Kejaksaan Bank Indonesia Pihak-pihak yang dapat mengajukan pailit

mengenai bole tidaknya Bank yang berada dalam proses rekapitulasi BPPN menagjukan permohonan pailit. Sebenarnya ada dua cara yang secara hukum dapat dibenarkan bagi BPPN untuk bertindak sebagai kreditor. Pertama, dengan menggunnakan instrumen cessie dengan membuat terlebih dahulu rechtstitel yang dapat berupa suatu akta jual beli tagihan sehingga BPPN dapat bertindak sebagai kreditor atas nama sendiri. Kedua,dengan bertindak utuh dan atas nama bank dalam penyehatan tanpa perlu melakukan jual beli tagihan ataupun cessie.

c. Kejaksaan

Dalam UU No. 37 Tahun 2004, terdapat kewenangan Kejaksaan dalam kepailitan yaitu: 1 Pasal 2 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 jo PP No. 17 Tahun 2000, bahwa kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit demi kepentingan umum. 2 Pasal 10 ayat 1 Undang-Undnag No. 37 Tahun 2004,bahwa kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit agar pengadilan meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor dalam perkara kepailitan. 3 Pasal 93 ayat 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, yang menentukan bahwa pengadilan dengan putusan pernyataan pailit atau setiap waktu setelah itu, atas usul Hakim Pengawas, permintaan kurator, atau atas permintaan seorang kreditor atau lebih setelah mendengar Hakim pengawas dapat memerintahkan Universitas Sumatera Utara supaya debitor pailit ditahan. Baik ditempatkan di rumah tahanan maupun di rumahnya sendiri, di bawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas Kewenangan yang diberikan kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit ini sesungguhnya dapat dimanfaatkan untuk membantu usaha menyelamatka keuangan dan kekayaan negara. Kejaksaan dapat mengajukan pailit dengan alasan untuk kepentingan umum dan syarat untuk pengajuan permohonan pailit telah dipenuhi. Kepentingan umum yang dimaksud disini adalah kepentingan bangsa dan Negara danatau kepentingan masyarakat luas, misalnya: 1 Debitor melarikan diri; 2 Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan; 3 Debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat; 4 Debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas; 5 Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau 6 dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.

d. Bank Indonesia

Universitas Sumatera Utara Dalam pasal 2 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 disebutkan, dalam hal debitor adalah bank, permohonan pernyataan paili hanya dapat diajukan oleh Bank Inonesia. Selanjutnya dalam penjelasan pasal ini disebutkan, yang dimaksud dengan “bank” adalah bank sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengajuan permohonan pernyataan pailit bagi bank sepenuhnya merupakan kewenangan Bank indonesia dan semata-mata didasarkan atas penilaian kondisi keunga dan kondisi perbankan secara keseluruhan, oleh karena itu tidak perlu dipertanggungjawabkan. Kewenangan Bank Indonesia untuk mengajukan permohonan pailit ini tidak menghapuskan kewenangan Bank Indonesia terkait degan ketentuan pencabutan izin usaha bank, pembubaran badan hukum, dan likuidasi bank sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Badan Pengawas Pasar Modal Dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 disebutkan, dalam hal debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lmbaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Selanjutnya dalam penjelasan pasal ini disebutkan permohonan pailit sebagaimana dimaksud dalam ayat ini hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal, karena lembaga tersebut melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam efek di bawah pengawasan Badan Pengawas`Pasar Modal. Badan PengawasPasar Universitas Sumatera Utara Modal juga mempunyai kewenangan penuh dalam hal pengajuan permohonan pernyataan pailit untuk instansi-instansi yang berada di bawah pengawasannya, seperti halnya kewenangan Bank Indonesia terhadap bank.

f. Menteri Keuangan Republik Indonesia