam rumah kami, masalah kita, kepada kami, untuk kita. 2.1.5.3 Persona Kedua Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau , kau- dan mu-. Alwi dkk, 1998. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.

a.Persona kedua engkau, kamu, dan mu- dipakai oleh:

1. Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama, seperti pada contoh berikut. Kamu sudah bekerja, „kan? ; Pukul berapa kamu berangkat ke sekolah, Nak? 2. Orang yang status sosialnya lebih tinggi, seperti pada contoh berikut ini: Universitas Sumatera Utara