Nilai Pendidikan Cerita Rakyat “Asal-usul Rawa Pening”

xcv Mbok Randa dimasukkan ke dalam tokoh pipih. Hal ini karena ia digambarkan sebagai orang yang baik saja. Dia menolong Baruklinting yang sedang kelaparan.

b. Nilai Pendidikan Cerita Rakyat “Asal-usul Rawa Pening”

Cerita rakyat “Asal-usul Rawa Pening” merupakan salah satu karya sastra yang mempunyai nilai pendidikan. Berikut akan dijelaskan nilai pendidikan apa saja yang terdapat di dalamnya. 1 Nilai religius Nilai religius pada cerita rakyat “Asal-usul Rawa Pening” terlihat pada sikap atau tindakan Dewi Ariwulan yang menerima takdir Tuhan. Dia dengan ikhlas menerima kehamilannya, meskipun dicemooh oleh warga setempat. Dewi Ariwulan juga senatiasa berdoa agar anaknya selalu dilindungi Tuhan. nilai religius juga terlihat dari padepokan Ngasem milik Ki Hajar. Di padepokan ini dia mengajarkan tentang tunduk dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan hal di atas, nilai religius yang terdapat dalam cerita rakyat ini mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai religius menamkan kepada manusia untuk berusaha, tunduk dan selalu berdoa kepada Tuhan agar memperoleh kehidupanyang tentram.

2 Nilai Sosial

Nilai sosial yang terdapat pada cerita rakyat ini terlihat dari hubungan antarwarga yang tolong menolong atau mementingkan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan sendiri. Mereka membantu tentangganya yang sedang mempunyai hajatan. Dewi Ariwulan dan warga disekitarnya membantu tetangga yang sedang membutuhkan. Tolong menolong terlihat pula pada Ki Hajar Sarwokartolo yang meminjakan pisau pada Dewi Ariwulan, kakek pencari kayu yang membantu xcvi membuatkan tempat tinggal Dewi, dan Mbok Randa yang memberi makan Baruklinting. Nilai sosial dapat dilihat juga dari para pemuda yang bersama-sama mencari hewan buruan untuk acara merti desa. Hal yang tidak boleh dicontoh dari warga desa yaitu mereka yang tidak mau membantu Baruklinting yang sedang kelaparan. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa nilai-nilai sosial yang terdapat dalam cerita rakyat ini adalah manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Manusia tidak boleh kikir atau pelit, karena hal itu akan membawa sesuatu yang tidak baik bagi kelangsungan hidup bermasyarakat.

3 Nilai MoralEtika

Nilai moral mengajarkan kita untuk berbudi pekerti atau mempunyai etika dalam pergaulan. Nilai moral dalam cerita rakyat ini dapat dilhat dari budi pekerti baruklinting kepada kedua orang tuanya. Meskipun ia berwujud seekor ular naga, namun ia tetap patuh dan menghormati ibunya. Selain itu, ia juga mencari ayahnya untuk mengabdi kepadanya. Baruklinting rela melakukan perjalanan jauh. Ia melewati, parit, tebing, gunung, masuk ke dalam tanah, dan lain sebagainya hanya untuk mencari ayahnya. Setelah bertemu, ayahnya tidak mau mengakuinya sebagai anak, namun baruklinting tidak putus asa. Ia rela melingkari gunung Sleker dengan tubuhnya. Ia hampir berhasil, namun ayahnya memotong lidahnya. Ia juga bertapa di hutan agar ayahnya mengakuinya sebagai anak. Namun, sebelum menyelesaikan pertapaannya ia telah berwujud sebagai seorang anak yang lusuh dan kudisan. Nilai moral juga terlihat dari perlakuan warga yang tidak sopan kepada orang yang lusuh dan berpenyakitan. Sebenarnya sebagai manusia yang mempunyai nilai moral, mereka harus berbuat sopan atau xcvii berbudi baik kepada semua orang. Mereka tidak boleh membeda- bedakan. 4 Nilai Budaya Nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat “Asal-usul Rawa Pening” di antaranya budaya saling menolong. Hal ini terlihat dari warga yang saling membantu warga yang sedang mempunyai hajatan. Nilai budaya selanjutnya yaitu budaya merti desa. Budaya ini mengajarkan bahwa manusia harus selalu mensyukuri nikmat Tuhan. Nilai budaya selanjutnya yaitu pertunjukan wayang. Warga sering mengadakan pertunjukan wayang sebagai hiburan serta mencari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai budaya bertapa juga masih terasa kental pada kisah tersebut karena mereka hidup di tanah jawa yang sarat akan nilai-nilai budaya Jawa. Nilai budaya lainnya adalah budaya gotong royong. Para pemuda yang bersama-sama mencari hewan buruan di hutan untuk acara merti desa.

3. Cerita Rakyat “Sendang Senjoyo”