85
gembira dan bahagia, karena telah lahir cucu dari pihak anak borunya, sebagai buah perkawinan antara gadis mereka dengan putra dari pihak anak borunya.
4.3 Beberapa Kegiatan Mengayunkan Anak dari Warga Desa Rumbio
Masyarakat Desa Rumbio yang baru saja memiliki anak biasanya melakukan upacara tradisional mengayunkan anak. Di sini dengan memberikan
contoh mencoba untuk lebih spesifik melihat acara mengayunkan anak yang dilakukan oleh warga desa rumbio yaitu Bapak Dirman dan Bang Kehek.
4.3.1 Mengayunkan Anak di Rumah Bapak Dirman Nasution
Bapak Dirman merupakan seorang warga desa rumbio yang sudah hampir belasan tahun tidak memiliki anak.Setelah istrinya meninggal bapak Dirman
menikah lagi dan bapak Dirman dikaruniai seorang anak perempuan. Kebahagian yang dirasakan bapak Dirman dan keluarga serta bentuk rasa syukur yang mereka
rasakan diwujudkan dengan membuat acara mengayunkan anak. Acara yang dibuat bapak Dirman bisa dibilang acara yang besar sebab dari segi pemotongan
hewan, bapak Dirman memotong seekor kambing. Sedangkan dari keluarga yang diundang, bapak Dirman mengundang keluraga yang tinggal jauh dari desa
Rumbio seperti uwak Irsan yang tinggal di Medan. Uwak Irsan merupakan abang Kandung bapak Dirman. Bapak Dirman juga mengudang anak-anak uwak Irsan
yaitu kakak Taing dan abang Gundur yang tinggal di Jakarta masing-masing dari mereka sudah berkeluarga. Kemudian bapak Dirman mengundang ibunya, dan
juga abang kandung dan adik kandungnya yang tinggal sama satu desa dengannya. Ayah bapak Dirman sudah lama meninggal, sebelum bapak Dirman
memiliki anak dengan istrinya yang pertama.
Universitas Sumatera Utara
86
Setelah keluarga kandung lengkap, bapak Diraman mengundang kahanggi dan moranya. Keluarga kahanggi yang terdiri dari nenek Muchtar, Abang Solih,
kakak Fatma, uwak Tawon, uwak Tira, bou Hasim, kakak Nuri, abang Godang. Kahanggi ini merupakan keluarga dari pihak ayahnya bapak Dirman. Ompung
laki-laki bapak Dirman atau ayah dari ayahnya bapak Dirman memiliki hubungan abang adik dengan ompung laki-laki dari keluarga kahanggi yang diundang.
Kemudain kahanggi dari pihak ibunya bapak Dirman yang berada tidak jauh dari desa Rumbio yaitu desa Mompang Julu. Keluarga yang diundang adalah keluarga
dari adik kandungnya ibu bapak Dirman, yaitu bujing Bapak Dirman. Dari pihak mora, bapak Dirman hanya mengundang kedua orang tua dari
istrinya dan adik laki-lakinya. Sebab orangtua istrinya hanya memiliki dua anak yaitu istinya dan adik istrinya yang masih sekolah SMA. Setelah itu bapak
Dirman mengundang tetangga dekatnya seperti bou Hasanah, Nenek Safwan, bou Bahrul. Tetangga yang diundang juga masih memilik hubungan saudara dengan
bapak Dirman dan juga mengundang tetangg-tetangga yang lainya. Tiga hari sebelum acara mengayunkan anak, orangtua bapak Dirman,
abang, adiknya serta istri-istri dari abang dan adiknya mulai membicarakan bagaimana acara yang akan dibuat , hewan apa yang akan dikurbankan, bahan-
bahan yang diperlukan, serta pembagian tugas untuk hal apa-apa saja yang akan dikerjakan. Seperti siapa yang akan pergi berbelanja, memasak dan sebagainya.
Pembicaraan tersebeut dilakukan setelah selesai isa, karena jika dilakukan pada siang hari keluarga bapak Dirman pergi bekerja. Hari kedua sebelum acara
mengayunkan mulailah mempersiapakan bahan-bahan yang diperlukan serta
Universitas Sumatera Utara
87
mulai menyanpaikan undangan atau kabarpataonkon. Penyampaian undangan tersebut dilakukan oleh pihak suhut ataupun kahanggi yang sebelumnya keluarga
maupun saudara yang akan diundang sudah dimusyawarahkan sebelumnya. Jika keluarga yang diundang rumahnya diluar Kecamatan Panyabungan dan Siabu
ataupun keluarga yang berada di Medan, Jakarta akan diundang lewat telephone Satu hari sebelum acara mengayunkan, pihak kanggi dan tetangga dekat
mulai membuat lepat, lepat yang dibuat bisa dibilang banayak sebab pisang yang digunakan untuk membuat lepat ada enam tandan pisang kepok. Lepat yang yang
akan dibuat terbagi menjadi dua jenis, pertama, lepat yang untuk dibagikan ketetetangga, dan yang kedua, untuk digantungkan diayunan si anak. Bahan-bahan
untuk membuat lepat ini adalah kelapa, pisang, tepung beras, gula merah dan gula putih. Lepat yang akan dibagikan ke tetangga dan untuk diikat hanya berbeda dari
bahanya saja yaitu pisang. Lepat yang akan diiikat diayuan nantinya tidak menggunakan pisang.
Foto 9 Tetangga dan keluarga yang membantu mempersipan acara mengayunkan
anak Lepat yang dibagikan ketetangga menandakan bahwa seoarang anak telah
lahir dari keluarga suhut, dan juga lepat yang dibagikan seperti bentuk undangan
Universitas Sumatera Utara
88
untuk menghadiri acara ditempat si suhut. Jika acaranya besar maka lepat yang akan dibagikan tidak hanya sebanjarnya wilayah saja, tetapi seluruh desa. Lepat
yang akan digantungkan diayunan menandakan lomo-lomi ni roakebikan hati. Lepat memiliki rasa yang manis, dari luar saja sudah terlihat manis akibat wana
dari gula merah tadi, apalagi belum dimakan. Maka dari itu lepat yang digantungkan menunjukan bahwa agar anak itu nantinya seperti lepat, melihat dari
luarnya saja kita sudah tau bahwa anak itu baik.
32
Bapak Dirman dan keluarga mengayunkan anaknya pada saat berumur dua bulan. keluarga bapak Dirman tidak melakukan paijur danaksebab sebelumnya
sudah dilakukan pada saat istri bapak Dirman di rumah sakit karena pada saat itu istri bapak Dirman melahirkan di Rumah Sakit. Bapak Dirman dan keluarganya
Lepat yang akan dibagikan oleh bapak Dirman satu wilayah denaganya serta tetangga-tetangga yang dikenal serta
dekat denganya. Setelah lepat selesai dimasak dan telah dibagikan, malam harinya pihak
anak boru mepersiapakan bahan-bahan yang akan dimasak, serta keperluan- keperluan lainya. Seperti hiasan-hiasan dinding, hiasan untuk ayunan dan lain
sebagainya. Ayunan yang digunakan adalah ayunan yang tebuat dari rotan, meskipun begitu ayunan selendang tetap digunakan. Anak boruyang bertugas
memesak tidak akan pulang kerumahnya mereka akan tidur dirumah suhutsebab pada saat memasak dilakukan pada jam 4 pagi agar masakan yang akan
dihidangkan masih segar.
32
Hasil wawancara dengan tobang, masyarakat Rumbio
Universitas Sumatera Utara
89
hanya melakukan kegiatan upah-upah saja sekaligus menambalkan nama anaknya. Bahan upah-upah yang digunakan adalah ayam, telur, garam, nasi, dan
air putih. Yang melakukan upah-upah adalah orangtua laki-laki dari istrinya bapak Dirman, sebab pada orangtua laki-laki sudah meninggal. Setelah selesai
acara upah-upah barulah pemeberian nama, nama yang akan diberikan kepada anak tersebeut, sebelumnya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak keluarga,
baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan.
Foto 10 upah-upahpembarian nama
Setelah itu anak bapak Dirman diletakan diatas ayunan yang sudah dihiasi dengan bunga-bunga, gabah-gabah dan lepat yang diikat disisi kanan dan kiri
ayunan. Kemudian anak bapak Dirman diayun-ayun secara bergantian sambil membacakan shlawat dan memarhabankanya. Pertama kali yang mengayunkan
anaknya adalah ibunya, setelah itu bapak Dirman, kemudian orang tua bapak Dirman, orang tua istrinya, abang, adik, istri-istri dari abang dan adik bapak
Universitas Sumatera Utara
90
Dirman. Setalah itu kahanggi-kahangi yang lainya, tamu-tamu yang diundang lainya. Kemudian barulah memperebutkan lepat yang diikat diayunan anaknya.
Yang memperebutkan lepat tersebut adalah keluarga maupun tamu-tamu perempuan yang ada tempat acara.
Selanjutnya tamu-tamu maupun keluarga yang berada didalam rumah disuruh berdiri membentuk lingkaran untuk memberikankepada anaknya doa
anaknya. Setealah itu bapak Dirman mengendong anaknya sedangkan istrinya memegang bedak bayi dan parfum kemudain bapak Dirman mengelilingi tamu
dan mempersilahkan tamu mencium bayinya dan yang mencium bayinya sambil membacakan doa dan harapan kemudian membedaki bayi dengan bedak yang
dipegang oleh ibunya kewajah anaknya, kemudian ibunya mengoleskan parfum kebaju tamu yang telah mendoakan anaknya.
Setelah kegiatan selesai dilakukan barulah menyantap hidangan yang telah dipersiapak oleh pihak yang melakukan acara. Yang menyantap hidangan yang
petama adalah laki-laki sebab laki-laki dan perempuan tidak dibolehkan bergabung, tidak ada perebaan jenis makanan yang dihidangkan untuk laki-laki
dan perempuan semuanya sama malah tamu perumpuan yang hadir selesai makan diberi nasi bungkus. Dalam ajaran agama masyarakat Rumbio laki-laki dan
perempuan tidak boleh sama dan juga mengajarkan dalam islam nilai anak laki- laki lebih tinggi dari pada anak perempuan. Maka dari itu masyarakat Rumbio
menerapkan pengetahuan yang telah diajarkan oleh agama mereka.
Universitas Sumatera Utara
91
Tempat hidangan makanan dibagi menjadi dua tempat, pertama dirumah bapak Dirman, kemudian dirumah Uwak Irsan. Sebab rauangan di rumah bapak
Dirman tidak cukup menampung tamu-tamu yang hadir.
Foto11 Pihak Lelaki dan tamu yang diundang mulai menikmati hidangan setelah acara
mengayunkan anak telah selesai Setelah laki-laki selesai makan kemudian bergantian dengan tamu-tamu
perempuan karena itu juga merupakan aturan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat desa Rumbio. Acara mengayunkan anak bapak Dirman selesai pada
jam dua siang.
4.3.2 Mengayunkan Anak di Rumah Abang Ashar Hasibuan Kehek