Deskripsi Lokasi Penelitian Sendang Senjoyo

lxv Ada beberapa agama yang dianut oleh masyarakat setempat selain sistem kepercayaan, yaitu: Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Mereka hidup secara harmonis dengan menganut lapang dada dan toleransi antar pemeluk agama. 3 Tradisi Masyarakat Salah satu tradisi masyarakat yang masih berkembang di Desa Kebondowo adalah larung sedekah. Larung sedekah ini dilakukan masyarakat Kebondowo atau yang tinggal di sekitar Rawa Pening untuk menutup bulan Syuro atau Muharam. Mereka menggelar tradisi sedekah rawa Pening dengan melarung nasi tumpeng dan sesaji ke tengah rawa. Sedekah ini dimaksudkan untuk menolak tolak bala atau ucapan syukur kepada Tuhan atas berkah yang diterima warga yang bekerja sebagi nelayan dan petani. Tradisi larung sesaji diawali dengan berkumpulnya ratusan warga di rumah lurah desa Kebondowo. Di sana disiapkan dua nasi tumpeng raksasa serta sejumlah sesaji yang akan dilarung. Sesaji tersebut berupa lauk–pauk dan hasil bumi. Setelah didoakan sesepuh desa, tumpeng tersebut diarak menuju rawa yang sebelumnya sesepuh desa menyalakan obor untuk penerangan saat prosesi larung berlangsung. Satu tumpeng dibawa ke tengah danau, dan yang satu diperebutkan oleh warga. Masyarakat percaya dengan diadakannya larung sesaji ini, mereka akan terhindar dari musibah atau bencana.

3. Deskripsi Lokasi Penelitian Sendang Senjoyo

a. Kondisi Geografis 1 Letak Cerita rakyat “Sendang Senjoyo” berada di Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang dan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Tegalwaton adalah 346.280 ha. Ketinggian tanah lxvi dari permukaan laut ± 595 m, banyaknya curah hujan ± 800 mmth. Udara di desa ini lumayan sejuk dengan suhu rata-rata 30 ˚C. Jarak Desa Kebondowo dari kecamatan tidak terlalu jauh yaitu sekitar 7 km, dari ibu kota kabupaten 34 km, dari ibu kota provinsi 55 km dan dari ibu kota negara 552 km. 2 Batas Batas wilayah Desa Tegalwaton sebagai berikut sebelah utara yaitu Desa Baruan, sebelah selatan Desa Karangduren, sebelah barat Desa Bener, dan sebelah timur Desa Kebowan. b. Kondisi Demografis 1 Penduduk Jumlah penduduk Desa Tegalwaton pada bulan Januari 2010 yaitu 3.796 jiwa. Penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki 1.920 orang dan perempuan 1.876 orang. Penduduk Desa Tegalwaton juga mengikuti KB. Hal ini untuk menunda angka kelahiran, sehingga pertambahan penduduk di desa ini tidak begitu banyak. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 yang terdapat di lampiran. 2 Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Tegalwaton sebagian besar sebagai petani dengan jumlah 237 jiwa. Hal ini karena lahan yang cukup serta adanya aliran sungai dari Sendang Senjaya yang membuat desa ini tidak terlalu sulit mencari air, sehingga bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Penduduk di desa ini juga bekerja sebagai buruh, baik buruh industri, bangunan maupun buruh tani. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta dan lain sebagianya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 yang terdapat dalam lampiran. c. Kondisi Sosial Budaya lxvii 1 Pendidikan Penduduk Desa Tegalwaton dalam bidang pendidikan mengalami peningkatan. Hal ini karena kesadaran masyarakat yang menganggap pendidikan sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara. Penduduk di desa ini sudah melaksanakan program pendidikan sembilan tahun, bahkan ada yang duduk di perguruan tinggi dengan jumlah 24 orang. Warga yang tidak tamat SD 1.816 orang merupakan warga yang usianya di atas 40 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 11 yang terdapat dalam lampiran. 2 Agama dan Kepercayaan Sebagian besar penduduk Desa Tegalwaton beragama Islam. Meskipun mereka telah menganut agama tertentu, namun sistem kepercayaan masih dianut, seperti percaya pada makam atau tempat tertentu. Selain agama Islam 3.687 orang ada juga agama Katolik 16 orang, Kristen 84 orang dan Budha 9 orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 yang terdapat dalam lampiran. 3 Tradisi Masyarakat Tradisi masyarakat yang masih berkembang di Desa Tegalwaton yaitu “selamatan”. “Selamatan” ini dilaksanakan pada bulan Agustus, pada hari Jumat legi. Warga bersama-sama membersihkan Sendang Senjaya, kemudian diakhiri dengan makan tumpeng sayur gudangan bersama. Sebelum warga membersihkan sendang, biasanya mereka melakukan upacara tertentu. Upacara ini dengan menyembelih ayam. Ayam disembelih di beberapa tuk dan dibiarkan darahnya menetes di air. Setelah ayamnya mati baru dipanggang, kemudian dimakam bersama. Ayam-ayam tersebut berasal dari warga setempat. Ada juga sumbangan dari PDAM kota Salatiga, PT Damatex dan 4-11 ABRI. Selain bulan Agustus, ritual lxviii tersebut juga dilaksanakan pada Jumat pertama bulan Syuro. Warga sekitar percaya dengan selamatan diharapakan Tuhan memberikan keselamatan kepada warga yang tinggal di sekitar Sendang Senjaya dan airnya masih mengalir, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. B. Analisis Struktur dan Nilai Pendidikan

1. Cerita Rakyat ”Asal-usul Kota Salatiga”