1. Pertumbuhan dan perkembangan organisasi membuat isolasi beberapa bagian
atau departemen dimana isolasi tersebut tidak disadari manajemen puncak sehingga tidak segera diadakan perbaikan kondisi.
2. Kehilangan arah dan kejelasan sasaran dan tujuan. Hal ini akibat dari
kurangnya kontak personal baik formal ataupun informal. 3.
Karena manajer mungkin hampir tidak pernah melakukan audit internal terhadap komunikasi organisasi untuk mengevaluasi sejauh mana jaringan
formal yang masih efektif dan relevan ataukaah sudah harus diperbaiki atau diganti segera.
4. Munculnya ketidakjelasan mengenai siapakah yang sebenarnya harus
bertanggungjawab di antara para manajer tingkat atas menengah atau supervisor lini bawah terhadap jaringtan formal komunikasi ke bawah yang
efektif 5.
Pemisahan antara personal supervisor dengan yang bukan supervisor, kondisi ini didasarkan kepada norma tidak tertulis bahwa terdapat perbedaan dan
pemisahan di antara keduanya: manajemen dan bukan manajemen.
2.1.2.1.2 Komunikasi Vertikal ke Atas Upward Communication
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir pada tingkat yang lebih rendah bawahan ke tingkat yang lebih tinggi
pimpinan. Semua pegawai kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas yaitu setiap bawahan dapat mempunyai
alasan yang baik atau meminta informasi dari atau member informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia R. Wayne Pace, 2005:189.
Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, saran, dan mengajukan pertanyaan. Secara umum komunikasi vertikal ke atas dapat
diklasifikasikan atas tiga tipe antara lain Muhammad, 1995:117: 1.
Informasi masalah, menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.
2. Menawarkan saran-saran atau ide-ide, guna penyempurnaan unitnya masing-
masing atau organisasi secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
3. Menyampaikan keluhan, menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka
mengenai pekerjannya, teman sekerjanya dan organisasi. Komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan yaitu R. Wayne Pace,
2005:190: 1.
Dengan adanya komunikasi ke atas, pimpinan dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya
mereka menerima apa yang disampaikan karyawan. 2.
Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuat keputusan.
3. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap
organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.
4. Komunikasi ke atas membolehkan bahkan mendorong desas-desus muncul
dan membiarkan supervisor mengetahuinya. 5.
Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang
ke bawah. 6.
Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya
dan organisasi. Sharma dalam R. Wayne Pace 2005:191 mengemukakan empat alas an
mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit, yaitu: 1.
Kecenderungan karyawan dalam menyembunyikan perasaan dan pikirannya. 2.
Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan tidak tertarik kepada masalah mereka.
3. Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi
ke atas. 4.
Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Kombinasi dari keempat perasaan dan kenyakinan di atas menghambat pengungkapan gagasan, pendapat, dan informasi oleh para bawahan, terutama bila
proses dan prosedur munculnya komunikasi ke atas tidak praktis dan sulit. Jackson dalam R. Wayne Pace 2005:192 menyatakan secara keseluruhan
kekuatan yang mengarahkan komunikasi dalam sebuah organisasi adalah motivasi. Pegawai cenderung berkomunikasi untuk mencapai beberapa tujuan
untuk memuaskan pribadinya atau untuk mencoba memperbaiki lingkungan barunya. Untuk memperlancar informasi dapat sampai ke atas maka setiap
program komunikasi organisasi hanya didasarkan pada iklim kepercayaan. Bila ada kepercayaan, pegawai mungki lebih berani mengemukakan gagasan dan
perasaannya lebih bebas dan penyelia dapat menafsirkan apa yang dimaksud oleh pegawai dengan lebih cermat. Saran komunikasi Vertikal ke Atas dari Davis dan
Newstrom mengidentifikasi sarana yang dinilai dapat menolong mendorong komunikasi vertikal arus ke atas adalah Pohan, 2005:79:
1. Rapat dan pertemuan meetings karyawan diadakan secara periodik,
membicarakan berbagai hal mengenai kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi karyawan.
2. Kebijaksanaan pintu terbuka Open Door Policies kebijaksanaan yang
mendorong karyawan untuk berinisiasi datang kepada pimpinan mereka untuk membicarakn berbagai hal yang penting dan relevan dengan pekerjaan.
3. Menyediakan kotak saran Box Suggestion dan penerbitan buletin atau in
house magazine. Dimana karyawan yang tidak memiliki waktu yang cukup ataupun tidak memiliki keberanian yang cukup, maka media ini dapat
menolong mengatasi persoalan yang dihadapinya. 4.
Partisipasi dalam kelompok-kelompok sosial yang diadakan perusahaan guna membangun jalinan komunikasi informal seperti: olahraga, pertemuan arisan
karyawan, rekreasi, dan lain-lain. Kedekatan hubungan tersebut membangun relasi interpersonal karyawan
yang semakin intensif, akrab, dan jika kondisi ini terus dipelihara dengan baik, maka akan menjadi budaya komunikasi organisasi yang kondusif dan akan
menghadirkan iklim komunikasi yang baik pula yang mendorong semakin
Universitas Sumatera Utara
sehatnya iklim organisasi yang pada gilirannya akan memberi pengaruh konstruktif yang luas bagi tingkah laku setiap karyawan dan organisasi.
2.1.2.2 Komunikasi Horizontal