xx Brunvard dalam James Danandjaja 1997: 21 mengatakan bahwa
folklor digolongkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1
Folklor lisan Adalah folklor yang murni lisan, misalnya: bahasa rakyat logat, julukan, pangkat
tradisional dan titel kebangsawanan, ungkapan tradisional peribahasa, pepatah, dan pameo, pertanyaan tradisional teka-teki, puisi rakyat
pantun, gurindam, dan syair, cerita prosa rakyat mite, legenda dan dongeng, dan nyanyian rakyat.
2 Folklor sebagian lisan
Adalah folklor yang bentuknya campuran unsur lisan dan bukan lisan, misalnya: kepercayaan rakyat, permainan rakyat, tari, adat istiadat, upacara, pesta
rakyat dan sebagainya. 3
Folklor bukan lisan Adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, meskipun demikian cara
pembuatannya diajarkan secara lisan. Folklor bukan lisan dibagi menjadi dua, yakni material misalnya: arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian,
perhiasan, makanan dan minuman serta obat-obatan tradisional, dan bukan material misalnya: gerak isyarat gestur, bunyi isyarat dan musik rakyat.
2. Hakikat Cerita Rakyat
a. Pengertian Cerita Rakyat
Cerita rakyat atau prosa cerita rakyat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan folklor. Masyarakat terkadang menyebut istilah cerita
rakyat dengan nama folklor. Kalau dikaji lebih mendalam, sebenarnya berbeda. Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor.
xxi Tadkiroatun Musfiroh 2008: 69 berpendapat bahwa cerita rakyat
adalah salah satu sastra lisan yang berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun alam. Cerita tersebut kadang
mempengaruhi tingkah laku, sehingga menjadi cermin kebudayaan dan cita-cita mereka.
Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki setiap bangsa.
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan
langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Cerita rakyat diwariskan secara turun-menurun
dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu Tera
dalam http:indonesiatera.comMemahami-Cerita-Rakyat-di-
Indonesia.html .
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik simpulan, cerita rakyat adalah salah satu sastra lisan yang berkaitan dengan lingkungan
masyarakat dan alam, penyebarannya secara turun temurun, melalui bahasa lisan, berhubungan dengan berbagai aspek budaya, seperti agama
dan kepercayaan,
undang-undang, kegiatan
ekonomi, sistem
kekeluargaan dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.
b. Ciri-ciri Cerita Rakyat
James Danandjaja 1997: 3 −4 mengatakkan bahwa ciri-ciri cerita
rakyat sebagai berikut: 1
Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan dan diwariskan melalui kata-kata dari mulut ke mulut dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. 2
Bersifat tradisional, artinya disebarkan dalam bentuk relatif atau standar di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.
3 Bersifat anonim, yaitu nama pengarangnya tidak diketahui lagi.
xxii 4
Mempunyai bentuk rumus atau berpola seperti klise, ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat ungkapan dan kalimat pembukaan serta
penutup yang baku. 5
Mempunyai kegunaan, misalnya nilai pendidikan, pelipur lara dan sebagainya.
6 Bersifat pralogis, artinya mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum. 7
Menjadi milik bersama karena pencipta yang pertama sudah tidak diketahui lagi dan setiap orang merasa milikinya.
8 Bersifat polos dan lugu, sehingga sering terlihat kasar dan terlalu spontan.
c. Bentuk-bentuk Cerita Rakyat