13
mengayunkan anak di Desa rumbio yang tidak terlepasa dari nilai anak dan sistem kekerabatan dalihan na tolu yang berhubungan dengan mengayunkan anak di
Desa Rumbio.
1.2. Tinjauan Pusataka
Di dalam buku “Fungsi Upacara Tradisional Bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini”
7
yang berisikan tentang Upacara Kehamilan dan Kelahiran di Jawa, si peneliti melihat adanya permasalahan disini. Dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, nilai-nilai lama yang semula menjadi acuan suatu kelompok masyarakat menjadi goyah akibat
masuknya nilai-nilai baru dari luar. Orang cendurung bertindak rasional dan sepraktis mungkin. Akibatnya nilai-nilai yang terkandung dalam pranata sosial
dan nilai-nilai lama dalam kehidupan kultural masyarakat pendukungnya lambat laun akan terkikis oleh pengaruh moderen dan nilai-nilai baru tersebut. Dengan
kata lain mungkin upacara tradisional megalami perubahan atau pergeseran akibat pengaruh moderen tersebut. Dengan ini si peniliti melihat faktor apa yang
menyebakan upacara tradisional mengalami perubahan.Islam Sasak dalam bukunya menjelaskan tentang kominitas kampung Sasak yang tinggal di
Bayan,Barat laut Lombok, Indonesia.
8
Komunitas ini dikenal sebagai penganut Wetu Telu dan sering diperlawankan dengan Waktu Lima. Wertu telu adalah orang
7
Rostiyati, Ani, Endah Susilantini, dkk, Fungsi Upacara Tradisional Bagi Mayarakat Pendukukungnya Masa Kini. DIY : Departeman Pendidikan dan Kebudayaan 19941995.
8
Budiwanti, Erni, Islam Sasak, cetakan 1. Yogyakarta : Lkis Yogyakarta bekerjasama dengan yayasan IKAPI dan Ford Foundation 2000
Universitas Sumatera Utara
14
Sasak yang meskipun mengakui sebagai Muslim, masih sangat memepercayai kekuatan animistik leluhur ancestral animistik deites maupun benda-benda
antropomorfis antropomorphised inanimate objects. Sedangkan Waktu Lima adalah orang Muslim Sasak yang mengikuti ajaran syari‟ah secara lebih keras
sebagaimana diajarkan oleh Al- Qur‟an dan Hadist.
Kendati Islam sudah lama masuk ke Pulau Lombok, namu pengikut Wetu Telu melebihi bilangan penganut Waktu Lima hingga lima dekade awal abad ini.
Alasan mengapa si peneliti memilih tempat ini adalah karena orang Sasak asli indigenous yang tinggal disanalah yang kini menjadi sasaran kegiatan-kegiatan
dakwah yang terus meningkat dari kalangan Muslim Waktu Lima. Banyak kepercayaan dan praktek-praktek keagamaan Wetu Telu salah satunya ialah Buang
Au upacara kelahiranbuang abu. Buku ini menggambarkan watak Islam parokial di Lombok dan bagaimana
pembagian-pembagian sosial keagamaan di kalangan orang Sasak terjadi dan berkembang sepanjang waktu, kemudian mengenai perkembangan misi dakwah
khususnya di Bayan, mengidentifikasi peran negara berkaitan dengan pelestarian budaya Wetu Telu di satu sisi, dan promisi kegiatan-kegiatan dakwah Waktu Lima
ke daerah Wetu Telu di sisi lain. Yang terakhir untuk menganalisis karakteristik konflik sosial yang melibatkan para pemimpin tradisional asli dan para
Da‟i.Inilah dasar yang membuat saya tertarik untuk mengkaji megenai mengayunkan anak di Mandailing desa Rumbio Kec. Panyabungan Utara.
Ritus ataupun ritual selamatan atau upacara merupakan suatu upaya manusia untuk mencari keselamatan, ketentraman dan sekaligus menjaga kelestarian
Universitas Sumatera Utara
15
kosmos. Keselamatan ini pada hakekatnya merupakan upacara keagamaan yang paling umum di dunia dan melambangkan kesatuan mistis dan sosial dari mereka
yang ikut hadir di dalamnya Geertz, 1981:13.
1.3. Rumusan Masalah