B. Akibat Hukum Pernyataan Pailit
terhadap Harta Kekayaan Debitor
Kepailitan mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah
dimasukkan ke dalam harta pailit. “Pembekuan” hak perdata ini diberlakukan oleh Pasal 22 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 terhitung sejak putusan pernyataan
pailit diucapkan pukul 00.00 waktu setempat. Bila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan
transfer dana melalui bank atau lembaga selain bank pada tanggal putusan, transfer tersebut wajib diteruskan. Demikian pula bila sebelum putusan
pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan Transaksi Efek di Bursa Efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan.
50
Sebagai konsekuensi dari ketentuan Pasal 22 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, maka semua perikatan antara debitor yang dinyatakan pailit dengan pihak
ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, tidak akan dan tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan
keuntungan bagi harta pailit.
51
Selanjutnya, selama berlangsungnya kepailitan tuntutan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap Debitor Pailit,
hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan.
52
50
Pasal 24 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Sedangkan
51
Pasal 25 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
52
Pasal 27 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
tuntutan hukum di Pengadilan yang diajukan terhadap Debitor sejauh bertujuan untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang
berjalan, gugur demi hukum dengan diucapkan putusan pernyataan pailit terhadap Debitor.
1. Akibat kepailitan terhadap perjanjian-
perjanjian a.
Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik
Terhadap perjanjian yang melahirkan perikatan, berdasarkan para pihak yang menerima prestasi yang dilakukan, dapat digolongkan ke
dalam perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.
53
Apabila dalam jangka waktu sebagaimana diuraikan di atas, baik yang disepakati bersama ataupun yang ditetapkan oleh Hakim
Pengawas, Kurator tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut maka perjanjian berakhir
Terhadap perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, pihak
yang mengadakan perjanjian dengan Debitor dapat meminta kepada Kurator untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan
perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh Kurator dan pihak tersebut.Dalam hal kesepakatan mengenai jangka waktu
sebagaimana tersebut tidak tercapai, Hakim Pengawas menetapkan jangka waktu tersebut.
53
Dalam KUH Perdata dipakai istilah “Cuma-cuma” untuk perjanjian sepihak dan “dengan beban” untuk perjanjian timbal balik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1314 ayat 1
KUH Perdata.
Universitas Sumatera Utara
dan pihak tersebut dapat menuntut ganti rugi dan akan diperlakukan sebagai kreditor konkuren. Sebaliknya jika Kurator menyatakan
kesanggupannya maka Kurator wajib memberi jaminan atas kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut.
54
Terhadap perjanjian yang hanya dapat dilaksanakan oleh debitor sendiri, putusan pernyataan pailit mengakibatkan hapusnya perikatan
demi hukum. Pihak kreditor demi hukum pula menduduki posisi yang sama sebagai kreditor konkuren terhadap harta pailit. Dalam hal yang
demikian, kurator tidak memiliki kewenangan untuk mengambil alih maupun melakukan suatu perbuatan yang baik secara eksplisit,
menyatakan kehendaknya untuk tetap atau tidak melanjutkan perjanjian tersebut.
55
Undang-Undang Kepailitan juga memberikan hak kepada pihak kreditor danatau pihak-pihak lainnya yang berkepentingan untuk
memintakan permohonan pembatalan atas perbuatan-perbuatan hukum debitor pailit yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan, yang bersifat merugikan, baik harta pailit secara keseluruhan maupun terhadap kreditor konkuren tertentu.Hal yang
penting untuk ditekankan di sini adalah bahwa perjanjian atau perbuatan hukum tersebut bersifat dapat dibatalkan dan bukan batal
demi hukum. Hal ini harus kita kembalikan kepada prinsip dasar dari
54
Pasal 36 ayat 1, 2, 3, dan 4 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
55
Gunawan Widjaja, Log. Cit., hal. 88.
Universitas Sumatera Utara
sahnya suatu perjanjian, sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1320 KUH Perdata jo. 1338 KUH Perdata dan Pasal 1341 KUH
Perdata.Ini berarti perjanjian dan atau perbuatan hukum yang dapat dibatalkan adalah perjanjian yang tidak memenuhi syarat kecakapan
dan ketiadaan kesepakatan, serta perjanjian yang tidak diwajibkan yang dibuat tidak dengan itikad baik yang merugikan kepentingan
kreditor.
56
b. Perjanjian penyerahan barang
Perjanjian timbal balik untuk menyerahkan benda dagangan yang biasa diperdagangkan, dimana penyerahan barang tersebut akan
dilaksanakan pada suatu jangka waktu dan pihak yang harus menyerahkan benda tersebut sebelum penyerahan dilaksanakan
dinyatakan pailit maka perjanjian menjadi hapus dengan diucapkannya putusan pernyataan pailit, dan dalam hal pihak lawan dirugikan karena
penghapusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan diri sebagai kreditor konkuren untuk mendapatkan ganti rugi. Selanjutnya, jika
dengan berakhirnya perikatan tersebut harta pailit dirugikan, maka pihak lawan wajib membayar ganti kerugian tersebut.
57
c. Perjanjian kerja
Pekerja yang bekerja pada Debitor dapat memutuskan hubungan kerja, dan sebaliknya Kurator dapat memberhentikannya dengan
56
Ibid, hal. 90.
57
Pasal 37 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
mengindahkan jangka waktu menurut persetujuan atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan pengertian bahwa
hubungan kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan paling singkat 45 empat lima hari sebelumnya. Sejak tanggal putusan
pernyataan pailit diucapkan, upah yang terutang sebelum maupun sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta
pailit.
58
Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja, Kurator tetap berpedoman pada peraturan perundangundangan di bidang
ketenagakerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja atas suatu pekerjaan atas jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang- undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarga.
59
Terkait dengan kedudukan pekerja, Menurut Joseph E. Stiglitz sebagaimana dikutip oleh Zulkarnain Sitompul, hukum kepailitan
harus mengandung tiga prinsip.Pertama, peran utama kepailitan dalam ekonomi kapitalis modern adalah untuk menggalakkan reorganisasi
perusahaan.Hukum Kepalitan harus memberikan waktu cukup bagi perusahaan untuk melakukan pembenahan perusahaan.Kedua,
meskipun tidak dikenal hukum kepailitan yang berlaku universal dan
58
Pasal 39 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
59
Penjelasan Pasal 39 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
ketentuan kepailitan telah berkembang dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan keseimbangan politik diantara para pelaku,
transformasi struktural perekonomian dan perkembangan sejarah masyarakat, namun setiap hukum kepailitan bertujuan
menyeimbangkan beberapa tujuan termasuk melindungi hak-hak kreditur dan menghindari terjadinya likuidasi premature. Ketiga,
Hukum kepailitan mestinya tidak hanya memperhatikan kreditur dan debitur tetapi yang lebih penting lagi adalah memperhatikan
kepentingan stakeholder yang dalam kaitan ini yang terpenting adalah pekerja.Ketentuan kepailitan memang telah memberikan hak istimewa
untuk pembayaran gaji buruh yang terutang.Akan tetapi bagaimana dengan hak-hak buruh lainnya.Disamping itu juga perlu dilihat apakah
pailit menimbulkan dampak luas bagi konsumen atau menyebabkan terjadinya dislokasi ekonomi yang buruk.Singkat kata, kepailitan
adalah ultimum remedium, upaya terakhir.
60
d. Perjanjian pembayaran utang
Jika sebelum putusan pailit dijatuhkan, debitor telah melakukan pembayaran utangnya kepada kreditor tertentu, maka pembayaran
utang tersebut dapat dibatalkan apabila:
60
Uray Yanice Neysa S., Kepailitan Badan Milik Negara Analisis Kasus Putusan Niaga No.24Pailit1998NiagaJkt.Pst,http:eprints.undip.ac.id244481URAY_YANICE_NEYSA_S.-
01.pdf diakses tanggal 11 Maret 2014, Pukul 23.46 WIB.
Universitas Sumatera Utara
1 Dapat dibuktikan bahwa penerima pembayaran mengetahui
bahwa permohonan pernyataan pailit debitor sudah didaftarkan.
2 Pembayaran tersebut merupakan persengkongkolan antara
debitor Antara debitor dan kreditor dengan maksud untuk menguntungkan bagi kreditor tersebut melebihi kreditor-
kreditor lainnya.
61
Ketentuan pembayaran utang dalam Pasal 45 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 ini berbeda dengan action paulina, karena dalam
action paulina, yang hanya dapat dibatalkan adalah perbuatan yang tidak diwajibkan undang-undang. Sedangkan utang seperti yang
dimaksud dalam Pasal 45 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 ini adalah perbuatan yang diwajibkan udang-undang.
e. Terhadap penjualan surat berharga
Pembayaran yang telah diterima oleh pemegang surat pengganti atau surat atas tunjuk yang karena hubungan hukum dengan pemegang
terdahulu wajib menerima pembayaran, pembayaran tersebut tidak dapat diminta kembali. Oleh karena pembayaran tidak dapat diminta
kembali, orang yang mendapat keuntungan sebagai akibat diterbitkannya surat pengganti atau surat atas tunjuk, wajib
mengembalikan kepada harta pailit jumlah uang yang telah dibayar oleh Debitor apabila:
61
Pasal 45 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Universitas Sumatera Utara
1 dapat dibuktikan bahwa pada waktu penerbitan surat
tersebut yang bersangkutan mengetahui bahwa permohonan pernyataan pailit Debitor sudah didaftarkan; atau
2 penerbitan surat tersebut merupakan akibat dari
persekongkolan antara Debitor dan pemegang pertama.
62
f. Pembayaran kepada debitor pailit akibat perikatan
Setiap orang yang sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan tetapi belum diumumkan, membayar kepada Debitor Pailit untuk
memenuhi perikatan yang terbit sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, dibebaskan terhadap harta pailit sejauh tidak dibuktikan
bahwa yang bersangkutan mengetahui adanya putusan pernyataan pailit tersebut. Pembayaran yang dilakukan sesudah putusan
pernyataan pailit diumumkan, tidak membebaskan terhadap harta pailit kecuali apabila yang melakukan dapat membuktikan bahwa
pengumuman putusan pernyataan pailit yang dilakukan menurut undang-undang tidak mungkin diketahui di tempat
tinggalnya.Pembayaran yang dilakukan kepada Debitor Pailit, membebaskan Debitornya terhadap harta pailit, jika pembayaran itu
menguntungkan harta pailit.
63
g. Perjumpaan utang
62
Pasal 46 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
63
Pasal 50 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu alasan hapusnya perikatan adalah karena adanya perjumpaan utang.
64
“Perjumpaan hanya terjadi antara dua utang yang dua-duanya berpokok sejumlah utang, atau sejumlah barang-barang yang
dapat dihabiskan dan jenis yang sama, dan yang dua-duanya dapat diselesaikan dan ditagih seketika. . .”
Dalam rumusan Pasal 1425 KUH Perdata jo. Pasal 1426 KUH Perdata dikatakan bahwa jika antara dua orang
pihak saling berutang maka terjadilah perjumpaan utang diantara mereka, yang menghapuskan utang-utang yang ada di antara mereka,
pada saat itu secara timbal balik untuk suatu jumlah yang sama. Pasal 1427 KUH Perdata menyebutkan bahwa:
Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan terjadinya perjumpaan utang pihak yang ditanggungnya dengan kreditur utang
tersebut.Namun demikian perjumpaan hanya dapat dilakukan antara masing-masing pihak yang secara langsung memiliki utang terhadap
lainnya.Seseorang tidak diperbolehkan memperjumpakan utang miliknya dengan piutang pihak ketiga, meskipun utang terebut
merupakan utang yang lahir dari suatu perikatan tanggung menanggung, dan pihak ketiga yang memiliki piutang adalah pihak
dalam perikatan tanggung menanggung tersebut. Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan tanpa setahu debitur, dan kedua utang itu saling
menghapuskan pada saat utang itu bersama-sama ada, bertimbal balik
64
Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Universitas Sumatera Utara
untuk jumlah yang sama.
65
Bahkan semua penundaan pembayaran kepada seseorang tidak menghalangi suatu perjumpaan utang.
66
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 juga mengenal adanya sistem perjumpaan utang yang dimuat di dalam Pasal 51 ayat 1.
Dalam rumusan tersebut, secara tegas dikatakan bahwa: “Setiap orang yang mempunyai utang atau piutang terhadap
Debitor Pailit, dapat memohon diadakan perjumpaan utang, apabila utang atau piutang tersebut diterbitkan sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan, atau akibat perbuatan yang dilakukannya dengan Debitor Pailit sebelum putusan
pernyataan pailit diucapkan.”
Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui esensi pokok dari setiap perjumpaan utang dalam rangka pemberesan harta pailit adalah bahwa
utang dan piutang yang aka diperjumpakan haruslah telah ada sebelum pernyataan pailit diputusan.
Setiap orang yang telah mengambil alih suatu utang atau piutang dari pihak ketiga sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, tidak
dapat memohon diadakan perjumpaan utang, apabila sewaktu pengambilalihan utang atau piutang tersebut, yang bersangkutan tidak
beritikad baik.Sedangkan semua utang piutang yang diambil alih setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, tidak dapat
diperjumpakan.
67
65
Pasal 1426 Kitab Undanng-Undang Hukum Perdata
66
Pasal 1428 Kitab Undanng-Undang Hukum Perdata
67
Pasal 52 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
Bagi mereka yang mempunyai utang kepada Debitor Pailit, yang hendak menjumpakan utangnya dengan suatu piutang atas tunjuk atau
piutang atas pengganti, wajib membuktikan bahwa pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan, orang tersebut dengan itikad baik sudah
menjadi pemilik surat atas tunjuk atau surat atas pengganti tersebut.
68
h. Terhadap sekutu debitor pailit.
Setiap orang yang dengan Debitor Pailit berada dalam suatu persekutuan yang karena atau selama kepailitan dibubarkan, berhak
untuk mengurangi bagian dari keuntungannya yang pada waktu pembagian diadakan jatuh kepada Debitor Pailit, dengan kewajiban
Debitor Pailit untuk membayar utang persekutuan.
69
i. Hak retensi
Kreditor yang mempunyai hak untuk menahan benda milik Debitor, tidak kehilangan hak karena ada putusan pernyataan
pailit.
70
Hak untuk menahan atas benda milik Debitor berlangsung sampai utangnya dilunasi.
71
68
Pasal 53 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Ketentuan ini tidak memberikan hak kepada kreditur untuk mengeksekusi kebendaan tersebut sebagaimana
halnya seorang kreditur untuk mengeksekusi dengan jaminan preferens, namun demikian jika kurator bermaksud untuk “menebus”
69
Pasal 54 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
70
Pasal 61 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
71
Penjelasan Pasal 61 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
kebendaan tersebut, maka kurator wajib melunasi utang debitor pailit tersebut terlebih dahulu.
72
2. Akibat kepailitan terhadap warisan yang terbuka
Undang-undang memberikan ketentuan khusus atas segala warisan yang jatuh kepada debitur pailit selama kepailitan berlangsung.Kurator oleh
undang-undang tidak diperkenankan untuk menerima warisan tersebut, kecuali apabila menguntungkan harta pailit.Jika kurator bermaksud untuk
menolak warisan, maka kurator memerlukan kuasa dari Hakim Pengawas.
73
3. Akibat kepailitan terhadap suami atau isteri
Pernyataan pailit bukan saja berkaitan dengan diri debitor pailit saja, tetapi juga berpengaruh pada diri suami atau istri. Pasal 23 Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004 menentukan bahwa “Debitor Pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 meliputi istri atau suami dari Debitor
Pailit”.Konsekuensi dari pasal tersebut adalah suami atau istri yang kawin dengan persatuan harta artinya seluruh harta suami atau istri yang termasuk
dalam persatuan harta perkawinan juga terkena sita umum dalam kepailitan dan otomatis masuk ke dalam boedel pailit.
Ketentuan ini dapat dikecualikan terhadap benda-benda sebagaimana yang ditentukan di dalam Pasal 62 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
yaitu:
72
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, Rajawali Press, Jakarta, 2004, hal. 45.
73
Pasal 40 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
1 Dalam hal suami atau istri dinyatakan pailit maka istri atau
suaminya berhak mengambil kembali semua benda bergerak dan tidak bergerak yang merupakan harta bawaan dari istri atau
suami dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan.
2 Jika benda milik istri atau suami telah dijual oleh suami atau istri
dan harganya belum dibayar atau uang hasil penjualan belum tercampur dalam harta pailit maka istri atau suami berhak
mengambil kembali uang hasil penjualan tersebut. 3
Untuk tagihan yang bersifat pribadi terhadap istri atau suami maka Kreditor terhadap harta pailit adalah suami atau istri.
Istri atau suami tidak berhak menuntut atas keuntungan yang diperjanjikan dalam perjanjian perkawinan kepada harta pailit suami atau
istri yang dinyatakan pailit, demikian juga Kreditor suami atau istri yang dinyatakan pailit tidak berhak menuntut keuntungan yang diperjanjikan
dalam perjanjian perkawinan kepada istri atau suami yangdinyatakan pailit.
74
Kepailitan suami atau istri yang kawin dalam suatu persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan persatuan harta tersebut. Dengan tidak
mengurangi pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004, maka kepailitan tersebut meliputi semua benda
yang termasuk dalam persatuan, sedangkan kepailitan tersebut adalah untuk
74
Pasal 62 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan semua Kreditor, yang berhak meminta pembayaran dari harta persatuan. Dalam hal suami atau istri yang dinyatakan pailit mempunyai
benda yang tidak termasuk persatuan harta maka benda tersebut termasuk harta pailit, akan tetapi hanya dapat digunakan untuk membayar utang
pribadi suami atau istri yang dinyatakan pailit.
75
C. Hak Eksekutorial Kreditor Separatis dalam Hukum Kepailitan