36
oleh karena itu agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Bahkan dalam upacara-upacara kematian dan hukum waris
sebahagian besar di antara mereka banyak memakai hukum Islam. Di Mandailing ada falsafah yang menyebutkan Hombar do adat dohotibadat. Artinya adat dan
istiadat tidak dapat dipisahkan, adat tidak bolehbertentangan dengan agama Islam. Jika dalam upacara adat ada hal-hal yang mengganggu dengan pelaksanaan
agama, adat itu harus dikesampingkan.
2.4. Awal Mula Masuknya Agama Islam ke Mandailing
Islam merupakan agama yang terbesar di Indonesia dan karena itulah mereka selalu banyak bertindak dan bahkan mau memberikan suatu keputusan di
dalam Negara republik Indonesia. Perkembangan agama ini sangat pesat dan penyebaran yang dilakukan mereka untuk menyebarkan agama ini dengan cara
perdagangan, perkawinan, dan juga pendekatan dengan petinggi-petinggi tiap daerah itu. Penyebaran islam di Indonesia dengan menggunakan tiga teori yaitu
teori Gujarat, Makkah dan juga Persia. Penyebaran islam ke Indonesia tersebut langsung diterima oleh masyarakat,
yang dimasuki oleh para pedagang yang dari Arab tersebut. Masuknya Islam ke Mandailing tidak dapat dilepaskan dengan Perang Paderi 1821-1838. Masuknya
pasukan Paderi dari Sumatera Barat telah mendorong perubahan sosial dalam tatanan masyarakat Mandailing. Sebelumnya memang sudah ada beberapa orang
Mandailing yang belajar Islam di Bonjol. Tetapi ketika pasukan Paderi masuk, mereka melakukan peng-Islam-an lagi
secara besar-besaran. Tetapi dua tokoh penting Paderi ketika itu yang membawahi
Universitas Sumatera Utara
37
Mandailing Tuanku Tambusai,Pakih Saleh dan Tuanku Rao, membalas dengan melakukan penyiksaan bagi mereka yang menolak tata hidup yang dibawa Paderi.
Selain dipengaruhi ideologi “jihad” yang mereka ambil dari Arab, kelompok Paderi ini juga membawa nilai-nilai kemerdekaan dan anti kolonialisme. Selama
Perang Paderi, Tuanku Tambusai, setelah pulang dari Mekah mengajarkan Islam di wilayah Padang Lawas, Padang Bolak, Sipirok, dan Mandailing. Pada Tahun
1995, Tuanku Tambusai diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Tuanku Rao mengganti namanya menjadi Pakih Muhammad. Ia merupakan Imam Besar di
Rao, diyakini merupakan keturunan Lubis dari Hutagodang. Selama satu dekade, Paderi mendominasi wilayah Mandailing melalui
kekuasaan qadi. Kekuasaan qadi merupakan bentuk yang sangat efektif untuk menunjukkan bentuk pemerintahan Islam ketika itu. Qadi bukan sekedar
membawa pengaruh nilai-nilai islam, tetapi juga memiliki pengaruh sosial- ekonomi dan politik. Dengan gelar haji, mereka identik dengan seseorang yang
memiliki pengetahuan agama yang luas dan mampu membawa nilai-nilai persaudaraan Islam ummah di Mandailing dengan dunia Arab secara luas.
Mereka juga membawa budaya Islam ke Mandailing. Setelah masuknya agama islam ke Mandailing termasuk desa Rumbio
banyak perubahan yang terjadi pada upacar adat maupun ritual-ritualnya. Hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama islam banayak di tinggalkan. Maka di
Mandailing diubah menjadi Ombar adat dohot ugamo. adat dan agama seiring sejalan. Konsep ini yang menjadi cikal bakal konsep Islam Mandailing sampai
saat ini.
Universitas Sumatera Utara
38
2.4.1.Pengaruh Agama Islam Terhadap Adat Istiadat di Desa Rumbio
Sebelum masuknya islam ke Mandailing, adat budaya Mandailing di pengaruhi oleh kepercayaan animisme yang menyembah roh-roh halus. Dengan
masuknya agama islam ke Mandailing termasuk desa Rumbio tentu mempengaruhi adat istiadat seperti upacara pernikahan, kelahiran, kematian,
upah-upah, gondang sambilan, dan sebagainya. “Desa Rumbio pada zaman dahulu mengenal kepercayaan
animisme yaitu Si Pale Begu. Masa sebelum masuknya Islam ke Mandailing disebut dengan masa kegelapan na
itom na robi
11
Contohnya menjadikan kepala kerbau secara utuh dalam upah-upah tidak digunakan lagi dikarenakan bagi sebagian orang mengikatkanya seoalah-olah
kepala kerbau sebagai persembahan sesajen . Maka dari itu setiapa kegiatan yang
dilakukan masyarakat Rumbio merupakan persembahan- persembahan untuk si begu, ujar Tobang Hj Asni.”
12
Soekanto dalam bukunya mengatakan bahwa dalam masa pre Hindu yang terdapat di Indonesia adalah adat-adat melayu polinesia. Lamabat laun datang
. Dan juga setelah kedatangan islam biasanya acara mangupa dalam ritual mengayunkan anak disatukan dengan
aqiqah. Acaranya diatur sedemikan rupa agar tidak bertentangan satu sama lain. Karena itu selain mengundang pengetua-pengetua adat, diudang juga pemuka-
pemuka agama. Sebagaimana dengan ritual lainya semua yang tidak sesuai dengan ajaran Islam hampir semua telah ditinggalkan.
11
Hasil wawancara dengan Tobang Hj, seseorang yang dituakan dalam hal melakukan ritual ritual adat.
12
Sesajen berarti sajian atau hidangan berupa makanan atau bunga-bungaan dan sebagainya yang disajikan kepada orang Makhluk halus atau roh. Sesajen memiliki nilai sakral di sebagian besar
masyarakat kita pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
39
kultur hindu dan kemudian kultur Islam dan kultur kristen, yang masing-masing mempengaruhi kultur aslinya. Pengaruh ini begitu besar, sihingga ada banyak
penyelidik-penyelidik hukum adat yang tersesat in dwaling verkeet dan berpendapat bahwa yang terpenting dalam adat istiadat indonesia bukan adat-adat
melayu polensia yang dasarnya hukum adat indonesia, akan tetapi adat hindu atau adat Islam maupun kristen. soekanto 1958;50.
Dari manapun asal adat istiadat tersebut sudah dipengaruhi oleh teori Receptio in Complexu. Di Mandailing pengaruh yang paling besar adalah agama
Islam. Teori receptio in complexu ini dikemukakan olehMr. W.C. van den Berg,
Guru Besar di Delf dan Penasihat bahasa-bahasa Timur dan Hukum Islam pada Pemerintah kolonial Belanda. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut: “Selama
bukan sebaliknya dapat dibuktikan, menurut ajaran ini hukum pribumi ikut agamanya, karena jika memeluk agama harus juga mengikuti hukum agama itu
dengan setia”
13
Menurut teori ini, kalau suatu masyarakat itu memeluk suatu agama tertentu, maka hukum Adat masyarakat yang bersangkutan adalah hukum agama
yang dipeluknya itu. Kalau ada hal-hal yang menyimpang dari hukum agama yang dipeluknya, maka hal ini dianggap sebagai suatu “perkecualianpenyimpangan”
dari hukum agama yang telah diterima secara keseluruhan“in complexu gerecipieerd” itu. Dengan berlandas pada teori yang dikemukakannya itu, maka
.
13
H. Pandapotan Nasution, SH, Adat budaya Mandailing dalam tantangan zaman cetakan pertama:FORKALA Prov.Sum. Utara 2005, hal 466
Universitas Sumatera Utara
40
van den Berg menggambarkan hukum Adat itu sebagai hukum yang terdiri hukum agama dan penyimpangan-penyimpangannya.
2.5. DALIHAN NA TOLU