83
laki-laki memotong dua ekor kambing, sedangkan anak perempuan satu ekor kambing.
30
4.2.3. Hubungan Dalihan Na Tolu Pada Pelaksanaan Mengayunkan Anak
Sebagaimana telah di jelaskan bahwa lembaga dalihan na tolu sangat berperan dalam upacara-upacara adat. Di dalam upacara adat unsur dalihan na
tolu kahanggi, anak boru, dan mora memiliki kedudukan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisinya. Suhut orang yang melakukan hajatan akan
saling berhubungan dengan kahanggi, anak boru dan moranya akan saling berhubungan dalam mempersiapkan upacara-upacara adat.
“Bapak Askolani Nasution mengatakan, hubungan dalihan na tolu denga mengayunkan anak merupakan sudah persyaratan
dari acara adat yang sudah di atur dalam patik-pati ni paradaton. Patik patik ni paradaton adalah petunjuk dan
pegangan hidup yang harus di patuhi dan dilaksanakan dalam hidup bermasyarakat. Yang berisi berbagai batsan dan aturan
yang berlaku didalam masyarakat adat yangterdiri dari patik, uhum, ugari, hapantunon. Jika salah satu dari dalihan na tolu
tidak ada, maka acara tersebut tidak boleh dilaksanakan, dan juga disebut sebagai orang yang tidak memiliki adat”.
31
1. Hubungan suhut dengan kahangginya
Bagaimana fungsi dan kedudukanya di dalam upacara adat maupun ritual dalam mengayunkan anak semuanya telah diatur dalam adat sebagi berikut:
Kelompok suhut dengann anak boru merupakan kelompok tuan rumah di dalam pelaksanaan upacara adat. Maka suhut dengan di dukung oleh kahangginya
harus melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Suhut dan kahangginya memiliki prinsip yaitu harus seia sekata, seiring sejalan, senasib
30
Hasil wawancara dengan Hj. Tobang Asni
31
Hasil wawancara dengan bapak Askolani Nasution sebagai pembuat film berbudaya Mandailing
Universitas Sumatera Utara
84
sepenanggungan. Jika tejadinya kesalahan antara suhut dengan kahangginya dalam mempersiapakan upacara adat, tidak mengakibatkan perpecahan, namun
akan mempererat hubungan. 2.
Hubungan antara suhut dengan kahangginya terhadap anak boru Jika hubungan suhut dengan kahangginya bersifat satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, maka hubungan antara suhut dengan anak boru lebih mengutamkan tolong-menolong
anak boru sebagai tempat meminta
tenagapangidoan gogo, baik tenaga fisik, pikiran, maupun material. 3.
Hubungan suhut dan kahangginya terhadap mora Mora berkudukan sebagai sebagai yang di hormati, mora disebut sebagai
mata ni ari so gokgohan, artinya matahari yang tidak boleh ditentang. Mora dianggap sebagai sumber berkat. Oleh sebab itu di dalam etika sopan santun
ketiga unsur ini bersikap sesuai dengan kedudukannya. Suhut terhadapa kahangginya harus bijaksana, terhadap anak borunya harus harus pandai
mengambil hatinya, terhadap mora harus hormat. Meskipun berbeda, namun satu sama lainya tidak ada yang lebih rendah.
Kehadiran pihak mora, kahanggi maupun anak boru merupak peristiwa adat dalam acara ritual mengayunkan anak. mora, kahanggi maupun anak boru
membawa nasi bungkusindahan tungkus dan kain gendongparompa. Kata-kata yang menyenangkan serta harapan-harapan kepada sibayi dan orang tuanya
diucapakan agar hubungan dengan kekerabatan dalihan na tolu tetap erat dan hangat. Kemudian pihak mora mengunyah sirihuntuk tondi burangir tondi oncot
untuk bayi, kemudian kepada ayah dan kerabat keluarga. Pihak mora turut merasa
Universitas Sumatera Utara
85
gembira dan bahagia, karena telah lahir cucu dari pihak anak borunya, sebagai buah perkawinan antara gadis mereka dengan putra dari pihak anak borunya.
4.3 Beberapa Kegiatan Mengayunkan Anak dari Warga Desa Rumbio