Stres kerja 1. Pengertian Stres Kerja

25 “Untuk mengukur kepuasan kerja, dapat digunakan pengukuran kepuasan kerja dengan skala indeks deskripsi jabatan. Dalam penggunaan ukuran ini, karyawan diberikan pertanyaan mengenai pekerjaan maupun jabatan yang dirasakan sangat baik dan sangat buruk ”. Dalam skala ini diukur sikap dari lima area, yaitu: 1. Pekerjaan itu sendiri 2. Pengawasan 3. Promosi jabatan 4. co-worker rekan kerja” 2.2. Stres kerja 2.2.1. Pengertian Stres Kerja Melihat pentingnya peran sumber daya manusia dalam perusahaan maka perlu mengelola iklim yang baik dan kondusif dalam aktivitas kerja karyawan untuk mengurangi tingkat stres karyawan. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang pengertian stres, sebagai berikut: 1. Menurut Robbins dan Judge 2009:360 Stres adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menhadapi peluang, kendala dan tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. 2. Menurut Mangkunegara 2009:28 Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 26 3. Menurut Handoko 2014:200 Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. 4. Luthans 2006:344 Stress merupakan suatu respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologi, dan atau perilaku pada anggota organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa stress merupakan kondisi yang menekan diri dan jiwa seseorang yang menciptakan ketidakseimbangan antara fisik dan psikis sehingga bisa berakibat ketidakmampuan seseorang dalam merespon lingkungannya.

2.2.2. Penyebab Stres Kerja

Penyebab stres kerja tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, namun stress bisa saja terjadi dari beberapa sebab sekaligus. Menurut Sopiah 2008: 87 bahwa penyebab stress terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu: 1. Lingkungan fisik Penyebab stress ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti terlalu bising, kurang baiknya penerangan ataupun risiko keamanan. 2. Stress karena peran atau tugas Stressor karena perantugas termasuk kondisi dimana para karyawan mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran Universitas Sumatera Utara 27 pada tempat mereka bekerja. Stressor ini memiliki empat penyebab utama, yakni: a. Konflik peran Konflik ini terjadi ketika orang-orang bersaing menghadapi berbagai tuntutan. Terdapat beberapa tipe konflik peran dalam setting organisasional, antara lain: 1 inter-role conflict, 2 intrarole conflict, dan 3 person- role conflict. Inter-role conflict terjadi ketika seorang karyawan memiliki dua peran yang masing-masing berlawanan. Intra- role conflict terjadi ketika individu menerima pesan berlawanan dari orang yang berbeda. Sedangkan person-role conflict terjadi ketika kewajiban-kewajiban pekerjaan dan nilai-nilai organisasional tidak cocok dengan nilai – nilai pribadi. b. Peran menduaambiguitas Peran mendua role ambiguity muncul dan dirasakan ketika para karyawan merasa bimbang tentang tugas-tugas mereka, harapan kinerja, tingkat kewenangan dan kondisi kerja yang lain. c. Beban kerja Beban kerja merupakan stresor hubungan peran atau tugas lain yang terjadi karena para pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak. d. Karakteristik tugas Sebagian besar tugas penuh stress ketika mereka membuat keputusan pemecahan masalah, monitoring perlengkapan atau saling bertukar Universitas Sumatera Utara 28 informasi. Kurangnya pengendalian, terlalu banyak aktivitas pekerjaan dan lingkungan kerja juga masuk dalam kategori ini. 3. Penyebab stress antarpribadi inter-personal stressors Stressor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisi- divis dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan karakter, kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya memungkinkan munculnya stress. 4. Organisasi Banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari organisasi. Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stress yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yang masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi, privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan yang berpotensi memunculkan stress. Sedangkan menurut Robbins dan Judge 2009:370-381 tingkat stres pada tiap orang akan menimbulkan dampak yang berbeda. Sehingga ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi tingkat stress seseorang, yakni : 1. Faktor lingkungan Ketidakpastian menyebabkan meningkatnya tingkat stres yang dialami karyawan. Ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik, dan Universitas Sumatera Utara 29 ketidakpastian teknologi sangat berpengaruh pada eksistensi karyawan dalam bekerja. Misalnya ketidakpastian ekonomi yang tidak menentu dapat menimbulkan perampingan karyawan dan PHK. 2. Faktor Organisasional Faktor yang berpengaruh pada tingkat stress karyawan diantaranya adalah tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antarpribadi, struktur organisasi, dan kepemimpinan organisasi. 3. Faktor Individual Jika dilogika, setiap individu bekerja rata – rata 40 – 60 jam per minggu. Sedangkan waktu yang digunakan mengurusi hal-hal diluar pekerjaan lebih dari 120 jam per minggu. Sehingga akan besar kemungkinan segala macam urusan di luar pekerjaan mencampuri pekerjaan. Berbagai hal di luar pekerjaan yang mengganggu terutama adalah isu-isu keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik kehidupan inheren. Menurut Fahmi 2014:266 stres yang dialami oleh seseorang biasanya dibagi kepada 2 faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu: a. Stres karena tekanan dari dalam internal factor dan b. Stres karena tekanan dari luar external factor Namun sering juga stres tersebut dialami oleh kedua faktor tersebut, yaitu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Kondisi seperti ini biasanya membuat seseorang betul-betul berada dalam keadaan yang sangat tidak nyaman. Contohnya ketika di dalam keluarga ia merasa sangat tertekan dan tidak mampu menjadi dirinya sendiri karena setiap hari ia harus melaksanakan rutinitas Universitas Sumatera Utara 30 kehidupan hasil perintah dari orang lain yang bersifat memaksa namun ia sendiri tidak kuasa untuk menolak. Ini disebut sebagai stres yang disebabkan oleh faktor internal. Salah satu bentuk stres yang diakibatkan oleh faktor eksternal adalah stabilitas sosial politik yang tidak stabil yang melanda suatu negara. Kondisi sosial politik yang stabil cenderung banyak organisasi bisa tumbuh dan berkembang dengan cepat. Sehingga wajar jika beberapa negara walaupun kekayaan alamnya melimpah namun para investor akan berfikir panjang untuk menanamkan modalnya disana dengan alasan jika suatu saat terjadi kerusuhan dan berbagai bentuk tindakan demonstrasi lainnya. Menurut Luthans 2006:354 adapun sumber - sumber potensial stress kerja adalah: 1. Konflik kerja yaitu ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota atau kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumberdaya secara bersama-sama, atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai dan persepsi yang berbeda. 2. Beban kerja yaitu keadaan dimana karyawan dihadapkan pada sejumlah pekerjaan yang harus dikerjakan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena standar pekerjaan tersebut terlalu tinggi. 3. Waktu kerja adalah kondisi dimana pekerja dituntut segera menyelesaikan tugas pekerja sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pekerjaannya karyawan merasa dikejar oleh waktu untuk mencapai target. Universitas Sumatera Utara 31 4. Sikap pimpinan, dalam setiap organisasi kedudukan pemimpin sangat penting, seorang pemimpin melalui pengaruhnya dapat memberikan dampak yang sangat berarti terhadap aktifitas kerja karyawan. Dalam pekerjaan yang bersifat stresful, para karyawan bekerja lebih baik jika pemimpinnya mengambil tanggung jawab lebih besar dalam memberikan pengarahan.

2.2.3. Konsekuensi Stres Kerja

Stres bisa muncul dalam berbagai gejala. Seseorang yang mengalami stres yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, lekas marah, sulit untuk membuat keputusan, hilang selera makan. Gejala ini dapat digolongkan menjadi 3 kategori Robbins dan Judge, 2009:383-384: 1. Gejala fisik yaitu orang yang terkena stres cenderung mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada metabolisme organ tubuh seperti denyut jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat, pernafasan, sakit kepala, dan sakit perut yang dapat kita alami dan harus diwaspadai serta serangan jantung. 2. Gejala psikologis yaitu perubahan-perubahan sikap yang terjadi seperti ketegangan, kegelisahan, ketidaktenangan, ketidakpuasan, kebosanan, cepat marah dan suka menunda-nunda pekerjaan. 3. Gejala keperilakuan yaitu perubahan-perubahan atau situasi ketika produktivitas seseorang menurun, absensi meningkat, kebiasaan makan berubah, merokok bertambah, banyak minuman keras, berbicara tidak tenang dan gangguan tidur. Universitas Sumatera Utara 32 Secara realita kita dapat melihat pada mereka yang mengalami stres sering kemampuan berfikir fokus itu sulit untk dilakukan karena pikiran dan perasaannya masih pada tugas yang harus dikerjakan tersebut. Dampak lain yang sering terlihat pada nafsu makan yang kurang bersemangat. Sehingga berat badan mengalami penurunan, walaupun disajikan makanan yang menjadi favoritnya namun tetap ia merasa tidak menyukainya. Salah satu dampak stres yang memiliki pengaruh pada organisasi adalah terjadinya penurunan pada produktivitas organisasi. Salah satu contohnya adalah pada saat stres dialami oleh karyawan bagian marketing. Dalam pekerjaan di bagian marketing kemampuan berkomunikasi dengan konsumen menjadi salah satu ukuran penting yang bisa mempengaruhi konsumen untuk menyukai produk yang ditawarkan. Namun karena kondisi karyawan perusahaan yang sedang stress maka memungkinkan ini menjadi sulit untuk diwujudkan. Sehingga target marketinng menjadi sulit untuk dicapai. Stress dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Stres dipandang positif karena dengan adanya stres seorang karyawan bisa bekerja dengan lebih baik demi mencapai apa yang diinginkannya, misalnya seorang karyawan yang ingin naik jabatan menjadi manajer, maka ia akan dihadapkan pada beban pekerjaan yang memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Apabila seorang karyawan memandang stres dari sisi negatif akan menimbulkan dampak yang negatif pula. Stres dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada perilaku organisasi dan kesehatan seorang individu. Stres berhubungan secara positif dengan ketidakhadiran, berhentinya karyawan, penyakit jantung koroner, dan infeksi yang disebabkan oleh virus Kreitner Kinicki, 2005. Universitas Sumatera Utara 33

2.2.4. Tindakan-tindakan untuk Mengurangi Stres

Karena stres dianggap bagian dari kehidupan maka seorang karyawan diajarkan untuk bisa mengendalikan stres termasuk mencari solusi bagaimana menghilangkan stres. Menghilangkan stres dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, namun cara yang paling efektif adalah disesuaikan dengan kondisi realitas orang yang bersangkutan. Artinya pemecahan kasus harus dilihat secara lebih kasuistik dan bukan secara general umum. Menurut Siagian 2008:302 ada berbagai langkah yang dapat diambil untuk menghadapi stres para karyawan antara lain: 1. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai stress. 2. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stress. 3. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langka-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap kerja para bawahannya. 4. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber stress. 5. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya. 6. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat teridentifikasi dan dihilangkan secara dini. Universitas Sumatera Utara 34 7. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikiana rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat diletakkan dan menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat menghadapi stres. 2.3. Turnover Intention 2.3.1. Pengertian Turnover Intention