Hubungan anak denganDalihan Na Tolu Partuturon Dan Penjabaranya

61

3.5. Hubungan anak denganDalihan Na Tolu

Anak memiliki hubungan dengan dalihan na tolu yang terletak pada partuturan. Keluarga yang tidak mempunyai anak akan tetap berhubungan baik dengan dalihan na tolu, karena antara mora, kahanggi, anakboruharus selalu berdampingan karena sudah diatur dalam hukum adat masyarakat Mandailing. lahirnya seorang anak tidak hanya menimbulkan perubahan pertuturan dari keluarga inti saja, seperti ayah amang, ibu inang, nenek ompung, tetapi juga terjadi perubahan pada kerabat-kerabat yang lain. Misalnya pada pihak mora . Abang ibu adalah pihak mora jika diambil dari pihak ayah atau laki-laki. Karena lahirnya seorang anak maka abang ibu akan di panggil tulang. Tetapi jika tidak adanya seorang anak perubahan dalam partuturan tidak adak. Dengan lahirnya seorang anak juga dapat mempererat hubungan antar pihak laki-laki dan perempuan. Dengan lahirnya seorang anak laki-laki maka ia menjadi penerus marga dan juga penerus keturunan, karena keturunan berdasarkan dari pihak laki-laki. Bukan itu saja, struktur kekerabatan patrilineal dengan adat dalihan na tolu mempengaruhi keluarga dalam memberi perlakuan terhadap anak laki-laki terutama anak pertama. Dengan adanya tuntutan-tuntutan tertentu maka anak laki- laki khususnya anak laki-laki pertama dituntut untuk menjadi seorang pemempin keluarga. Adapun posisi anak perempuan adalah sebagai pencipta hubungan besan karena perempuan harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain. Maka ia akan menjadi penghubung dua keluarga atau besan jika dikaitkan Universitas Sumatera Utara 62 dengan dalihan na tolumerupakan cikal bakal mora.Bukan itu saja berkat adanya dalihan na toludalam sistem kekerabatan di Mandailing keluarga juga harus bersyukur jika memiliki anak perempuan karena di dalam konsep dalihan na tolu yaitu terdapat tetap menyayangi anak dengan tulus.

3.6. Partuturon Dan Penjabaranya

Di dalam kehidupan bermasyarakat Mandailing agar terjadi hubungan yang harmonis dan serasi harus berdasarkan etika hidup hapantunon. Etika Menurut K. Bertens adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada masayarakat desa Rumbio salah satu etika yang perlu diperhatikan adalah etika betutur baik pada keluarga maupun pada masyarakat. Sikap santun yang di gambarkan melalui partuturon timbul karena adanya peralihan darah dan kemudian karena hubungan perkawinan dan juga hubungan kekerabatan yang bersifat teritorial. Selanjutnya pertuturan meluas menjadi pertuturan yang berlaku untuk seluruh hubungan masyarakat. Hal ini terjadi karena semakin berkembangnya dan penyebaran penduduk. Partuturon mengatur dan menentukan bagaimana seseorang bersikap, berbicara, dan bertutur terhadap orang lain. Dari pertuturan akan diketahui sejauhmana hubungan seseorang dengan orang lain berdasarkan hubungan darah, hubungan kekerabatan atau hubungan berdasarkan perkawinan. Pada prinsip pertuturan merupakan etika, sikap, dan tingkah laku seseorang berkomunikasi dengan orang lain, yang bertujuna saling menghormati semagat persaudaraan, rasa persatuan, dan semakin eratnya ikatan kekeluargaan yang harmonis, dan hal ini Universitas Sumatera Utara 63 harus di pertahankan. Oleh sebab itu dari anak-anak martutur sudah diajarakan oleh orang tua, saudara, kerabat, dan teman sekampung di tempat kelahiranya. 22 1. Amang tobang = kakek dari ayah saya Meskipun setiap orang sudah diberi nama pada waktu lahir, namun dalam berkomunikasi nama tersebut tudak dipakai, yang dipakai adalah tutur. Penyebutan nama di dalam berkomunikasi baik diantara yang muda, kepada yang tua dianggap tidak sopan apalagi terhadap orang yang harus dihormati. Penyebutan nama pada waktu berkomunikasi ataupun menunjuk seseorang dianggap tidak beradat. Panggilan yang digunakan dalam pertuturan disesuaikan dengan konteks sebagai apa hubungannya yang satu dengan yang lainya. Beberapa nama partuturon pada masyarakat Mandailing dapat diuraikan sebagai berikut. Untuk mengurakikan ini harus diambil dari titik awal dari seseorang yaitu “saya” atau “Au” laki-laki 2. Inang tobang = nenk dari ayah saya 3. Tulang tobang = kakek dari ibu saya 4. Nantulang tobang = nenk dari ibu saya 5. Ompung = nenek 6. Ompung bayo = panggilan istri terhadap suami saudara perempuan suami, dan sebaliknya 22 Pengalaman saya salah dalam bertutur, saya memanggil seorang perempuan dengan sebutan etek adik perempuan dari ibu kemudian saya ditegur oleh perempuan yang saya panggil etek. Dan dia mengatakan saya bukan etek kamu, tetapi saya bou panggilan untuk kakak atau adik dari ayah kamu, saya mempunyai hubungan saudara dari ayah kamu. Dan juga pertuturan salah yang pernah saya lakukan menyebabkan orang yang salah sayang panggil menayakan nama ayah saya, dan juga apakah ayah saya tidak mengajari saya dalam bertutur. Padahal pada saat itu saya baru pindah ke desa Rumbio. Universitas Sumatera Utara 64 7. Ompung suhut = kakeknenek menurut garis keturunan ayah 8. Ompung mora = kakeknenek menurut garis keturunan ibu 9. Amang = ayah, anak 10. Inang = ibu, anak perempuan 11. Amang tua = abang dari ayah, 13. Inang tua = istri dari abang ayah 14. Tobang LK = suami dari kakak ibu 15. Tobang PR =kakak dari ibu 16. Udakbapak = adik laki-laki dari ayahsuami dari adik perempuan ibu 17. Nanguda = isteri dari adik laki-laki ayah 18. Bou = kakak atau adik perempuan dari ayah 19. Amang boru = suami dari kakak atau adik ayah 20. Tulang = abang atau adik dari ibu 21. Nantulang = istri dari abang atau istri dari adik laki-laki ibu 22. Bujingetek = adik perempuan ibu 23. Babere = suami anak perempuan, anak dari saudara perempuan 24. parumaen = istri anak laki-laki, anak perempuan dari saudara laki-laki ibu 26. Ipar = suami dari perempuan 27. lae = suami dari saudara perempuan Universitas Sumatera Utara 65 28. Anggkang = abang, kakak 29.Anggi = adik 30. Amang poso = panggilan istri terhadap anak laki-laki dari saudara laki laki isteri 31. Inang poso = panggilan istri terhadap istri dari anak laki- laki saudara laki-laki isteri 32. Eda = panggilan istri terhadap saudara perempuan suami, atau sebaliknya 33. Pareban = suami dari saudara perempuan isteri 34.Pahompu = anak dari anak perempuan maupunlaki-laki ataupun cucu Jika partuturan di bawah cucu, maka panggilan partuturan kembali ke awal. Misalnya bere, kembali ke bere lagi. Universitas Sumatera Utara 66 Partuturan dari garis keturunan laki-laki dengan titik tolak saya Au = Laki-laki = Perempuan Keterangan = Garis Perkawinan = Garis Saudara = Garis Keturunan 1 2 5 4 3 7 6 8 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 1O 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 9 Au Universitas Sumatera Utara 67 Keterangan 1. Au memanggil 1 dan 2 Tobang sedangkan 1 dan 2 memanggil Anggi 2. Au memanggil 5, 6, 5,4 dan 3 Nenek sedangkan 5, 6, 5,4 dan 3 Anggi 3. Au memanggi 12 Amang sedangkan 13 Inang 4. Au memanggil 14 Tulang sedangkan 27 Nantulang 5. Au memanggil 15 dan 28 Tobang 6. Au memanggil 16Etek atau bujing sedangkan 17 Udak 7. Au memanggil 11 dan 26 Uwak 8. Au memangil 10 Bou sedangkan 24 Amang Boru 9. Au memanggil 9 Bapak atau Udak sedangkan 8 Nanguda 10. Au 29, 30,31, 32, 33, 34 dan 35 adalah sepupu. Universitas Sumatera Utara 68

BAB IV Deskripsi Mengayunkan Anak Desa Rumbio