Kerangka Berpikir KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

l mapag tanggal; c. Penghayatan masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran masih banyak yang mengakui keberadaan cerita rakyat Sendang Senjaya lengkap dengan peninggalannya yang berupa sendang. Tradisi kungkum yang selalu dilakukan masyarakat pada hari malam Selasa Kliwon dan malam Jum’at Kliwon sebagai wujud bentuk permohona doa kepada Tuhan Yang Maha Esa; d. Unsur mitos dan fungsi cerita rakyat yang terkandung dalam cerita rakyat Sendang Senjaya yaitu: anak cucu mengetahui asal usul nenek moyangnya, orang mengetahui dan menghargai jasa orang yang telah melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi umum, orang mengetahui hubungan kekerabatan, sehingga walaupun telah terpisah karena mengembara ke tempat lain, hubungan itu tidak terputus, orang mengetahui bagiamana asal usul sebuah tempat dibangun dengan penuh kesukaran, orang lebih mengetahui keadaan kampung halamannya, baik keadaan alamnya maupun kebiasaannya, orang mengetahui benda-benda pusaka yang ada di suatu tempat, orang dapat mengambil sebuah pengalaman dari orang terdahulu sehingga dapat bertindak lebih hati -hati lagi, orang terhibur, sehingga pekerjaan yang berat menjadi ringan, dan pengaruhnya terhadap lingkungan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga pada tahun 1995 dengan judul ”Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750 M”. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hari jadi Kota Salatiga, memupuk wawasan nusantara, memacu pembangunan daerah dan kebanggaan daerah serta kesadaran masyarakat. Hasil penelitian ini adalah dasar penentuan hari jadi Kota Salatiga yaitu Prasasti Plumpungan. Mengacu pada prasasti tersebut maka ditetapkan bahwa hari jadi Kota Salatiga bertepatan pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 M 672 SakaJawa.

C. Kerangka Berpikir

li Folklor merupakan salah satu budaya bangsa yang masih berkembang hingga saat ini. Folklor digunakan sebagai gambaran kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk yang lebih apik dan kreatif. Selain itu, ia juga digunakan sebagai alat untuk mengajarkan nilai- nilai moral serta peraturan atau norma-norma di dalam keluarga dan masyarakat. Salah satu bentuk folklor yang ada di masyarakat adalah cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan folklor lisan yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan alam, yang penyebarannya secara turun temurun, berhubungan dengan aspek budaya, seperti agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Oleh karena itu, cerita rakyat juga menjadi sarana komunikasi dan pengawet kebudayaan. Cerita rakyat merupakan bagian sastra yang tidak bisa dipisahkan dari unsur-unsurnya, baik ekstrinsik maupun intrinsik. Pada penelitian ini cerita rakyat akan dianalisis secara struktural, artinya lebih menekankan pada unsur intrinsik. Hal ini karena untuk mengetahui kepaduan di antara unsur-unsur tersebut. Kepaduan tersebut dilihat dari tema, alur, tokoh, dan latar, sehingga penikmat akan lebih mudah memahami dan menafsirkan isi yang terkandung di dalamnya. Isi yang terkandung di dalamnya berupa nilai-nilai pendidikan yang adiluhung. Nilai pendidikan tersebut di antaranya nilai agama, sosial, etika dan nilai budaya. Penikmat cerita rakyat setelah mengetahui unsur intriksik serta nilai pendidikannya, diharapkan akan mampu memahami dan menafsirkan apa yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita rakyat ”Asal-usul Kota Salatiga”, ”Rawa Pening”, dan ”Sendang Senjaya” merupakan sastra lisan yang harus dikembangkan, dianalisis secara struktural dan nilai pendidikannya lii agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, negara dan agama. Berikut adalah gambar alur kerangka berpikir pada penelitian ini. Gambar. 1 Alur Kerangka Berpikir BAB III folklor Folklor lisan Folklor sebagian Folklor bukan Cerita rakya Legenda Dongeng Mite Struktur karya sastra: tema, alur, plot, penokohan Nilai pendidikan : agama, liii METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian