Kerangka Konseptual Teori Motivator-Hygiene M-H

45

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan Sugiyono, 2012:89. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu kepuasan kerja dan stres kerja, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah turnover intention perawat honor.

2.5.1. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention

Mobley 2007:46 menggariskan secara detil faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya turnover adalah Faktor Eksternal yaitu aspek lingkungan dan aspek individu. Dan faktor Internal yaitu budaya organisasi, gaya kepemimpinan, kompensasi, kepuasan kerja dan karir. Mobley ddk 2007 menjabarkan bahwa perasaan tidak puas dapat memicu rencana untuk berhenti kerja. Kemudian akan mengarah pada usaha untuk mencari pekerjaan baru. Hubungan dimulai dari adanya pikiran untuk berhenti bekerja, usaha untuk mencari pekerjaan baru, berintensi untuk berhenti bekerja, atau tetap bertahan dan yang terakhir adalah memutuskan untuk berhenti kerja atau bertahan. Robbins dan Judge 2009:121 menjelaskan bahwa kepuasan kerja dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan, tetapi faktor-faktor lain seperti pasar kerja, kesempatan kerja alternatif dan panjangnya masa kerja merupakan kendala penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada. Kepuasan kerja dihubungkan secara negatif dengan keinginan berpindah karyawan, tetapi kolerasi itu lebih kuat daripada apa yang ditemukan dalam kemangkiran. Karyawan Universitas Sumatera Utara 46 dengan kepuasan kerja yang tinggi akan merasa senang dan bahagia dalam melakukan pekerjaannya dan tidak berusaha mengevaluasi alternatif pekerjaan lain. Sebaliknya karyawan yang merasa tidak puas dalam pekerjaannya cenderung mempunyai pikiran untuk keluar, mengevaluasi alternatif pekerjaan lain, dan berkeinginan untuk keluar karena berharap menemukan pekerjaan yang lebih memuaskan. Penelitian yang dikemukakan oleh Syahronica 2015 berpendapat bahwa kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention, yang dipaparkan dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Studi Pada Karyawan Departemen Dunia Fantasi PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk”. Selanjutnya penelitian yang berjudul “The impact of organizational commitment, job satisfaction, job stress and leadership support on turnover intention in educational instit utes”, Iqbal, dkk 2014 menyatakan bahwa keinginan karyawan keluar memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Kemudian, pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Stres Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Turnover Intention Pada Hotel Iblis Yogyakarta”, Sari 2014 menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Waspodo 2013 juga ikut melengkapi bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention , yang dinyatakan dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Universitas Sumatera Utara 47 Kepuasan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Turnover Intention Pada Karyawan PT Unitex di Bogor”. Penelitian Olesegun 2013 yang berjudul “Influence of Job Satisfaction on Turnover Intentions of Library Personnel in Selected Univerisities in South West Nigeria”, juga ikut menyatakan bahwa pengaruh dari kepuasan kerja terhadap keinginan keluar adalah signifikan F 2,223 = 20.846; R = 0.397; R 2 = 0.158; Adj. R 2 = 0.150; P 0.05.

2.5.2. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover Intention

Menurut Robbins dan Judge 2009:365 akibat stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, turnover karyawan tinggi, tingkat absensi yang tinggi dan kecelakaan kerja. Stres kerja dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang, baik fisik maupun mental. Karyawan yang mengalami stres kerja yang berlebihan berimplikasi terhadap voluntary turnover. Voluntary turnover merupakan keinginan karyawan keluar dari organisasi secara sukarela dengan suatu alasan. Ketika karyawan mengalami tekanan di dalam perkerjaannya, maka karyawan akan merasakan stres yang berlebihan sampai akhirnya akan berpikir untuk keluar dari organisasi. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Turnover Intention Karyawan Pada PT. Daihatsu”, Purba 2015 mengatakan stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel stress kerja secara umum mendorong karyawan untuk terus memberikan hasil kerja yang optimal dalam pencapaian target penjualan, namun disisi lain stres kerja tersebut juga Universitas Sumatera Utara 48 berdampak pada kondisi psikologis dan hubungan antara karyawan menjadi terganggu. Penelitian Pohan 2015 yang berjudul “Pengaruh Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention to Leave Karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan ”, juga ikut menyatakan bahwa stress kerja berkontribusi terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel stress kerja mempunyai hubungan yang searah dengan keinginan untuk keluar intention to leave. Kemudian, pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja, Konflik Dan Gaji Terhadap Turnover Karyawan Pada Choco Bakery”, Gultom 2015 menunjukkan bahwa stres kerja memiliki nilai koefisien beta lebih besar dari variabel konflik dan gaji. Dengan demikian, stres kerja memiliki faktor yang paling sering menjadi alasan karyawan dalam melakukan turnover. Selanjutnya penelitian yang berjudul “Relationship Between Job Stress, Workload, Environment and Employees Turnover Intentions: What We Know, What Should We Know”, menyatakan bahwa keinginan karyawan keluar berhubungan positif dengan penyebab stress kerja dan beban kerja. Sementara, dinyatakan berhubungan negatif dengan lingkungan tempat kerja. Penelitian Mariana 2012 yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja Dan Karakteristik Individu Terhadap Intensi Turnover Karyawan Bagian Produksi PT. Citra Ke ncana Industri Tanjung Morawa Medan”, menyatakan bahwa stress kerja berpengaruh signifikan terhadap intensi turnover karyawan, hal ini disebabkan karena stres kerja dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri karyawan dan Universitas Sumatera Utara 49 perusahaan. Pada diri karyawan konsekuensi itu dapat berdampak pada kesehatan karyawan itu sendiri seperti kecemasan yang tinggi, frustasi, tidur kurang tenang dan lain sebagainya. Selain itu stress pada karyawan memiliki konsekuensi tidak langsung bagi perusahaan seperti menurunnya tingkat produktivitas serta dapat menyebabkan terjadinya keinginan karyawan untuk berpindah kerja. Maka, dari uraian tersebut dapat diduga bahwa kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh positif terhadap turnover intention perawat. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepuasan kerja dan semakin rendah tingkat stres kerja, maka semakin sedikit turnover intention perawat yang mungkin terjadi. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini secara sederhana digambarkan sebagai berikut: Sumber : Mobley 2007, Robbins 2009. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis