Latar belakang masalah Mengayunkan Anak di Desa Rumbio Kecamatan Penyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Setiap keluarga umumnya mendambakan seorang anak, karena anak adalah karunia Allah yang tiada terhingga bagi semua keluarga. Keberadaannya sangat dinantikan karena akan menjadi penerus keturunan manusia, dan menjadi salah satu penguat ikatan berumah tangga. Banyak pasangan suami istri yang mengharapkan atau menjalin dua keluarga kekerabatan yang belum dikaruniai anak. Ini menunjukkan demikian penting kehadiran anak bagi semua umat manusia. Berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai suatu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua. Ternyata anak itu memiliki nilai dalam keluarga,nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari- hari dapat diketahui dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat bagi orang tua untuk mencurahkan kasih sayangnya, anak sebagai sumber kebahagiaan keluarga, anak sebagai bahan pertimbangan pasangan suami-istri ketika ingin bercerai, anak sebagai tempat untuk mensosialisasikan nilai-nilai dalam keluarga, dan harta kekayaan keluarga diwariskan, serta anak sebagai tempat orang tua dalam menggantungkan berbagai harapan. Karena pentingnya anak bagi setiap keluarga, maka dari itu setiap masyarakat memiliki tradisi dalam penyambutan Universitas Sumatera Utara 2 anak 1 seperti : Masyarakat Jepang meyakini dan percaya bahwa setelah anak lahir, tali pusar bayi akan ditaruh di dalam kotak kayu bersama dengan boneka kecil yang mewakili sosok bayi sedang tidur memakai kimono. Tali pusar bayi biasanya ditempatkan di dalam kimono. Tradisi ini diyakini dapat menjaga hubungan positif antara anak dan ibu. Kemudian satu minggu setelah anak lahir, orang tua dan kerabat dekat akan mengadakan upacara penamaan bayi yang disebut oshichiya, di mana anak menerima namanya resminya di depan butsudan altar rumah Buddha . Berbeda dengan kepercayaan masyarakat Mesir, mereka percaya setelah tujuh hari kelahiran bayi, masyarakat Mesir akan mengadakan upacara penamaan yang disebut sebooh. Dalam tradisi ini, seorang ibu akan menempatkan bayinya ke dalam sebuah keranjang besar putih dan kemudian menggoyangnya dengan lembut. Hal ini diyakini dapat membantu bayi yang baru lahir untuk menjadi terbiasa dengan liku-liku kehidupan. Selanjutnya, bayi akan diletakkan di atas selimut di lantai, dengan pisau yang ditaruh di sepanjang dadanya untuk mengusir roh jahat, sementara para tamu menyebarkan biji-bijian, emas, dan hadiah lainnya di sekelilingnya. Dalam tradisi masyarakat China ketika usia bayi menginjak satu bulan, orang tua dan kerabat akan mengadakan upacara Bulan Purnama. Upacara ini diadakan untuk memperingati bulan penuh yang pertama untuk kehidupan seorang bayi, dan ini menjadi peristiwa penting untuk anak yang baru lahir. 1 http:dodkop.blogspot.co.id201407tradisi-paling-unik-menyambut-kelahiran bayi.htmlixzz41SCVrnK9 di akses pada tanggal 28 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara 3 Dalam tradisi ini, para kerabat dan teman-teman akan berkumpul untuk memberikan berkat dan hadiah untuk bayi. Uniknya, dalam tradisi ini, orangtua bayi juga memberikan hadiah kepada kerabat dan teman-teman mereka. Dalam tradisi menyambut anak di Jamaika, setelah ibu melahirkan tali pusar bayi akan ditanam di sebuah lokasi khusus dan kemudian ditancapkan pohon di atasnya. Pohon itu disediakan oleh orang tua, wali baptis, atau kerabat dan teman- teman. Pohon itu adalah alat untuk mengajarkan kepada anak tentang cara bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Pohon ini juga digunakan untuk menunjukkan kepada anak bahwa ini awal dari hidupnya dan dia harus mengurusnya. Kepercayaan masyarakat Trinidad dan Tobago, ketika orang mengunjungi bayi yang baru lahir, mereka biasanya menaruh uang di tangan bayi untuk membawa kemakmuran dan berkah yang baik bagi bayi tersebut.Kebiasaan lain dari negara ini adalah beberapa orang tua tidak mengizinkan orang lain untuk datang ke rumah mereka setelah jam 18.00, karena diyakini embun malam akan membuat bayi sakit. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai sukuyang juga memiliki berbagai tradisi dan ritual yang dilakukan dalam menyambut datangnya seorang anak yang akan menjadi penerus harapan orang tua. Ada beberapa tradisi suku dalam menyambut anak seperti Tradisi Masyarakat Jawa 2 dalam menyambut kelahiran bayi orang Jawa memiliki beberapa upacara penting yang biasa 2 Rostiyati, Ani, Endah Susilantini, dkk, Fungsi Upacara Tradisional Bagi Mayarakat Pendukukungnya Masa Kini. DIY : Departeman Pendidikan dan Kebudayaan19941995 . Universitas Sumatera Utara 4 dilakukan. Berbagai upacara ini bertujuan sebagai rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa momongan yang menjadi harapan setiap keluarga.Selain sebagai satu bentuk rasa syukur, berbagai upacara tradisi Jawa untuk menyambut kelahiran bayi biasanya juga dilangsungkan sebagai salah satu bentuk doa agar si jabang bayi dan keluarganya selalu diberi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan oleh Yang Kuasa.Berikut ini beberapa upacara tradisi Jawa yang dilakukan saat kelahiran bayi, yaitu mengubur ari-ari. Ari-ari secara medis merupakan sebuah organ yang berfungsi untuk menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin di dalam rahim. Lewat ari-ari juga zat-zat antibodi, berbagai hormon dan gizi disalurkan sehingga janin bisa tumbuh dan berkembang menjadi bayi. Bagi orang Jawa ari- ari memiliki “jasa” yang cukup besar sebagai batir bayi teman bayi sejak dalam kandungan. Oleh karena itu sejak fungsi utama ari-ari berakhir ketika bayi lahir, organ ini akan tetap dirawat dan dikubur sedemikian rupa agar tidak dimakan binatang ataupun membusuk di tempat sampah. Upacara mendhem ari-ari ini biasanya dilakukan oleh sang ayah, berada di dekat pintu utama rumah, diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari selapan.Brokohan merupakan salah satu upacara tradisi Jawa untuk menyambut kelahiran bayi yang dilaksanakan sehari setelah bayi lahir. Kata Brokohan sendiri berasal dari kata barokah-an, yang artinya memohon berkah dan keselamatan atas kelahiran bayi. Dalam acara ini biasanya para tetangga dekat dan sanak saudara berdatangan berkumpul sebagai tanda turut bahagia atas kelahiran bayi yang dapat berjalan dengan lancar. Tak sedikit para tetangga yang membawa Universitas Sumatera Utara 5 bermacam oleh-oleh berupa perlengkapan bayi dan makanan untuk keluarga yang melahirkan. Sepasaran menjadi salah satu upacara adat Jawa yang dilakukan setelah lima hari sejak kelahiran bayi. Dalam acara ini pihak keluarga mengundang tetangga sekitar beserta keluarga besar untuk ikut mendoakan atas bayi yang telah dilahirkan. Acara sepasaran secara sederhana biasanya dilakukan dengan kenduri, bagi yang memiliki rejeki yang lebih, biasanya dilaksanakan seperti orang punya hajat mantu. Adapun inti dari acara sepasaran ini adalah upacara selamatan sekaligus mengumumkan nama bayi yang telah lahir. Upacara puputan dilakukan ketika tali pusar yang menempel pada perut bayi sudah putus. Pelaksanaan upacara ini biasanya berupa kenduri memohon pada Tuhan agar si anak yang telah puput puser selalu diberkahi, diberi keselamatan dan kesehatan. Orang tua jaman dulu melaksanakan upacara puputan dengan menyediakan berbagi macam sesaji, namun masyarakat Jawa modern biasanya acara puputan dibuat bersamaan dengan upacara sepasaran ataupun selapanan, hal ini tergantung kapan tali pusar putus dari pusar bayi. Akulturasi budaya Jawa-Islam sangat terlihat dalam upacara Aqiqah. Upacara yang dilakukan setelah tujuh hari kelahiran bayi ini biasanya dilaksanakan dengan penyembelihan hewan kurban berupa dombakambing. Jika anak yang dilahirkan laki-laki biasanya menyembelih dua ekor kambing, dan bila anak yang dilahirkan adalah perempuan maka akan menyembelih satu ekor kambing. Universitas Sumatera Utara 6 Upacara Selapanan dilakukan 35 hari selapan setelah kelahiran bayi. Upacara selapanan ini dilangsungkan dengan rangkaian acara bancakan weton kenduri hari kelahiran, pemotongan rambut bayi hinngga gundul dan pemotongan kuku bayi. Pemotongan rambut dan kuku ini bertujuan untuk menjaga kesehatan bayi agar kulit kepala dan jari bayi tetap bersih. Sedangkan bancakan selapanan dimaksudkan sebagai rasa syukur atas kelahiran bayi, sekaligus sebuah doa agar kedepannya si jabang bayi selalu diberi kesehatan, cepat besar, dan berbagai doa kebaikan lainnya. Komunitas kampung Sasak yang tinggal di Bayan 3 , Barat laut Lombok, Indonesia dikenal dengan Wetu Telu dan sering diperlawankan dengan waktu lima. Masyarakat ini memiliki ritual buang au upacara kelahiranbuang abu.saat bayi dilahirkan, dukun beranak balian setelah menolong persalinan membakar arang dan menempatkannya di bawah ranjang bayi dibaringkan. Ini dimaksud untu menjaga agar sibayi merasa hangat dan dapat tidur nyenyak. Kira-kira satu minggu kemudian barulah orangtua si bayi mengadakan upacara buang au yang seacra harfiah membuang abu. Dalam upacara ini balian membuang abu yang dihasilakan arang. Orang tua mengumumkan nama bayi yang baru dilahirkan. Orang Bayan meyakini bahwa nama yang tidak cocok menyandangnya akan mengundang nasib buruk. Karena alasan inilah orang tua biasnya berkonsultasi dengan pemangku atau kiai mengenai nama yang cocok untuk anaknya. Dalam memilih nama kiai dan pemangku menggunakan perhitungan astrologis 3 Budiwanti, Erni.. Islam Sasak, cetakan 1. Yogyakarta : Lkis Yogyakarta bekerjasama dengan yayasan IKAPI dan Ford Foundation 2000 Universitas Sumatera Utara 7 berdasarkan waktu, tanggal, bualan, dan tahun saat bayi dilahirkan. Meski begitu berapa orangtua memakai nama kakek atau kakek buyut yang sudah meninggal untuk bayi mereka demi mengenang asal usulnya. Orang Bayan percaya bahwa bayi membawa dosa orangtua di masa lalu. Oleh karena itu dalam upacara buang au bayi disucikan dengan menyelenggarakan bedak keramas dan doa kiai. Bedak keramas adalah campuran santan kelapa, dara ayam dan sembek ampas bekas kunyahan siruh yang ditaruh di tempurung kelapa. Ramuan ini dioleskan di kening bayi dan orangtuanya. Bedak keramas adalah upacara pembersihan. Bedak keramas disusul dengan makan bersama, paripaan buang au, yang dihadiri Kiai, Pemangku, Taoq Lokaq, kerabat patrinelal ayah si bayi, dan beberapa pengawasan. Buang au adalah praktek setempat sepertri upacara-upacara lainya sarat dengan ciri khas menghubungi arwah dan kepercayaan bahwa mereka bisa memberikan berkah bagi anak turun yang masih hidup. Pembacaan doa keselamatan berbahasa Arab. Dalam upacara tersebut menunjukan bahwa tradisi lokal dipercayai untuk menyerap pengaruh-pengaruh dari luar. Tradisi Masyarakat Batak Toba dalam menyambut kelahiran seorang anak hal pertama yang harus di lakukan adalah, upacara adat Mangirdak atau Mangganje atau Mambosuri boru adalah upacara yang diterima oleh seorang ibu yang usia kandungannya tujuh bulan. Dalam suku Batak apabila seorang putra Batak menikah dengan dengan seorang perempuan baik dari suku yang sama maupun yang beda, ada beberapa aturan atau kebiasaan yang harus dilaksanakan. Sebagai contoh, seorang putra Batak yang bermarga Pardede menikah maka sudah Universitas Sumatera Utara 8 merupakan kebiasaan jika orangtua dari istri disertai rombongan dari kaum kerabat datang menjenguk putrinya dengan membawa makanan ala kadarnya ketika menjelang kelahiran, hal kunjungan ini disebut dengan istilah Mangirdak membangkitkan semangat. Makna spiritualitas yang terkandung adalah kewibawaan dari seorang anak laki-laki dan menunjukkan perhatian dari orangtua si perempuan dalam memberikan semangat. Pemberian Ulos Tondi merupakan kedatangan kerabat untuk melilitkan selembar ulos yang dinamakan ulos tondi ulos yang menguatkan jiwa ke tubuh si putri dan suaminya. Pemberian ulos ini dilakukan setelah acara makan. Makna spiritualitas yang terkandung adalah adanya keyakinan bahwa pemberian ulos ini dapat memberikan ataupun menguatkan jiwa kepada suami istri yang baru saja mempunyai kebahagiaan dengan adanya kelahiran. Setelah itu dilakukan acara Martuaek. Pada hari ketujuh setelah bayi lahir, bayi tersebut dibawa ke pancur saluran air dan dimandikan, dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang dikenal dengan pesta martutu aek yang dipimpin oleh pimpinan agama saat itu yaitu Ulu Punguan. Hal ini telah ditentukan oleh sibaso tersebut dan dilakukan pada waktu pagi- pag,i waktu matahari terbit, kemudian sang ibu menggendong anaknya yang pergi bersama-sama dengan rombongan para kerabatnya menuju ke suatu mata air dekat kampung mereka. Setelah sampai disana, bayi dibaringkan dalam keadaan telanjang dengan alaskan kain ulos. Kemudian Sibaso menceduk air lalu menuangkannya ke tubuh si anak, yang terkejut karenanya dan menjerit tiba-tiba, melalui ritus ini keluarga menyampaikan persembahan kepada dewa-dewa Universitas Sumatera Utara 9 terutama dewi air Boru Saniang Naga yang merupakan representasi kuasa Mulajadi Nabolon dan roh-roh leluhur untuk menyucikan si bayi dan menjauhkannya dari kuasa-kuasa jahat, sekaligus meminta agar semakin banyak bayi yang dilahirkan. Upacara martutu aek biasanya dilanjutkan dengan membawa si bayi ke pekan. Kita tahu pada zaman dahulu Onan pekan atau pasar terjadi satu kali seminggu. Onan adalah simbol pusat kehidupan dan keramaian sekaligus simbol kedamaian. Orangtua si bayi akan membawa bayi ke tempat itu dan sengaja membeli lepat atau pisang di pasar dan membagi-bagikan kepada orang yang dikenalnya sebagai tanda syukur dan sukacitanya. Pada acara marhata sesudah makan, maka diumumkanlah nama si bayi. Bila anak yang lahir ini adalah anak pertama maka sudah biasa bila ada pemberian sawah oleh orangtua serta mertua untuk modal kerja. Namun pada saat pemberian nama pada waktu itu, peran dari sibaso sangat besar karena keluarga meminta rekomendasi Sibaso untuk sebuah nama, jika Sibaso tidak menyetujui nama yang dianggapnya tidak baik maka orangtua dari si bayi pun akan mengganti nama itu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah memberikan kekuatan kepada tubuh si anak yang lahir dimana dengan adanya persembahan-persembahan kepada dewi air Boru sinaga sehingga si anak kelak mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan tidak mudah terserang penyakit. Upacara adat mangharoan adalah upacara adat yang dilaksanakan setelah dua minggu kelahiran bayi untuk menyambut kedatangan bayi. Ada kalanya diadakan lagi makan bersama ala kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu Universitas Sumatera Utara 10 yang dikenal dengan istilah mengharoani menyambut tibanya sang anak. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah mamboan aek si unte karena pihak hula- hula membawa makanan yang akan memperlancar air susu sang ibu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah yaitu menunjukkan kedekatan dari hula-hula terhadap si anak yang baru lahir dan juga terhadap si ibu maupun ayah dari si anak itu. Upacara maupun dalam penyambutan anak tidak terlepas dari nilai anak. Anak memiliki nilai bagi orang tua, seperti halnya masayarakat Mandailing. Nilai anak yang dimiliki masyarakat Mandailing sama persisnya dengan masyarakat Batak Toba. Yang tercakup dalam nilai 3H Hagabeon, Hamoraon,dan Hasangapon . Hagabeon bahagia ataupun sejahtera adalah kebahagiaan dalam halketurunan.Keturunan dipandang sebagai pemberi harapan hidupkarena keturunanadalahkebahagiaan yang tidak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabatnya. Hamoraon kekayaan adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dimana kekayaan ini diidentikkan disamping harta kekayaan juga anak. Tanpa anak individu tidak akan merasa kaya meskipun banyak harta seperti yang diungkapkan dalam ungkapan “Anakkonhi do hamoraon diahu” anakku adalah harta yang paling berharga bagi saya. Hasangapon kemuliaan kehormatanadalah merupakan kedudukan seseorang dalam lingkungan masyarakat. Untuk mencapai hasangapon seseorang harus terlebih dahulu berketurunan gabe dan memiliki kekayaan mora. Diantara nilai hamoraon, Universitas Sumatera Utara 11 hagabeon, dan, hasangapon, nilai hagabeon merupakan nilai yang paling penting karena nilai hagabeon mengungkap makna bahwa orang Batak sangat mendambakan kehadiran anak dalam keluarganya. Nilai anak juga sebagai penerus keturunan dari ayah, dengan adanya anak maka marga dari ayah ada yang meneruskan. 4 Marga merupakan asal mula nenek moyang yang terus dipakai dibelakang nama. Masyarakat Batak umumnya mengartikan marga sebagai kelompok suku dan suku induk yang berasal dari rahim yang sama. Keyakinan ini disebabkan oleh penetapan struktur garis keturunan mereka yang menganut garis keturunan laki-laki patrilineal yang berarti bahwa garis marga orang Batak diteruskan oleh anak laki-laki. Jika orang Batak tidak memiliki anak laki-laki maka marga tersebut akan punah. Adapun posisi perempuan dalam budaya Batak adalah sebagai pencipta hubungan besan karena perempuan harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain. Jika seorang anak lahir baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya saja sebagai penerus marga ataupun pencipta hubungan besan, tetapi dalam partuturon juga berubah. Partuturon adalah aturan hubungan antar perorangan dalam bertutur. Dengan adanya pertuturan dapat diketahu sedekat apakah hubungan perseudaraan tersebut dan juga menjadi perekat bagi hubungan kekerabatan. Dengan menyebut tutur terhadap seseorang diketahuilah jalur hubungan 4 Orang Batak penenus garis patrilineal Universitas Sumatera Utara 12 kekerabatan diantara mereka yang menggunakan tutur dan sekaligus menentukan prilaku atau etika apa yang pantas dan tidak pantas diantara mereka yang bergaul 5 . Di desa Rumbio, Kec. Panyabungan Utara terdapat ritual dalam penyambutan anak, meraka percaya anak yang baru lahir tidak diperbolehkan dibawa keluar karena itu juga merpakan nilai dari seorang anak. Maka dari itu mereka mengadakan ritual tersebut.Di Desa Rumbio, Kec. Panyabungan Utara banyak terdapat ritual-ritual yang masih mereka lakukan yang berhubungan dengan kepercayaan mereka terdahulu seperti kepercayaan Si pale begu. 6 Setelah Islam ke Mandailing melalui perang paderi tentu mempengaruhi adat istiadat etnik Mandailing seperti kepercayaan terhadap roh-roh halus yang dikenal pada zaman animesme karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama islam berangsur- angsur menghilang. Setiap kegiatan yang ada di Desa Rumbio termasuk dalam mengayunkan anak tidak lepas dari sistem kekerabatan yang terdapat di dalihan na tolu. Dalihan Na Tolu secara harfiah diartikan sebagai tungku penyangganya terdiri dari tiga agar tungku tersebut dapat seimbang. Secara etimologi berarti merupakan suatu tumpuan yang komponen unsur nya terdiri dari 3 yaitu kelompok mora, kahanggi, anak boru. Setiap kegiatan upacara, ritual, ataupun yang lainnya Dalihan Na Tolu selalu ikut serta karena itu merupakan dari sistemkekerbatan yang dimiliki masyarakat Mandailing. Inilah dasar peneliti untuk mendeskripsikan tentang 5 Askolani, Ali Fikri, dkk. Seni Budaya Mandailing Natal. Medan:Penerbit Mata Pribumi Media, Hal 11 6 Kepercayaan kepada mahluk halus yang memiliki kekuatan mempengaruhi kehidupan Animisme. Universitas Sumatera Utara 13 mengayunkan anak di Desa rumbio yang tidak terlepasa dari nilai anak dan sistem kekerabatan dalihan na tolu yang berhubungan dengan mengayunkan anak di Desa Rumbio.

1.2. Tinjauan Pusataka