Pengaruh Lingkungan Regional PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
ACFTA telah dirasakan dengan kedatangan Kapal dagang China yang memasuki Indonesia, terutama pelabuhan Tanjung Priok dan Makasar
telah meningkat 400.
38
ACFTA yang ditandatangani tahun 2002 ternyata tidak diimbangi dengan kesiapan Indonesia untuk menghadapinya secara
matang. Isu-isu pelintas batas, TKW, perdagangan narkoba lintas negara
dan masalah sosial budaya lainnya masih sering muncul dan perlu terus diwaspadai agar tidak mempengaruhi hubungan baik antar sesama negara
ASEAN. Stabilitas keamanan kawasan ASEAN masih diwarnai oleh masalah perbatasan, khususnya antara Indonesia dan Singapura,
Indonesia dan Malaysia, yang dapat menyulut gesekan. Selain itu, isu teroris yang pernah berlatih dan bergabung dengan kelompok radikal di
Malaysia perlu diwaspadai, karena pengikut jaringan kelompok ini diduga terus mendukung radikalisme di Indonesia. Mereka melakukan aktivitas
lintas negara, keluar dan masuk Indonesia melalui wilayah perbatasan yang jauh dari pengawasan aparat keamanan. Untuk itulah, ASEAN
memerlukan kerjasama intelijen dalam menghadapi isu terorisme ini. Berbagai persoalan yang timbul itu harus diwaspadai oleh
Indonesia. Kerjasama militer dalam berbagai bidang merupakan solusi yang tepat bagi Indonesia, karena Indonesia selama ini banyak dirugikan
dengan adanya berbagai kasus yang muncul. Pada masa mendatang, masalah yang muncul akan semakin kompleks, sehingga Indonesia harus
memiliki peranan yang signifikan dalam kerjasama militer yang dilakukan. Indonesia memiliki kepentingan dalam menjaga stabilitas kawasan,
termasuk upaya
pembentukan komunitas
keamanan ASEAN,
penanggulangan terorisme dan keamanan pelayaran di Selat Malaka
39
.
38
”Barang China Akan Menyerbu Pasar Domestik”, Harian Seputar Indonesia, 17 Maret 2010
39
Lebih lanjut tentang ASEAN masa depan dapat dibaca lebih detail dalam C.P.F., Luhulima, Ed.: Awani Irawati, Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, bekerjasama dengan Pusat Penelitian Politik P2P LIPI, 2011, hlm. 279-392. Selain itu, Bambang Ciipto membahas msalah keamanan kawasan ini, lihat Bambang Cipto, op-cit.
hlm. 224-243. Khusus masalah Selat Malaka, dapat dibaca dalam Graham Gerard Ong-Webb Eds., Piracy, Maritime Terrorism and Securing the Malacca Straits, Singapore: ISEAS
Publishing, 2006.
Optimalisasi peranan Indonesia dalam merespons isu lingkungan strategis regional ini memang harus dirumuskan secara cepat, tepat dan realistis,
khususnya dalam kerjasama militer negara-negara ASEAN. Pentingnya Indonesia melakukan optimalisasi kerjasama militer
dengan negara-negara ASEAN juga tidak terlepas dari letak geografis Indonesia
yang bertetangga
dengan beberapa
negara-negara Persemakmuran Commontwealth of Nations bentukan Inggris. Negara-
negara Persemakmuran ini merupakan negara-negara bekas jajahan Britania Raya atau Inggris yang telah membentuk jaringan dan ikatan
tersendiri. Meskipun keanggotaannya sukarela, namun ikatan psikologis diantara mereka sangat kuat. Sampai sekarang, negara-negara
Persemakmuran beranggotakan 54 negara, yang bertetangga dengan Indonesia ada 7 negara, yakni Malaysia, Singapura, Brunnai Darussalam,
Australia, Selendia Baru, PNG dan India. Negara-negara Persemakmuran tidak secara resmi menyatakan
ada kerjasama militer dalam programnya, namun diantara negara-negara Persemakmuran tersebut adakalanya menyelenggarakan kerjasama
militer, seperti latihan perang bersama. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk mengoptimalkan peranannya dalam
kerjasama militer negara-negara ASEAN. Latihan militer bersama negara- negara Persemakmuran di Asia tenggara terkadang melibatkan Inggris.
Bahkan adakalanya melibatkan Inggris untuk melakukan latihan bersama di Semenanjung Malaka. Untuk itulah, Indonesia harus mengambil
kebijakan yang strategis dalam kerjasama militer agar dapat dioptimalkan.