Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Kecil. (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)

(1)

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM

MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL

(Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)

TELY DASALUTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Kecil” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jakarta, April 2009

Tely Dasaluti


(3)

ABSTRACT

TELY DASALUTI. Analysis of Micro Business Development to Support Women

Empowerment of the Small Island (Case Study in Bunaken Island of Manado, North Sulawesi). Under direction of AIDA VITAYALA S. HUBEIS as head and EKO SRI WIYONO as member.

Women of the small island are potentially subjected of human resources whom their existences in the society is not awared and have not been potentially developed. Meanwhile, these women share the same rights and duties as well those of men for providing and improving the family incomes. Beside that, the other important thing of the small island assests is the natural resources which can be accounted by the inhabitants/local people as resources to make ends meat, yet these potential resources have not been optimally used. Therefore, it is necessary to develop some study related to women empowerment in micro business development of the small island based on natural resources.

The aims of study are follows: (1) to identify any micro business products based on human and natural resources which able to support the women empowerment especially in the small island, (2) to identify any micro business development besed on local potential resources which able to support the women empowerment of the small island, (3) to analyze micro business pattern which able to support the women empowerment of the small island. Purposive sampling method was applied to the women small island population, and the data collection used direct and open quesinaries from the business women of Bunaken Island. In addition to, in order to collect perceptive data of experties on the locally based micro business development of women empowerment in the small island, direct and open questioneries also apllied to the government and non-government agencies. By using multi criteria analysis (MCA) the products identification and promoting types of micro business based on potential human and natural resources were analyzed. While to analyze the micro business development pattern for women empowerment on the small island, Analytical Hierarchy Process (AHP) method and software expert choice 9.5 were used.

Based on the potential human and natural resources three different micro business products of the Bunaken Island were formed, they are traditional handycraft, cloth printing, and food processing micro businesses, while the promoting types of micro business are self-ownership micro business, grouped-ownership micro business and joint-ownership micro business. On the other hand, the priority pattern of the micro business development of the Bunaken Island based on the AHP method and software expert choice 9.5 used were performed, they were increasing/improving the family economy (0.461), women labor (0.279), sustainable micro business (0.180) and improving the local budget income (0.079). In order to perform analizing based of micro business development pattern, the study was made on many aspects which related to the development of micro business, such as economics, social, environment and technology. The local economic condition of the Bunaken Island was considered to be midle-under class, therefore, the local income needs to be increased by improving the products qualities. This quality improvement of the products could be achieved by training in management and techniques and improving the environment conservation which is needed to maintain sustainable raw natural resources as their sources of business products. If the four aspects as mentioned were sinergically worked, presumably the improvement of micro business in Bunaken Island could be achieved, therefore, these women roled in the micro business would be able to improve their family incomes.


(4)

RINGKASAN

TELY DASALUTI. Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan Di Pulau Kecil (Studi Kasus Di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara).Di bimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS sebagai ketua dan EKO SRI WIYONO sebagai anggota.

Kaum perempuan di pulau kecil merupakan potensi sumberdaya manusia (SDM) yang produktif. Potensi SDM perempuan ini masih belum disadari keberadaannya dan belum dikembangkan potensinya. Padahal kaum perempuan juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria dalam meningkatkan perekonomian keluarganya. Potensi sumberdaya alam (SDA) di pulau kecil merupakan aset yang sangat diandalkan oleh masyarakat pulau kecil sebagai mata pencaharian utama mereka, tapi potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Karenanya dianggap perlu dilakukan suatu kajian dalam pengembangan usaha mikro untuk memberdayaan para perempuan di pulau kecil, berbasis potensi sumberdaya alamnya. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengidentifikasi produk-produk usaha mikro berbasis potensi SDM dan SDA dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. (2) mengidentifikasi jenis-jenis usaha mikro berbasis potensi sumberdaya lokal dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. (3) menganalisis pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil.

Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara tehadap panelis (stakeholders) yang terdiri atas pihak pemerintah dan lembaga non-pemerintah (NGO) guna mengetahui persepsi mereka terhadap pengembangan usaha mikro khususnya dalam mendukung pemberdayaan perempuan. Guna mengetahui pola pengembangan usaha mikro yang sesuai dilokasi penelitian digunakan kuisioner. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu berdasarkan kuisioner.

Analisis data untuk mengetahui produk dan jenis usaha unggulan di P. Bunaken dalam penelitian ini menggunakan Multi Criteria analysis (MCA), dan untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam pola pengembangan usaha mikro digunakan Analytical Hierarchy Process/AHP menggunakan software Expert Choice 9.5. Berdasarkan identifikasi potensi SDA alam dan SDM-nya diperoleh 3 macam bidang usaha yaitu; (1) kerajinan tradisional, (2) usaha sablon dan (3) usaha makanan olahan. Data tersebut dianalisis dengan mengunakan metode MCA untuk memperoleh produk unggulan yaitu produk kerajinan tradisional. Untuk iedntifikasi jenis/tipe usaha diperoleh 3 tipe usaha yaitu (1) pola usaha mandiri, (2) usaha berkelompok dan (3) usaha kemitraan. Dari analisis dengan menggunakan MCA maka jenis usaha yang paling unggul adalah pola berkelompok.

Untuk urutan prioritas pola pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken berdasarkan analisis dengan metode AHP dan dengan menggunakan software expert choice 9.5, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) peningkatan ekonomi keluarga (PEK) = 0,461, (2) tenaga kerja wanita (TKW) = 0,279, (3) usaha mikro berkelanjutan (UMB) = 0,180, dan yang terakhir adalah (4) peningkatan pendapatan anggaran daerah (PPAD) = 0,079.

Untuk menyusun pola pengembangan usaha mikro berdasarkan analisis di atas perlu dikaji empat aspek yang memilki hubungan erat dengan pengembangan usaha mikro yaitu aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi. Berdasarkan analisis AHP prioritas pengembangan usaha mikro di


(5)

Pulau Bunaken adalah peningkatan ekonomi keluarga, jika dikaji secara ekonomi, kondisi ekonomi masyarakat di Pulau Bunaken termasuk ekonomi menengah ke bawah, sehingga perlu ditingkatkan pendapatannya dengan cara meningkatkan kualitas produksi usahanya, untuk meningkatkan kualitas produksi perlu adanya pembinaan yang diberikan kepada para wanita pengusaha tersebut, pembinaan yang dilakukan misalnya berupa pelatihan ataupun pembinaan manajemen usaha. Pembinaan ini akan lebih efisien jika dilakukan dalam pola berkelompok sehingga setiap anggota kelompok dapat ditingkatkan kualitas SDM-nya. Selain pembinaan yang berkaitan dengan teknis usaha dan manajemen juga perlu dilakukan pembinaan terhadap pelestarian lingkungan, karena lingkungan merupakan salah satu aset usaha, antara lain sebagai bahan baku produk. Dengan adanya peningkatan kesadaran lingkungan, maka lingkungan akan tetap terjaga dan lestari walaupun dimanfaatkan sebagai bahan baku usaha. Jika keempat aspek ini dapat berjalan secara sinergi maka akan diperoleh peningkatan pendapatan bagi usaha mikro di Pulau Bunaken, sehingga para pengusaha wanita ini akhirnya dapat meningkatan perekonomian keluarganya. Kata kunci : pola pengembangan, pemberdayaan perempuan, pulau-pulau kecil,


(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DALAM

MENDUKUNG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PULAU KECIL

(Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)

TELY DASALUTI

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(8)

Judul Tugas Akhir : Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Kecil. (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)

Nama : Tely Dasaluti

Nomor : F352064175

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS


(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian tugas akhir Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Tesis dengan judul “Analisis Pengembangan Usaha Mikro Dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan Di Pulau Kecil (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara)”, diselesaikan berkat bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Komisi pembimbing Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis dan Dr. Eko Sri Wiyono, SPi.,MSi., atas kesediaannya membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran untuk perbaikan tesis ini serta Dr. Ir. Aris Munandar, MS. sebagai penguji.

2. Prof. Dr. Ir. Alex S.W. Retraubun, M.Sc. selaku Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil atas rekomendasi dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Pascasarjana di IPB serta dukungan moril yang diberikan.

3. Ketua Program Studi MPI dan Staf pengajar PS. MPI atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Dr. Ir. Pamuji Lestari, M.Sc. dan Dr. Endang Linirin, M.Sc. yang telah bersedia memberikan rekomendasi dan dengan sabar selalu memberi motivasi, inspirasi serta waktu yang sangat berharga untuk penulis terutama dalam menyelesaikan Pendidikan di PS MPI ini.

5. Ir. Priyo Utomo selaku atasan langsung penulis, serta rekan-rekan di Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil - DKP, khususnya Subdit


(10)

Akselerasi dan Akses Investasi dan Subdit Pengelolaan Ekosistem, atas dukungan yang telah diberikan.

6. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Manado beserta staf, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Manado beserta staf. Ibu Nelda Luntungan, Ibu Ati, Ibu Jeanne, Ibu Eby dan Bapak Lucky juga Ibu-ibu kelompok perempuan Pulau Bunaken atas partisipasi dan semua fasilitas serta kemudahan yang diberikan kepada penulis saat pengambilan data di Kota Manado khususnya Pulau Bunaken.

7. Keluarga tercinta: kakak-kakak dan keponakan-keponakan atas kasih sayang, motivasi serta doa yang tiada henti untuk segala yang terbaik dan kelancaran penulis untuk menyelesaikan pendidikan di PS MPI.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan di PS MPI Angkatan 9, khususnya Mba Dewi, dan Tria untuk kebersamaan, kerjasama serta dukungan moril selama masa kuliah hingga penyelesaian tugas akhir.

9. Haer, Vera dan Shinta yang telah membantu selama masa perkuliahan dan masa penyelesaian tesis ini.

10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis, baik moril maupun materiil hingga terselesaikannya tesis ini.

Walaupun Tesis ini masih jauh dari sempurna semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam program-program pemberdayaan perempuan khususnya di wilayah pulau-pulau kecil, dan penulis berdoa semoga Ibu/Bapak/Saudara mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, amin.

Bogor, April 2009


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 8 Februari 1972 sebagai anak ke-8 dari pasangan Sastro Kadeni (Alm.) dan Suparminah (Alm.). Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Tanjung Karang, Lampung pada tahun 1991 dan melanjutkan pendidikan Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung (Unila), Lampung. Gelar Sarjana Sains diperoleh pada bulan Agustus 1997.

Sejak mahasiswa sampai dengan tahun 1997 penulis aktif ikut dalam kegiatan asistensi dosen di Jurusan Biologi serta organisasi kemahasiswaan, ditingkat Fakultas maupun Universitas. Sejak Februari 2000 sampai dengan sekarang penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau kecil (Ditjen KP3K), dan pada tahun 2008, penulis menjabat sebagai Kepala Seksi Akselerasi Investasi pulau Kecil pada Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil, Ditjen KP3K, DKP.


(12)

DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 6

D. Kegunaan ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pulau Bunaken dan Potensi Sumberdaya Alamnya ... 7

B. Karakteristik dan Peranan Perempuan ... 7

C. Tujuan Pemberdayaan Perempuan ... 8

D. Perempuan dalam Pembangunan ... 10

E. Regulasi tentang Usaha Mikro ... 12

III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

B. Metode Kerja ... 16

C. Analisis Data 17 D. Aspek Kajian ... 28

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Keadaan Umum Pulau Bunaken ... 30

B. Hasil Penelitian .. ... 42

C. Pembahasan ... 60

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Tabel Penilaian Kriteria dan Alternatif ... 26 2 Sarana Pendukung di TN Bunaken ... 41 3 Sarana dan Prasarana Pondok Wisata di TN

Bunaken ...


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penentuan Produk Unggulan dengan MCA ... 18 2. Diagram Alur Penelitian ... 19 3. Kerangka Pemikiran pengembangan usaha mikro dalam

mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil ... 20 4. Peta Lokasi Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara ... 31 5. Letak Taman Nasional Bunaken, Manado ... 37 6. Grafik Hasil Perhitungan MCA untuk memperoleh Produk

Unggulan ... 43 7. Grafik Hasil Perhitungan MCA untuk memperoleh Jenis Usaha

Unggulan ... 46 8. Hierarki Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung

Pemberdayaan Perempuan di Pulau Bunaken ... 48 9. Sumber Modal Usaha di Pulau Bunaken ... 53 10. Persentase sumber bahan baku usaha mikro di Pulau

Bunaken, 2008 ... 54 11. Sarana dan prasarana di Pulau Bunaken untuk mendukung

usaha mikro, 2008 ... 54 12. Persentase jenis teknologi usaha mikro di Pulau Bunaken... 55 13. Pemasaran produk usaha mikro di Pulau Bunaken ... 56 14. Prioritas hierarki pengembangan usaha mikro dalam

mendukung pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken... 59 15. Skema Analisis Pola Pengembangan Usaha Mikro ... 67


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir ... 81

2. Kuisioner Data Individu Perempuan Pelaku Usaha/Pengusaha ... 82

3. Kuisioner Profil Usaha Perempuan Pelaku Usaha/Pedagang ... 83

4. Kuisioner Prioritas Pola Pengembangan Usaha Mikro Di Pulau Bunaken ... 86 5. Tabel hasil perhitungan dengan MCA untuk menentukan produk unggulan ... 100 6. Tabel hasil perhitungan dengan MCA untuk menentukan jenis usaha unggulan ... 101 7. Keindahan pantai Pulau Bunaken, Kota Manado ... 102

8. Pintu Masuk Taman Nasional Bunaken, Pulau Bunaken ... 102

9. Kios yang disediakan untuk para pedagang souvenir ... 103

10. Contoh produk kerajinan yang dijual di Pulau Bunaken... 103

11. Contoh produk kaos yang dikerjakan oleh para wanita pengusaha mikro di Bunaken ... 104 12. Contoh produk kaos yang dikerjakan oleh para wanita pengusaha mikro di Bunaken ... 104 13. Para pengrajin souvenir sedang mengerjakan kerajinan dengan pola berkelompok ... 105 14. Para pengrajin sablon sedang bersama-sama mengerjakan sablon kaus... 105 15. Para wanita yang bergerak di bidang pengolahan makanan sedang mendapat pelatihan dari Tenaga ahli DKP dalam program Pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken ... 106 16. Contoh alat bantu yang digunakan dalam usaha pengolahan makanan yaitu food processor dan sealer ......... 106 17. Contoh bahan-bahan kimia yang digunakan pada usaha sablon... 107 18. Kelompok wanita pengusaha mikro sedang melakukan diskusi untuk

produk yang akan dikerjakan ...

107 19. Pertemuan yang dilakukan penulis dengan responden pada saat

pengambilan data ...


(16)

Lampiran Halaman

20. Penulis memberikan arahan pada para responden pada saat pengambilan data ...

108 21. Salah satu sarana pendukung dalam pengembangan usaha antara

lain tempat berdagang ...

109

22. Salah satu sarana transportasi untuk menuju Pulau

Bunaken...


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan pemerintah di sektor ekonomi seperti industri kecil belum memberikan akses dan peluang bagi perempuan untuk mendapatkan kredit, modal dan pinjaman di bank serta sarana lainnya, kalaupun akses itu tersedia, perempuan tidak memiliki otonomi dalam mendapatkannya tetapi sering dikaitkan dengan izin laki-laki atau suaminya. Pemerintah seharusnya lebih memantapkan kebijakan-kebijakan ekonomi berbasis perempuan dengan mengidentifikasikan permasalahan di lapangan sehingga economic equality bagi perempuan terealisasikan.

Karya konkret seorang ekonom dari Bangladesh peraih hadiah nobel untuk perdamaian 2006, yaitu M. Yunus telah menyadarkan kita semua bahwa pemberdayaan ekonomi kaum papa ternyata berpusat pada perempuan yang bertekun pada pembuatan keranjang bambu dan 96% nasabah bank pemberi kredit mikro yang dirintisnya, mayoritas adalah perempuan.

Apa yang dapat kita maknai dari semua ini? Perempuan tidak pernah lelah menekuni potensi yang mereka miliki sesederhana apa pun agar dapat survive. Di sisi lain bahwa terbukti diberbagai wilayah di dunia banyak perempuan hidup di bawah garis kemiskinan (diperkirakan 60 – 70% dari masyarakat miskin di dunia adalah perempuan) yang tak kenal putus asa. Pengentasan kemiskinan oleh M. Yunus merupakan bukti konkret bahwa sistem ekonomi berbasis dan sensitif gender telah diwujudnyatakan. Perjuangan pengentasan kemiskinan memiliki korelasi yang signifikan dengan pencapaian kesejahteraan dan tentunya untuk memenangi sebuah penghargaan yang amat prestisius, yakni hadiah nobel perdamaian. (Sihite. 2007)

Salah satu contoh konkrit mengenai kurang diberdayakannya kaum perempuan adalah perempuan yang hidup diwilayah pulau kecil di Indonesia. Kegiatan operasi penangkapan ikan, lebih dominasi oleh kaum pria bahkan bisa dikatakan bahwa hampir sebagian besar kegiatan operasi penangkapan dilakukan oleh kaum pria. Namun demikian pada kegiatan lain dalam sistem ini, peran dari kaum perempuan justru lebih dibutuhkan dari pada kaum laki-laki. Dalam kenyataan kita masih sering terbentur pada masalah kesetaraan gender, dimana kaum perempuan masih terbatas dalam hal peran. Namun perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki dalam


(18)

pembangunan perikanan tangkap. Perempuan harus dilihat sebagai aset dan potensi, bukan dianggap sebagai beban dan hambatan.

Studi tentang perbandingan tentang sumberdaya perempuan dan laki-laki lebih dikenal dengan kata studi gender. Dalam bahasa aslinya gender memiliki arti sebagai ciri-ciri atau karakter pria dan wanita yang terbentuk karena faktor sosial budaya, bukan karena faktor fisik (Raharjo, 1997)

Dalam Perkembangannya banyak sekali pengkajian dan pendapat para ahli tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan, jelas mereka menunjuk bahwa kategori gender ditentukan oleh faktor sosial dan budaya. Peran adalah pola perilaku yang ditentukan bagi seseorang yang mengisi kedudukan tertentu (Ihromi, 1995), sedangkan peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status.

Wilayah pulau kecil merupakan ekosistem yang sangat rentan terhadap dampak negatif dari aktifitas yang merusak disekitarnya. Ekosistem pulau-pulau kecil juga rentan terhadap perubahan iklim global dan bencana alam seperti gempa bumi, badai dan sebagainya. Masyarakat pulau-pulau kecil sebagai bagian dari ekosistem, merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi pulau melalui perilaku dan pola hidup sehari-hari.

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan ekosistem secara bijaksana berdampak negatif terhadap sumberdaya lokal di pulau kecil. Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pulau kecil. Letak pulau kecil yang umumnya terisolir dan luas lahan serta sumberdaya alamnya yang terbatas juga mengakibatkan ketergantungan terhadap suplai bahan pokok dari pulau induk terdekat.

Sumberdaya lokal yang ada dipulau kecil mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya manusia baik pria maupun wanitanya. Masyarakat pulau kecil yang umumnya nelayan kurang memanfaatkan sumberdaya alam selain yang menyangkut kegiatan perikanan bahkan cenderung secara tradisional. Padahal nilai ekonomi dari sektor ini justru lebih besar pada kegiatan pasca-panen yang dapat menghasilkan nilai tambah misalnya perubahan bentuk produk (proses pengolahan), perubahan waktu penjualan (proses penyimpanan), dan perubahan tempat penjualan (proses transportasi). Sumberdaya alam lainnya yang ada didarat juga belum dimanfaatkan contohnya hasil perkebunan ataupun bahan lainnya yang dapat diproses sehingga memiliki nilai ekonomi.


(19)

Selain potensi sumberdaya alamnya potensi sumberdaya wanitanya juga belum dimanfaatkan, padahal pria dan wanita memiliki kewajiban yang sama dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Kaum perempuan di pulau kecil sebagai salah satu potensi sumberdaya manusia yang produktif diharapkan mampu membantu meningkatkan pendapatan keluarga melalui pemanfaatan potensi sumberdaya lokal. Intervensi sosial budaya bisa saja terjadi. Karena itu intervensi yang dilakukan harus memperhatikan terlebih dahulu tatanan sosial yang berlaku. Jika intervensi akan merubah tatanan sosial yang berlaku secara mendasar maka intervensi tersebut patut ditinjau. Demikian pula bila berdampak positip, maka dampak tersebut jangan dilihat hanya sesaat namun perlu dikaji untuk jangka waktu yang lebih panjang.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dan anak dalam pembangunan, di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan lainnya mencakup kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat yang diwarnai penafsiran terjemahan ajaran agama yang bias gender. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas seperti tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 (Bappenas, 2003).

Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik. Data Susenas 2003 menunjukkan bahwa,penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki (11,56 persen berbanding 5,43 persen).

Dengan adanya kondisi yang bersifat kultural (terkait dengan nilai-nilai budaya patriarkal) dan sekaligus bersifat struktural (dimapankan oleh tatanan sosial politik yang ada) tersebut, maka diperlukan tindakan pemihakan yang jelas dan nyata guna mengurangi kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan. Untuk itu, diperlukan kemauan politik yang kuat agar semua


(20)

kebijakan dan program pembangunan memperhitungkan kesetaraan dan keadilan gender. Salah satu prioritas dan arah kebijakan pembangunan yang akan dilakukan adalah meningkatkan bidang pembangunan seperti kesehatan, pendidikan dan lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan, memperkuat kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di segala bidang.

Berkaitan dengan hal di atas dapat kita lihat pada masyarakat nelayan pesisir. Kaum wanita di wilayah pesisir memegang peranan penting untuk ikut menjaga keberlangsungan rumah tangganya. Selain berkewajiban mengurusi rumah tangga mereka juga cenderung membantu pekerjaan suami mereka yang mempunyai profesi sebagai seorang nelayan. Tidak jarang kalau mereka terlibat aktif dalam kegiatan mencari nafkah untuk menopang pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka. Ragam pekerjaan yang bisa dimasuki oleh istri-istri nelayan di Indonesia untuk memperoleh penghasilan adalah menjadi pengumpul pengolahan hasil ikan, menjadi pekerja didalam perusahaan perikanan, menjadi pedagang ikan eceran, menjadi pedagang ikan perantara, atau menjadi pemilik warung di sekitar wilayah pesisir. Pada umumnya semua kegiatan yang dilakukan tadi berhubungan dengan kegiatan perikanan.

Kebanyakan masyarakat pesisir dan pulau kecil, terutama nelayan memang bergantung pada kegiatan perikanan, tetapi itu tidak berarti bahwa semua orang dipulau kecil harus bergantung pada sektor tersebut, pada hakekatnya pembangunan secara holistik adalah pembangunan yang mencakup semua aspek. Untuk itu setiap sumberdaya lokal patut diberdayakan misalnya dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan usaha.

Masih adanya pandangan yang menganggap kaum perempuan adalah sub-ordinat kaum laki-laki, jelas akan berdampak terhadap persepsi perempuan dalam beberapa hal. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak negatif misalnya lemahnya partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pola pemikiran tersebut harus dirubah, antara lain dengan cara melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan, khususnya mengenai peningkatan ekonomi keluarga.

Meskipun seringkali kaum perempuan di wilayah pesisir pulau kecil merupakan asset sumberdaya manusia yang sangat bias untuk dikembangkan. Keberadaan kaum perempuan di pulau kecil kurang mendapat perhatian karena


(21)

dianggap tidak memiliki kewajiban dalam menjalankan ekonomi keluarga. Tentu saja pandangan seperti ini haruslah dirubah. Kaum perempuan juga harus memilki hak yang sama dengan kaum pria, dan juga harus diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri.

Salah satu contoh usaha mikro yang telah dijalankan oleh kaum perempuan pulau kecil adalah di wilayah Pulau Bunaken, walaupun daerah ini telah menjadi objek tujuan wisata domestik maupun mancanegara kenyataannya masih dilakukan secara tradisional dan belum adanya sentuhan teknologi modern dalam pengerjaannya, otomatis hal ini berdampak terhadap mutu dan nilai jual dari barang yang diperdagangkan seperti kerajinan tangan ataupun asesories menjadi rendah (murah). Kurangnya pengetahuan dan akses informasi mengakibatkan variasi barang kerajinan yang mereka hasilkan monoton jenisnya, dan ditambah tidak adanya pengetahuan manajemen usaha dan keuangan membuat usaha mereka hanya cukup digunakan untuk keperluan sehari-hari bahkan kadang masih kurang.

Dengan demikian diperlukan adanya suatu usaha untuk meningkatkan income/pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat Kota Manado terutama perempuan/ibu tumah tangga di pulau-pulau kecil yang berbasis potensi sumberdaya lokal yang ada. Hal ini diharapkan dapat mendorong peningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan pulau-pulau kecil di Pulau Bunaken, juga dapat mengisi waktu luang perempuan pulau-pulau kecil pada saat para nelayan (kaum pria) melaut untuk menangkap ikan ataupun sebagai tukang perahu.

Berdasarkan permasalahan diatas dianggap perlu untuk dilakukan suatu upaya pemberdayaan terhadap kaum perempuan dipulau kecil dalam mengembangan usaha skala mikro, seperti memberikan modal pengetahuan berupa pembinaan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan keterampilan kaum perempuan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal. Perlu adanya pengkajian terhadap keungulan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia diwilayah tersebut pengkajian terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan usaha di pulau kecil, termasuk pelibatan peran serta stakeholders-nya sehingga diperoleh suatu pola yang tepat dalam pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken khususnya dan pulau kecil di Indonesia pada umumnya demi meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan peran serta kaum perempuan di Pulau-pulau kecil.


(22)

C. Tujuan

Tujuan pelaksanaan tugas akhir ini;

1. Mengidentifikasi produk-produk usaha mikro berbasis potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil .

2. Mengidentifikasi jenis-jenis usaha mikro berbasis potensi sumberdaya lokal dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil.

3. Menganalisis pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil.

D. Kegunaan

Terciptanya usaha mikro yang produktif dan berkelanjutan dengan;

1. Meningkatnya peran kaum perempuan pulau-pulau kecil di Pulau Bunaken dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga berbasis sumberdaya lokal.

2. Meningkatnya usaha mata pencaharian alternatif berbasis sumberdaya lokal di pulau bunaken

3. Meningkatnya pengetahuan kaum perempuan di Pulau Bunaken dalam pengembangan usaha mikro.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pulau Bunaken dan Potensi Sumberdaya Alamnya

Berdasarkan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil definisi Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berasaskan: keberlanjutan; konsistensi; keterpaduan; kepastian hukum; kemitraan; pemerataan; peran serta masyarakat; keterbukaan; desentralisasi; akuntabilitas; dan keadilan. (DKP, 2008)

Pulau Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² yang terletak di Teluk Manado, di utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Pulau Bunaken termasuk dalam wilayah Kecamatan Bunaken, Kota Manado bersama 2 pulau lainnya yaitu, Pulau Manado Tua dan Pulau Siladen, serta sebagian wilayah pesisir Kota Manado. Sementara Pulau Bunaken sendiri terdiri dari 3 Desa yaitu Alungbanua, Bunaken, dan Tanjung Parigi (Diskanlut Kota Manado, 2007).

Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kelautan Manado Tua. Taman laut ini memiliki

biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia. Selam scuba menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Kawasan Bunaken ditetapkan menjadi Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.:730/Kpts-II/1991 tanggal 15 Oktober 1991 tentang “Penetapan kawasan Pulau-pulau Bunaken, Siladen Manado Tua, Mantehage, dan Nain serta Arakan-Wowontulap” sebagai Taman Nasional Bunaken, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Desember 1992. (Dephut, 2008)

B. Karakteristik dan Peranan Perempuan

Karakteristik individu memiliki pengertian sebagai sifat-sifat yang ditampilkan oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupannya di dunia atau didalam kehidupannya sendiri. Perempuan memiliki sifat-sifat khusus yang jarang dimiliki oleh kaum laki-laki sehingga sifat-sifat khusus tersebut merupakan aset perempuan. Perempuan memiliki kecenderungan lebih teliti, terampil dan sabar dibanding laki-laki. Perempuan akan mengalami hambatan untuk maju jika dianggap lebih rendah dari laki-laki.


(24)

Pandangan yang menganggap kaum perempuan adalah sub-ordinat kaum laki-laki, jelas akan berdampak terhadap persepsi perempuan dalam beberapa hal. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak negatif misalnya lemahnya partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pemikiran yang harus dirubah, salahsatu caranya adalah dengan melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan, khususnya mengenai peningkatan ekonomi keluarga.

Sajogyo (1985) berpendapat bahwa terdapat dua tipe peranan pada wanita yaitu:

1. Pola peranan, dimana peranan wanita seluruhnya hanya dalam pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan pemeliharaan kebutuhan hidup semua anggota dari keluarganya

2. Pola peranan, dimana terdapat dua peranan wanita yaitu dalam rumah tangga dan juga mencarai nafkah.

3. Dari hal di atas, wanita atau perempuan terbukti memegang sejumlah fungsi sentral dalam keluarga dan sekaligus merupakan sumberdaya yang tidak kalah penting dibanding dengan pria.

Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia menjelaskan :

Pasal 1 : Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyaki martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.

Pasal 2 : Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam pernyataan ini dengan tak ada pengecualian apapun, seperti kebebasan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama politik atau pandangan lain asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik kelahiran ataupun kedudukan lainnya.

C. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Pada Hakekatnya, pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang (enabling). Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada manusia yang sama sekali tanpa memiliki daya. Setiap manusia pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari, atau daya tersebut masih belum bisa diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu daya harus digali, dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini yang berkembang, maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan


(25)

kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Disamping itu pemberdayaan hendaknya jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantngan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantar pada proses kemandirian. (Sulistiyani, 2004).

Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik. Data Susenas 2003 menunjukkan bahwa, penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki (11,56 persen berbanding 5,43 persen). Penduduk perempuan yang buta huruf sekitar 12,28 persen, sedangkan penduduk laki-laki yang buta huruf sekitar 5,84 persen. Pada tahun 2000, angka kematian ibu melahirkan masih tertinggi di ASEAN, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil juga masih tinggi yaitu sekitar 50,9 persen Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Berdasarkan Susenas 2003, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih relatif rendah yaitu 44,81 persen, dibandingkan dengan laki-laki (76,12 persen). Di bidang politik, meskipun Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu mengamanatkan keterwakilan 30 persen perempuan di lembaga legislatif, namun hasil Pemilu 2004 masih menunjukkan rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, yaitu keterwakilan perempuan di DPR hanya 11,6 persen dan di DPD hanya 19,8 persen (data Komisi Pemilihan Umum). Pada tahun 2003, rendahnya keterlibatan perempuan dalam jabatan publik juga dapat dilihat dari rendahnya persentase perempuan PNS yang menjabat sebagai Eselon I, II, dan III (12 persen). Sementara itu, peran perempuan di lembaga judikatif juga masih rendah, yaitu masing-masing sebesar 16,2 persen dan 3,4 persen sebagai hakim di Peradilan Umum dan di Peradilan Tata Usaha Negara, serta 17 persen sebagai Hakim Agung pada tahun 2000 (data Badan Kepegawaian Negara, 2003) (Bappenas, 2003).

Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di negara berkembang seperti penggusuran dari kampung halaman, eksploitasi. Namun pemiskinan atas perempuan maupun laki yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-laki.


(26)

Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Beberapa studi dilakukan untuk membahas bagaimana program pembangunan telah meminggirkan sekaligus memiskinkan perempuan (Bappenas, 2003).

D. Perempuan dalam Pembangunan.

Indeks pembangunan manusia skala internasional dan nasional dilihat dari tiga aspek yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kondisi dan posisi perempuan meliputi 3 (tiga) aspek tersebut di atas sebagai berikut:

1. Pendidikan

Di bidang pendidikan, kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki. Kondisi ini antara lain disebabkan adanya pandangan dalam masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan laki-laki untuk mendapatkan pendidikan daripada perempuan. Ketertinggalan perempuan dalam bidang pendidikan tercermin dari presentase perempuan buta huruf (14,54% tahun 2001) lebih besar dibandingkan laki-laki (6,87%), dengan kecenderungan meningkat selama tahun 1999-2000. Tetapi pada tahun 2002 terjadi penurunan angka buta huruf yang cukup signifikan. Namun angka buta huruf perempuan tetap lebih besar dari laki-laki, khususnya perempuan kepala rumah tangga. Angka buta huruf perempuan pada kelompok 10 tahun ke atas secara nasional (2002) sebesar 9,29% dengan komposisi laki-laki 5,85% dan perempuan 12,69% (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2002). Menurut Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. Angka buta huruf perempuan 12,28% sedangkan laki-laki 5,84%.

2. Kesehatan

Menurut Gender Statistics and indicators 2000 (BPS), kemajuan di bidang kesehatan ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian bayi dari 49 bayi per 1000 kelahiran pada tahun 1998 menjadi 36 tahun 2000, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2001). Menurunnya angka kematian anak serta meningkatnya angka harapan hidup dari 64,8 tahun (1998) menjadi 67,9 tahun (2000), Berdasarkan


(27)

estimasi parameter demografi 1998 yang dikeluarkan BPS, angka harapan hidup pada periode 1998-2000 cenderung meningkat. Usia harapan hidup (life expectancy rate) perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 69,7 tahun berbanding 65,9 tahun. (Sumber: BPS, Estimasi Parameter Demografi, 1998). Dibidang kesehatan, selama periode 1998-2000 ada penurunan angka kematian bayi, Infant Mortality Rate (IMR). Namun angka kematian bayi laki-laki lebih tinggi dibandingkan angka kematian bayi perempuan. Laki-laki 41, perempuan 31, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2001). Sejalan dengan semakin meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat, angka kematian anak, Child Mortality Rate (CMR) periode ini juga menunjukkan penurunan, namun demikian angka kematian anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan kematian anak perempuan laki-laki-laki-laki 9,8 sedangkan perempuan 7,9. (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2001). Dibidang kesehatan dan status gizi perempuan masih merupakan masalah utama, yang ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) 390/100.000 (SDKI 1994), 337/100.000 (SDKI 1997), dan menurun 307/100.000 (SDKI 2002). 3. Ekonomi

Di bidang ekonomi, secara umum partisipasi perempuan masih rendah, kemampuan perempuan memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah, demikian juga dengan akses terhadap sumber daya ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 45% (2002) sedangkan laki-laki 75,34%, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2002). Sedangkan ditahun 2003 TPAK laki-laki lebih besar dibanding TPAK perempuan yakni 76,12% berbanding 44,81%. (BPS, 2003).

Menurut Handayani dan Sugiarti (2002) melihat akses dan kontrol berarti melihat apa akses yang dimiliki perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya tersebut, hal ini terkait dengan aspek berikut:

1. Siapa yang mempunyai akses terhadap sumberdaya produktif (termasuk sumberdaya alam) seperti tanah, hutan, peralatan, pekerja, pendidikan, dan lain-lain?


(28)

3. Siapa yang memperoleh keuntungan dari penggunaan sumberdaya itu?

E. Regulasi tentang Usaha Mikro

Perhatian Pemerintah dengan pengembangan usaha mikro tercermin dengan keluarnya UU RI No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Yang dimaksud dengan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam Pasal 6 pada UU ini juga dijelaskan tentang kriteria usaha mIkro, sebagai berikut :

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan ”hasil penjualan tahunan” adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun buku.

Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan sebagai fasilitator dalam bidang: a. produksi dan pengolahan;

b. pemasaran;

c. sumber daya manusia; dan d. desain dan teknologi.

Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud dilakukan antara melalui peningkatan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk dan mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan.

Pengembangan dalam bidang sumberdaya manusia sebagaimana dikembangkan adalah dengan cara memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; juga termasuk membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk


(29)

melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru. (DepkopUKM, 2008)

Eksistensi dan peran UKM pada tahun 2006 mencapai 48,93 juta unit usaha dan merupakan 99,9% dari pelaku usaha nasional dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional: PDB adalah semua barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun).

Sementara kegiatan usaha di pulau kecil juga diatur dalam suatu UU yaitu UU No. 27 tahun 2008 tentang pemanfaatan dan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil serta Peraturan Menteri (PerMen) KP No. 20 tahun 2008 tentang pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya yang diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut :

a. konservasi;

b. pendidikan dan pelatihan; c. penelitian dan pengembangan; d. budidaya laut;

e. pariwisata;

f. usaha perikanan dan kelautan secara lestari; g. pertanian organik; dan/atau

h. peternakan.

Selain hal-hal di atas disebutkan pula bahwa pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya, kecuali untuk konservasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan, wajib memenuhi persayaratan berikut:

a. sesuai dengan rencana zonasi;

b. memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan;

c. memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat; dan d. menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

Untuk memperluas kesempatan masyarakat miskin kawasan pesisir dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan melalui program diantaranya:

a. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan;


(30)

terhadap harga-harga hasil tangkapan nelayan dan dalam pengambilan keputusan;

c. Pelaksanaan regulasi yang mengatur kawasan penangkapan ikan dan pengakuan atas tradisi lokal masyarakat pesisir;

d. Optimalisasi daya guna potensi sumber daya kelautan dan pesisir;

e. Koordinasi berbagai sumber bantuan modal, peralatan tangkap dan teknologi untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat pesisir; f. Pemberdayaan ekonomi bagi perempuan di kawasan pesisir; dan

g. Peningkatan pengawasan kegiatan ekonomi pesisir dengan melibatkan masyarakat pesisir melalui patroli keamanan wilayah laut dan pesisir berbasis masyarakat (Siswasmas) (Bappenas, 2003).

Sejak tahun 1990-an, ada sebuah sistem keuangan untuk melayani masyarakat miskin, khususnya perempuan, yang mulai diperkenalkan di Indonesia, yaitu sistem grameen bank. Sistem ini dirintis oleh Prof. Muhammad Yunus dari Bangladesh pada tahun 1977. Dari ujicoba yang dilakukan di Indonesia, ternyata menunjukkan hasil yang cukup baik, terbukti program ini mampu berjalan hingga sekarang.

Sejak akhir tahun 90-an, sistem ini mulai diperkenalkan di beberapa lokasi di Indonesia dan secara berangsur dikembangkan lebih serius. Dikatakan serius karena lembaga tersebut secara profesional membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang khusus menggunakan sistem grameen. Lembaga Replikasi Grameen Bank (RGB) ini menjadikan kelompok perempuan dari keluarga miskin, bahkan paling miskin, sebagai sasarannya.

Dalam konteks grameen bank, orang yang paling miskin adalah orang yang paling membutuhkan modal untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya, sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Selain itu, orang yang paling miskin adalah orang yang paling taat dalam membayar utang, karena dana pinjaman itulah satu-satunya yang memungkinkan untuk bisa membantu meningkatkan kehidupan mereka. Pemahaman ini sangat berbeda dengan pemahaman yang belaku di hampir semua lembaga keuangan, bahwa orang miskin tidak layak untuk diberi pinjaman karena tidak bankable.

Selama hampir sepuluh tahun pengalaman RGB di Indonesia, nasabah perempuan ternyata mempunyai track record yang cukup baik, seperti terlihat dari kehadiran dalam minggon, pembayaran angsuran, kekompakan dalam kelompok, dan lain-lain. Perempuan juga mempunyai tanggung jawab yang


(31)

sangat baik dalam penggunaan pinjaman, terlepas apakah dana tersebut digunakan sendiri atau digunakan oleh suaminya. Andaikan dana itu digunakan oleh suaminya, maka sebagai isteri, mereka akan mengontrol penggunaannya.

Meskipun kini sudah banyak program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, ternyata jumlah orang miskin tak juga berkurang, malahan bertambah. Dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 40-50 juta, tampak bahwa peluang pasar untuk LKM masih sangat besar. Dilihat dari jenis kelamin, maka penduduk perempuanlah yang paling merasakan dampak dari kemiskinan tersebut, sehingga cukup beralasan kalau RGB memprioritaskan perempuan sebagai target marketnya. (Riyadi, 2003)

Berdasarkan regulasi dan beberapa kebijakan serta program di atas maka kegiatan usaha mikro di pulau kecil memang sudah sangat layak untuk lebih dikembangkan. Tenaga kerja yang paling baik untuk diberdayakan adalah para perempuan yang dapat menjadikan usaha mikro ini sebagai mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan ekonomi keluarganya.


(32)

III. METODOLOGI

PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tugas Akhir ini dilaksanakan di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 6 bulan (Juli 2008 – Januari 2009). Kegiatan penelitian ini meliputi, pengumpulan data awal mengenai lokasi penelitian, dilanjutkan dengan pengambilan data dilapangan pada bulan Agustus – November 2008, kemudian dilanjutkan dengan analisis data yang mencakup pengumpulan data dan pengolahan data, kajian pustaka, serta penulisan laporan.

B. Metode Kerja

1. Pengumpulan Data Primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dengan melakukan survei, yaitu pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah kelompok perempuan di pulau Bunaken, Sulawesi Utara yang dalam usia produktif dan pihak yang terkait seperti Pemerintah dan swasta.

Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan melakukan survei dan wawancara tehadap panelis (stakeholders) yang terdiri atas pihak pemerintah dan swasta guna mengetahui persepsi mereka terhadap pengembangan usaha mikro khususnya dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan pola pengembangan yang cocok diterapkan pada lokasi penelitian serta menggunakan kuisioner yang telah disediakan. Penentuan sampel digunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja) berdasarkan kuisioner (Sumarni dan Wahyuni. 2006; Nazir. 1988). Artinya, responden yang dipilih sesuai dengan kebutuhan data peneltian, yaitu kaum perempuan di Pulau Bunaken yang memiliki/menjalankan usaha kecil serta pihak terkait lainnya.

Selain itu juga dilakukan observasi dengan tujuan mengetahui keadaan lokasi, gambaran kondisi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di pulau Bunaken secara umum khususnya para perempuan yang memiliki


(33)

usaha mikro, pengamatan bentuk kegiatan industri perikanan, dan kegiatan-kegiatan masyarakat pulau Bunaken secara umum.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan melalui metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dari data tertulis yang dapat dipercaya kebenarannya. Data sekunder juga dikumpulkan dari data studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dari kepustakaan yang menunjang dan berhubungan dengan masalah atau dengan topik yang akan dibahas dan mempunyai manfaat sebagai data aktual.

Data lainnya yang dikumpulkan adalah data umum seperti potensi sumber daya lokal daerah, potensi dan jenis usaha kecil, potensi dan jenis usaha kecil perikanan, potensi perikanan, kondisi ekosistem serta pendapatan masyarakat setempat yang diperoleh dari instansi dan lembaga yang berkait dengan perikanan seperti Dinas Perikanan Kota Manado Sulawesi Utara dan Departemen Kelautan dan Perikanan.

C. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini terkait pada tujuan penelitian, yaitu (1) mengidentifikasi produk-produk usaha mikro berbasis potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil, (2) mengidentifikasi jenis-jenis usaha mikro berbasis potensi sumberdaya lokal dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. Tujuan (1) dan (2) akan dikaji berdasarkan aspek sosial-ekonomi-lingkungan-teknologi dengan menggunakan metode Multiple Criteria Analysis/MCA (gambar 2). (3) Menganalisis pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil digunakan metode Analytical Hierarchy Process/AHP. Alur penelitian untuk mencapai tujuan-tujuan ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.


(34)

Ekonomi Sosial Lingkungan

- Modal Usaha - Peluang Pasar - Hasil Usaha

Kriteria

- Penyerapan Tenaga Kerja - Tingkat

Pendapatan masyarakat lokal

Kriteria

- Ketersediaan Bahan Baku - Kesadaran

dampak lingkungan - Kontinuitas

Produksi

Kriteria

- Sarana Prasarana - Penyerapan

teknologi - Akses

Informasi

Kriteria

MULTI CRITERIA

ANALYSIS

(MCA)

Teknologi

PRODUK DAN JENIS USAHA UNGGULAN

POTENSI SDA DAN SDM


(35)

Data Primer

- Survei - Wawancara - Kuisioner

Data Sekunder

- Literatur - Dokumentasi - Statistik

- Data lainnya yang menunjang.

Produk berbasis potensi SDM dan SDA

Jenis/bentukUsaha

Berbasis SDA lokal

Scoring/

MCA

AHP

POLA PENGEMBANGAN

USAHA

Pengumpulan Data


(36)

Potensi SDA dan SDM di Pulau Bunaken Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Lingkungan Aspek Teknologi Rendahnya taraf ekonomi masyarakat di pulau kecil, kurangnya modal dalam pengembangan usaha Usaha yang dikembangkan oleh kaum perempuan yang bersifat mendukung usaha kaum pria Kurangnya pengembangan usaha dengan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal Kurangnya sarana komunikasi dan informasi mengakibatkan rendahnya penerapan teknologi dalam pengembangan usaha di pulau

kecil,

Sulitnya pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau

bunaken

- Multi-criteria Analysis (MCA) - Analytical Hierarchy Process(AHP)

1. Produk Unggulan 2. Jenis Usaha Unggulan

3. Pola pengembangan Usaha Mikro dalam

mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil

Masalah

Pendeka

tan/

Analisis

Hasil yang diharpka

n

Da

mpa

k

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan Di Pulau Kecil


(37)

Proses Hierarki Analitik (PHA) diharapkan dapat mengetahui persepsi atau pandangan stakeholders tentang daerah penelitian. Persepsi atau pandangan stakeholders tersebut diserap melalui pengisian kuisioner untuk masing-masing responden. Nilai yang diberikan oleh responden berdasarkan hasil perbandingan yang sesuai dengan skala nilai yang ditetapkan oleh Saaty.

Prinsip penilaian PHA adalah membandingkan tingkat kepentingan prioritas antara satu elemen dengan elemen lainnya yang berada pada tingkatan atau level yang sama berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini meliputi pertimbangan aspek, kriteria yang berpengaruh dan tujuan yang hendak dicapai atau dikehendaki yaitu penentuan prioritas pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil.

1. Analisis Multi Kriteria (MCA)

Untuk mendapatkan data pada tujuan 1 dan 2, dilakukan Inventarisasi data melalui observasi dan survei lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Multi Kriteria (AMK/MCA) untuk mendapatkan produk unggulan dari potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia dan jenis/bentuk usaha unggulan di Pulau Bunaken.

Analisis Multi Kriteria (MCA) adalah salah satu dari beberapa alat pengambilan keputusan yang dibuat untuk menganalisis persoalan yang bersifat multi kriteria dan komplek dengan memasukkan aspek kualitatif dan kuantitatif. Dalam kondisi dimana terdapat banyak kriteria, maka harus dilakukan suatu proses penilaian logis yang terstruktur. Kesulitan lain yang sering dihadapi dalam pengambilan keputusan adalah bagaimana mencapai suatu konsensus bersama ketika kriteria ini melibatkan banyak bidang dan tujuan tertentu. MCA menyediakan suatu ruang untuk mencapai kesepakatan multi sektoral dalam menentukan nilai kepentingan relatif dari masing-masing kriteria ini.

Secara garis besar kegiatan MCA terdiri atas beberapa langkah utama yakni: (1) penetapan sasaran, (2) penetapan kriteria, pembobotan (weighting) kriteria dan (3) penilaian (scoring) atas berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan kriteria. Sasaran (objectives) ditetapkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, misalnya untuk tujuan 1 adalah potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya manusia. Dengan kata lain, sasaran merupakan turunan dari tujuan atau penjabaran yang lebih spesifik


(38)

dari tujuan.

Setelah sasaran ditetapkan, kemudian ditetapkan kriteria yang ingin diterapkan berkaitan dengan sasaran tersebut. Kriteria bisa merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai atau kondisi batas yang menjadi prasyarat bagi tercapainya sasaran. Kriteria dapat juga berfungsi sebagai tolok ukur bagi tercapainya sasaran yang diinginkan.

a. Kriteria penilaian MCA

Beberapa Aspek yang diamati adalah dalam penelitian ini meliputi; • Aspek Ekonomi

Yang termasuk kriteria dalam aspek ekonomi adalah besarnya modal usaha, suatu usaha akan dapat berkembang dengan baik apabila memilki modal yang cukup, baik modal secara individu maupun berupa bantuan atau pinjaman.

Penilaian untuk kriteria di atas dilakukan dengan metode scoring yaitu: 1 = besar; 2 = sedang; 3 = kecil.

Aspek Sosial

Kriteria dari aspek sosial bisa dilihat dari penyerapan/jumlah tenaga kerja ditinjau dari penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap wirausaha wanita apakah dapat memberi kesempatan kerja perempuan dipulau kecil setempat atau tidak, juga dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja pada suatu usaha. Scoring pada untuk kriteria di atas dilakukan adalah: 1 = sangat berpengaruh; 2 = berpengaruh; 3 = cukup berpengaruh.

Aspek Lingkungan

Pengaruh pada aspek lingkungan dapat dilihat dari pemanfaatan potensi sumberdaya lokal yang digunakan dalam usaha mikro. Kriteria yang dinilai adalah ketersediaan bahan baku yang ditinjau dari sumber bahan baku apakah berasal dari sumberdaya alam (SDA) di lokasi penelitian ataukah berasal dari luar daerah. Nilai pada aspek ini yaitu: 1 = luar seluruhnya; 2 = lokal + luar, 3 = lokal seluruhnya.

Besar kecilnya potensi sumberdaya alam juga dapat dilihat dari Kriteria kontinuitas produksi suatu usaha mikro, makin besar kontinuitas suatu produksi maka akan mengakibatkan besarnya pemanfaatan potensi SDA disekitarnya. Kontinuitas produksi dihutung dari banyaknya penjualan pehari/perbulannya.


(39)

Aspek Teknologi

Kriteria dari aspek teknologi adalah kemampuan penyerapan teknologi; penyerapan teknologi sangatlah bergantung pada tingkat pendidikan dan kesempatan yang diperoleh wirausaha wanita misalnya adanya pembinaan dan pelatihan dari lembaga pemerintah. Scoring pada aspek teknologi yaitu: 1 = sulit, 2 = sedang, 3 = mudah.

Pengembangan dan penetapan kriteria di atas kemudian dilanjutkan dengan pembobotan kriteria. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan memperbandingkan preferensi atau tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria satu sama lain untuk mendapatkan bobot yang proporsional antara masing-masing kriteria. Penetapan bobot (weighting) ini merupakan salah satu bagian yang penting dalam proses MCA.

Selanjutnya dilakukan penilaian (scoring) atas beberapa pilihan alternatif keputusan yang ada dengan menggunakan kriteria yang sudah dibobotkan pada langkah tersebut di atas. Untuk masing-masing kriteria, seluruh alternatif keputusan yang ada dinilai dan diperbandingkan.

Hasil dari penilaian atas masing-masing alternatif keputusan per kriteria kemudian dikalikan dengan hasil dari pembobotan kriteria. Hasil akhirnya adalah total skor dari masing-masing alternatif keputusan. Ranking prioritas dari berbagai alternatif keputusan dapat disusun berdasarkan total skor.

Secara garis besar dalam penelitian ini kegiatan MCA terdiri atas 3 langkah utama yakni:

1. penetapan sasaran; yang dimaksud sasaran dalam penelitian ini adalah wanita pedagang dan pengusaha di pulau Bunaken.

2. penetapan kriteria, pembobotan (weighting) kriteria.

3. penilaian (scoring) atas berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan kriteria.

Sasaran (objectives) ditetapkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, misalnya untuk tujuan 1 adalah potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya manusia. Dengan kata lain, sasaran merupakan turunan dari tujuan atau penjabaran yang lebih spesifik dari tujuan.

Setelah sasaran ditetapkan, kemudian ditetapkan kriteria yang ingin diterapkan berkaitan dengan sasaran tersebut. Kriteria bisa merupakan


(40)

kondisi ideal yang ingin dicapai atau kondisi batas yang menjadi prasyarat bagi tercapainya sasaran. Kriteria dapat juga berfungsi sebagai tolok ukur bagi tercapainya sasaran yang diinginkan.

Perhitungan menggunakan Analisis Multi Kriteria/ Multi Criteria Analysis (MCA) diolah berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dari 40 responden yang merupakan wanita pengusaha/pedagang. Untuk mengetahui produk unggulan usaha mikro data yang diperoleh dihitung rata-ratanya dan berdasarkan nilai minimum dari dan nilai maksimum dari data maka diperoleh fungsi nilai (FN) Rumus menghitung FN:

(x - nilai min) FN = ____________________ (nilai max - nilai min)

Keterangan :

X = nilai rata-rata dari masing-masing data FN = Fungsi Nilai (Bobot nilai)

Kemudian masing-masing data nilai FN dijumlahkan dan dibagi dengan banyaknya produk sehingga diperoleh FN total. Kemudian diperingkat, makin besar nilai FN nya maka peringkatnya makin baik/unggul.

2. AHP untuk Penentuan Pengembangan Usaha Mikro di Pulau Bunaken.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan suatu masalah. Masalah disederhanakan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dalam pengambilan keputusan yang efektif atas masalah tersebut (Marimin, 2004). Dalam penelitian ini AHP digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan Pola Pengembangan usaha bagi kaum perempuan di Pulau Bunaken yang paling tepat.

Prinsip Kerja AHP adalah penyederhanaan terhadap suatu persoalan yang kompleks dan yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki.


(41)

Ide dasar prinsip kerja AHP adalah :

a. Penyusunan Hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Hierarki pengambilan keputusan dalam penentuan tujuan utama pengembangan usaha mikro di pulau Bunaken dapat dibagi dalam 4 tingkat yaitu :

- Tingkat 1 fokus terhadap pola pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken untuk mendukung pemberdayaan perempuan.

- Tingkat 2 merupakan aktor/pelaku yang berperan dalam usaha mikro di Pulau Bunaken.

- Tingkat 3 merupakan faktor-faktor yang berperan dalam

pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken dalam mendukung pemberdayaan perempuan.

- Tingkat 4 alternatif pengembangan usaha bagi wanita pengusaha mikro di Pulau Bunaken.

b. Penilaian Kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Pembuatan skala perbandingan ditujukan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria/ kepentingan yang setingkat di atasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki atau dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparation) seperti tabel dibawah ini:


(42)

Tabel 1. Tabel Penilaian Kriteria dan Alternatif

Sumber : Saaty (1993)

Tingkat kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama penting. Dua elemen

mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting

daripada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting

dari elemen lainnya.

Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya.

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai

pertimbangan yang berdekatan.

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat

satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, mempunyai nilai kebalikan bila

dibandingkan dengan i.

Aktor atau pelaku yang berperan adalah:

1. Wanita pengusaha/pedagang (selanjutnya dalam penelitian ini disebut wanita usaha/dagang) adalah perempuan yang memilki usaha/ produsen suatu produk/jenis usaha ataupun yang berprofesi pedagang atau kedua-duanya.

2. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Instansi pemerintah daerah kota Manado, sulawesi utara yang membawahi sektor perikanan dan kelautan.


(43)

3. Dinas Koperasi dan UKM adalah Instansi pemerintah daerah kota Manado, Sulawesi Utara yang membawahi sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

4. Departemen Kelautan dan Perikanan adalah Instansi Pemeritah yang membawahi bidang kelautan dan perikanan termasuk didalamnya pemanfaatan dan pengelolaan di wilayah pulau-pulau kecil.

5. LSM/NGO adalah lembaga independen yang memilki keterkaitan dengan usaha mikro di pulau bunaken misalnya koperasi ataupun lembaga swadaya masyarakat lainnya.

d. Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaiaan persamaan matematik.

Faktor-faktor yang berperan dalam mewujudkan pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken adalah sebagai berikut.

a. Potensi Sumberdaya Lokal. b. Sarana dan Prasarana.

c. Potensi Sumberdaya Manusia. d. Potensi Teknologi.

e. Peluang Pasar. f. Aspek Kelembagaan. g. Modal Usaha.

Dari analisis tersebut akan diperoleh pola pengembangan usaha mikro yang dapat diterapkan, peningkatan peran kaum perempuan dalam meningkatkan perekonomian keluarga serta peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal dan pembangunan daerah yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan.


(44)

e. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis (Marimin, 2004). Masing-masing faktor tersebut akan dilihat tingkat prioritasnya dengan beberapa kriteria yaitu (1) tenaga kerja wanita, (2) peningkatan ekonomi keluarga, (3) peningkatan pendapatan anggaran daerah, (4) usaha mikro berkelanjutan.

D. Aspek Kajian

Aspek kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini mencakup ; 1. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi adalah gambaran mengenai kondisi ekonomi usaha kecil di Pulau Bunaken. Pengukuran parameter ekonomi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat ekonomi suatu usaha mikro sebagai mata pencaharian alternatif (MPA) seperti, modal usaha, biaya produksi, dan nilai barang/ produk yang dijual/dihasilkan. Salah satu contoh kondisi ekonomi misalnya pada biaya produksi dalam setiap pembuatan atau untuk menyelesaikan suatu produksi pasti memakai biaya produksi. Besarnya biaya produksi merupakan salahsatu penentu besarnya harga jual suatu produk.

2. Aspek Sosial

Aspek sosial adalah gambaran tentang kondisi sosial dan latar budaya di Pulau Bunaken. Analisis sosial ditinjau dari penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap pengembangan usaha mikro yaitu seberapa besar dampak sosial yang terjadi. Misalnya, banyaknya tenaga kerja yang terlibat, kesempatan kerja bagi kaum perempuan setempat, yang dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang diserap, serta pendapatan yang diterima oleh para perempuan yang bergerak dibidang usaha mikro tersebut, baik produsen maupun hanya pedagang. Kriteria penyerapan tenaga kerja dilakukan dengan melihat jumlah perempuan yang memiliki usaha ataupun berdagang pada lokasi tersebut. Untuk Kriteria pendapatan yang diterima dapat dilihat dari pendapatan bersih yang diterima seorang wanita pengusaha dan pedagang dalam jangka waktu tertentu.


(45)

3. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan dianalisis untuk mengetahui besarnya potensi sumberdaya lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat di P. Bunaken dalam pengembangan usahanya. Parameter yang diukur adalah ketersedian bahan baku dan seberapa besar kesadaran masyarakat diwilayah tersebut terhadap kelestarian lingkungan.

4. Aspek Teknologi

Untuk mengetahui besarnya terapan teknologi ataupun pengetahuan yang digunakan oleh pelaku usaha kecil parameter yang dapat dilhat adalah perkembangan pasar/permintaan konsumen dalam menghadapi persaingan usaha, tingkat teknologi yang dikuasai, dan teknologi yang digunakan dalam pengembangan usaha oleh responden.

Kriteria lainnya yang dilihat pada aspek teknologi adalah adanya daya dukung suatu usaha, seperti kondisi sarana dan prasarana. Ketersedian sarana dan prasarana merupakan penunjang dalam pengembangan suatu usaha. Karena semakin banyak sarana yang ada maka semakin dapat membantu upaya dalam pengembangan usaha, misalnya ketersediaan sarana transportasi, penerangan, air bersih dan sebaginya. Kriteria akses informasi juga merupakan salahsatu daya dukung yang juga harus diperhatikan. Akses informasi yang diperoleh masyarakat di pulau kecil umumnya rendah karena letak geografis yang terisolir serta keterbatasan sarana dan prasarana.


(46)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Keadaan Umum Pulau Bunaken

Pulau Bunaken adalah pulau kecil yang berfungsi sebagai daerah wisata yang termasuk di dalam wilayah Kota Manado. Kota Manado sendiri memilki 3 pulau kecil yaitu Pulau Bunaken, Pulau Siladen dan Pulau Manado Tua yang lokasinya berdekatan dengan Kota Manado (Gambar 5). Pulau Bunaken memilki potensi wisata yang sangat dikenal bahkan sampai mancanegara yaitu wisata Taman Lautnya. Kondisi inilah yang mejadikan salah satu visi Kota Manado yaitu untuk menjadi Kota Wisata dunia pada tahun 2010.

Bunaken adalah salah satu pulau kecil di Kecamatan Bunaken yang terdiri dari 2 kelurahan yaitu kelurahan Bunaken dan Alung Banua dengan luas daratan 8,08 Km2. Bunaken terletak di sebelah Barat Laut teluk Manado, berjarak sekitar 6 Km dari pusat kota Manado atau 3,5 Km dari Tongkeina di Tanjung Pisok. Akses ke Bunaken dari Manado sangat lancar dengan menggunakan speedboat atau perahu katamaran yang dapat ditempuh dalam waktu 20-50 menit.

Kelurahan Bunaken memiliki luas wilayah 535 Ha yang terdiri dari 6 lingkungan dimana lingkungan I-V berada di Pulau Bunaken dan lingkungan VI di Pulau Siladen. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Kelurahan Bunaken sebanyak 2.807 jiwa (769 KK). Sebagian besar penduduk Pulau Bunaken memiliki mata pencaharian sebagai nelayan (717 orang), petani (160 orang), pengrajin (95 orang) dan swasta/buruh (81 orang). Sebagian kecil lainnya bekerja sebagai pegawai negeri, tukang kayu, pedagang dan jasa. Penduduk Bunaken didominasi oleh etnis sangir dan talaud, minahasa dan gorontalo.

Walaupun menjadi daerah tujuan wisata nasional, kondisi beberapa sarana dan prasarana di Bunaken masih terbatas. Akses transportasi dan komunikasi telepon/telepon seluler terlayani dengan baik, namun prasarana pendidikan dan kesehatan masih terbatas. Kelurahan Bunaken hanya memiliki 1 (satu) unit puskesmas pembantu dan 2 posyandu. Dalam bidang pendidikan, terdapat 2 buah TK, 4 buah SD, 1 buah SMP dan belum ada SMA. Sedangkan untuk fasilitas penunjang pariwisata terdapat 26 penginapan/resort dan 14 restoran. Namun demikian di Bunaken belum ada tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang menampung sampah-sampah yang dihasilkan oleh tempat-tempat tersebut.


(47)

Gambar 4. Peta Lokasi Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara

1. Potensi Pulau dan Taman Nasional Bunaken

a. Taman Nasional Bunaken (TNB)

Pulau Bunaken dan gugusan pulau-pulau disekitarnya memiliki keindahan alam bawah laut yang luar biasa dan merupakan satu dari 10 terumbu karang paling indah di dunia. Untuk itu, pada tanggal 24 Desember 1991, gugusan pulau-pulau Bunaken, Manado Tua, Siladen (Kota Manado), Mantehage dan Nain (Kab. Minahasa) ditetapkan menjadi Taman Nasional Laut Bunaken oleh Presiden RI. Selain potensi pariwisata bahari berupa terumbu karang (diving dan snorkling) dan


(48)

keindahan pantai, Pulau Bunaken juga memiliki potensi perikanan tangkap, ikan hias, mangrove, padang lamun dan kekayaan flora dan fauna daratan seperti kera hitam Sulawesi (yaki) dan kuskus.

Selain daya tarik hamparan terumbu karang yang indah dengan lebar 2,5 km dengan dinding terjal (drop off) mencapai ratusan meter (underwater greatwalls), Taman Nasional Bunaken juga memiliki potensi ikan yang jumlahnya mencapai 2000 jenis, termasuk ikan Raja Laut (Coelacanth) dan habitat laut dalam. Salah satu keunikan Taman Nasional Bunaken adalah kedalaman laut yang memisahkannya dengan daratan Sulawesi (mencapai 1000 meter). Kedalaman ini menjadi semacam barrier yang mengurangi tingkat kerusakan terumbu karang di Bunaken sebagai akibat pengotoran oleh sampah/ limbah dari daratan Kota Manado dan sekitarnya.

Taman Nasional Bunaken sudah mendunia, artinya sangat terkenal di dunia oleh karena kekayaan alamnya dan keindahan kehidupan di bawah laut dengan flora dan faunanya yang khas dan bervariasi sehingga banyak disukai para wisatawan mancanegara serta nusantara yang datang untuk melakukan penyelaman maupun sekedar menikmati jalur wisata permukaan air dengan cara berperahu. Setelah Taman Nasional Bunaken ini menjadi terkenal, maka secara kronologis statusnya ditetapkan sebagai berikut:

1. Merupakan salah satu Objek Wisata Kota Manado berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Nomor 224 Tahun 1980. 2. Perluasan Objek Wisata Bunaken berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Nomor 224 Tahun 1984.

3. Cagar Alam Laut Bunaken dan Manado Tua berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 328/Kpts-II/1986.

4. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1988, secara administrasi Kawasan Taman Laut Bunaken masuk dalam wilayah Kota Manado.

5. Calon Taman Nasional berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989.

6. Perubahan fungsi Cagar Alam Laut Bunaken berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 730/Kpts-II/91.


(49)

7. Diresmikan sebagai Taman Nasional oleh Presiden RI – Soeharto pada tanggal 24 Desember 1992.

8. Tahun 2000 hingga saat ini dikelola Secara Kolaboratif oleh Dewan Pengelolaan Taman Nasional Bunaken (DPTNB) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Nomor 233 Tahun 2000. Adapun Kedudukan, Tugas, dan Fungsi DPTNB berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Nomor 233 Tahun 2000. Tentang Pembentukan Dewan Pengelolaan Taman Laut Nasional Bunaken (DPTNB) Provinsi Sulawesi Utara, adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan

a. DPTNB adalah wadah bersama Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota, Balai Taman Nasional Bunaken, Instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat setempat, sektor bisnis dan akademis untuk bekerja sama dalam rangka memperkuat pengelolaan Taman Nasional Bunaken sehingga dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan.

b. DPTNB dipimpin oleh seorang Ketua Dewan yang bawah dan bertanggungjawab kepada gubernur.

c. DPTNB berkedudukan di Kota Manado Propinsi Sulawesi Utara.

d. Dalam menjalankan tugas harian, DPTNB didukung oleh

Sekretariat Dewan. 2. Tugas

a. Memediasi (menegahi tapa keberpihakan) dan mengelola (resolusi) konflik antara pihak.

b. Merencanakan Program tahunan dan lima tahunan.

c. Memberikan masukan berdasarkan apresiasi anggota dewan kepada instansi terkait tentang pengelolaan Taman Nasional Bunaken.

d. Membantu pengamanan dan pengawasan Taman Nasional

Bunaken.

e. Melakukan pengkajiaan dan penataan kawasan Taman Nasional Bunaken.

f. Melakukan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan Taman Laut Bunaken.


(50)

- Pemerintah Pusat secara konsultatif.

- Gubernur, Bupati dan Walikota secara tehnis operasional. - DPRD Sulawesi Utara secara konsultatif.

- Balai Taman Nasional Bunaken secara koordinatif. - Publik secara akuntanbilitas.

h. Memberikan pertimbangan kepada instansi terkait dalam rangka penerbitan izin-izin yang berkaitan dengan pengelolaan Taman Laut Bunaken.

i. Menetapkan Sekretariat Dewan. 3. Fungsi

a. Sebagai wadah koordinasi yang bersifat konsultatif. b. Penggalangan dana.

c. Pusat informasi dan koordinasi program-program yang

berhubungan dengan Taman Nasional Bunaken.

Fungsi penggalangan dana DPTNB diatur melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Utara Nomor 142 Tahun 2002 tentang perubahan atas beberapa pasal dalam Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 49 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Sulawesi Utara dan Nomor 14 Tahun 2000 Tentang Pungutan Masuk Pada Kawasan Taman Laut Bunaken.

4. Visi, Misi, dan Tujuan DPTNB, adalah:

Visi. Terwujudnya Taman Nasional Bunaken yang lestari dengan pengelolaan berbasis masyarakat secara berkelanjutan.

Misi: (a) melestarikan sumberdaya alam hayati dan ekosistem, (b) meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, (c)mengembangkan pariwisata alam di dalam kawasan.

Tujuan: (a) tempat pelestarian keanekaragaman hayati (hewan dan tumbuhan), (b) pendukung kehidupan masyarakat dalam kawasan, (c) pengembangan pariwisata dalam mendukung pendapatan negara. Adanya kewenangan khusus kepada DPTNB untuk menangani sistem tarif masuk dengan pembagian hasil, yakni 20 persen untuk pihak pemerintah dan 80 persen untuk DPTNB. Sedangkan 95 persen pendapatan dari hasil tarif masuk ditinggalkan di daerah Sulawesi Utara dan digunakan untuk program konservasi.


(51)

Sejak Kawasan Taman Nasional Bunaken dikelola oleh DPTNB, maka telah dilakukan sistem zonasi pulau dalam kawasan Taman Nasional Bunaken ber-dasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Pelestariaan Alam Departemen Kehutanan Nomor 147/Kpts/DJ-VI/1997, sebagai berikut :

a. Zona Inti, berfungsi sebagai pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta untuk kepentingan ilmu pengetahuaan, pendidikan, dan penelitian.

b. Zona Pemanfaatan, berfungsi untuk kegiatan yang berhu-bungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penelitian juga diperuntukkan bagi pusat pembangunan sarana/pra-sarana da-lam rangka pengembangan kepariwisataan ada-lam dan rekreasi. c. Zona Rehabilitas dan Zona Pemulihan, untuk penelitian dan

pengembangan serta pemulihan jenis tumbuhan (pohon kehidupan) dan satwa jenis asli.

d. Zona Pendukung Perairan, untuk kegiatan wisata alam terbatas. e. Zona Pendukung Daratan, untuk kegiatan wisata alam terbatas. f. Zona Pendukung Umum, untuk kegiatan sebagaimana poin a, d,

dan e. Pemanfaatan Kawasan Taman Nasional seperti Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, diamanatkan sebagai berikut: ”Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi” (berdasarkan UU RI Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Daya Alam Hayati dan Ekosistem).

5. Kebijakan-kebijakan pengelolaan di TN Bunaken

Pengelolaan Potensi sumberdaya alam di Kota Manado, khususnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dituangkan dalam Visi Kota Manado yaitu “Industri perdagangan Kota Manado yang maju, tangguh, dan berdaya saing tinggi di era otonomi daerah dan pasar bebas.” Serta dengan Misinya yaitu:

a. Mendorong pemberdayaan ekonomi kerakyatan.


(52)

c. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk olahan dalam rangka menghadapi persaingan global.

d. Pengembangan rekayasa industri.

e. Penciptaan iklim usaha dan mekanisme pasar yang kondusif. Pengelola TN Bunaken didukung oleh Dewan pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB) sebagai wadah koordinatif dan konsultatif para pihak (multistakeholder) yang terdiri dari Pemerintah Provinsi.Sulawesi Utara, Bapedalda Sulawesi Utara, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata, Badan Lingkungan Hidup Kota Manado, Balai Taman Nasional Bunaken, Bapedalda Kabupaten Minahasa, Fakultas Perikanan UNSRAT, unsur LSM, dan Forum Masyarakat Peduli TN Bunaken. Dewan Pengelola TN Bunaken ini dimulai sejak tahun 2000 yang mempunyai tugas dan fungsi memperkuat Balai Taman Nasional Bunaken.

b. Potensi Pariwisata

Potensi TN Bunaken yang sangat menonjol adalah “Keanekaragaman hayati-nya” yang sangat tinggi, sehingga TN Bunaken mempunyai nilai konservasi nasional sebagai perwakilan ekosistem tropis Indonesia, dan juga memiliki nilai konservasi internasional sebab lokasi TN Bunaken terletak dipusat keanekaragaman hayati dan pesisir kawasan Indo-Pasifik. Keanekaragaman hayati tersebut meliputi :

1. Ekosistem laut dan Pesisir yang terdiri dari terumbu karang, padang lamun tropis (seagrass), rumput laut (algae), hutan bakau (mangrove), ikan, mamalia laut, invertebrata terumbu karang.

2. Ekosistem daratan (terestial) terdiri dari kawasan hutan tropis (P. Manado Tua) dan kawasan binaan (pertanian dan pedesaan) sebagai daerah penyangga).

Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut.

Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut pulau tersebut. Di wilayah


(53)

inilah terdapat underwater great walls, yang disebut juga hanging walls, atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken. Jenis ganggang yang terdapat di taman nasional ini meliputi jenis Caulerpa sp., Halimeda sp., dan Padina sp. (Wikipedia, 2008).

Keterangan:

Pulau Bunaken

Kawasan Taman Nasional Bunaken

Gambar 5. Letak Taman Nasional Bunaken, Manado

Musim kunjungan terbaik para wisatawan ke Pulau Bunaken adalaha pada bulan Mei sampai dengan Agustus setiap tahunnya.Taman Nasional Bunaken dapat dicapai melalui Pelabuhan Manado, Marina Blue Banter, Marina Nusantara Diving Centre (NDC) di Kecamatan Molas. Dari Pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu motor menuju pulau


(54)

Siladen dapat ditempuh ± 20 menit, pulau Bunaken ± 30 menit, pulau Montehage ± 50 menit dan pulau Nain ± 60 menit. Dari Blue Banter Marina dengan menggunakan kapal pesiar yang tersedia menuju daerah wisata di pulau Bunaken dapat ditempuh dalam waktu ± 10-15 menit, sedangkan dari pelabuhan NDC menuju lokasi penyelaman di pulau Bunaken dengan menggunakan speed boat ditempuh dalam waktu ± 20 menit.

c. Potensi Kelautan dan Perikanan

Taman Nasional Laut Bunaken (TNLB) merupakan daya tarik wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, karena TNLB merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang di dalamnya terdapat ekosistem hutan bakau, padang lamun, rumput laut, terumbu karang serta biota laut yang beraneka ragam jenisnya. Potensi biologi dari kawasan TNLB yaitu habitat lamun dan rumput laut, habitat terumbu karang mendominasi perairan pesisir dan yang paling menarik adalah tebing karang vertikal yang menghujam ke bawah permukaan air hingga mencapai kedalaman 25 – 50 m, serta terdiri dari 58 jenis keluarga binatang karang (coral reef). Karang berkulit keras yang berjasa membentuk dan membangun terumbu karang. Tebing bawah air membentuk banyak ceruk, celah dan rekahan yang merupakan tempat persembunyian berbagai vertebrata dan invertebrata laut. Biota laut terdiri dari akar bahar, karang kipas, karang lunak, hydroid penyengat, cacing laut, bintang laut, teripang, moluska, serta beraneka ragam jenis ikan (± 200 jenis) antara lain warasse, damsel, trigger, sweetlip, unicorn, napoleon, dan sebagainya.

d. Potensi Flora dan Fauna

Jenis tumbuhan di hutan bakau Taman Nasional Bunaken yaitu Rhizophora sp., Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis kepiting, udang, moluska dan berbagai jenis burung laut seperti camar, bangau, dara laut, dan cangak laut.


(1)

Lampiran 11. Contoh produk kaos yang dikerjakan oleh para wanita pengusaha mikro di Bunaken.

Lampiran 12. Produk makanan olahan perikanan yang dikerjakan oleh pengusaha mikro wanita di Bunaken.


(2)

Lampiran 13. Para pengrajin souvenir sedang mengerjakan kerajinan dengan pola berkelompok..

Lampiran 14. Para pengrajin sablonsedang bersama-sama mengerjakan seblon


(3)

Lampiran 15. Para wanita yang bergerak di bidang pengolahan makanan sedang mendapat pelatihan dari Tenaga ahli DKP dalam program Pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken.

Lampiran 16. Contoh alat bantu yang digunakan dalam usaha pengolahan


(4)

Lampiran 17. Contoh bahan-bahan kimia yang digunakan pada usaha sablon.

Lampiran 18. Kelompok wanita pengusaha mikro sedang melakukan diskusi untuk produk yang akan dikerjakan.


(5)

Lampiran 19. Pertemuan yang dilakukan penulis dengan responden pada saat pengambilan data.

Lampiran 20. Penulis memberikan arahan pada para responden pada saat


(6)

Lampiran 21. Salah satu sarana pendukung dalam pengembangan usaha antara lain tempat berdagang.