kepentingan semua Kreditor, yang berhak meminta pembayaran dari harta persatuan. Dalam hal suami atau istri yang dinyatakan pailit mempunyai
benda yang tidak termasuk persatuan harta maka benda tersebut termasuk harta pailit, akan tetapi hanya dapat digunakan untuk membayar utang
pribadi suami atau istri yang dinyatakan pailit.
75
C. Hak Eksekutorial Kreditor Separatis dalam Hukum Kepailitan
Kegiatan pinjam-meminjam barang merupakan suatu kegiatan yang sudah lazim dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung perkembangan kegiatan
perekonomian dan untuk meningkatkan taraf hidup.Ketika terjadi wanprestasi dalam pengembalian uang pinjaman, maka disinilah perlunya peranan hukum
jaminan. Dalam hukum positif di Indonesia terdapat peraturan perundang- undangan yang memuat ketentuan-ketentuan yang secara khusus mengatur
tentang hal-hal yang berkaitan dengan penjaminan utang, antara lain mengenai prinsip-prinsip hukum jaminan, lembaga-lembaga jaminan, objek jaminan utang,
penanggungan utang dan sebagainya. Beberapa prinsip hukum jaminan sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-ketentuan KUH Perdata adalah sebagai
berikut:
76
1. Kedudukan harta pihak peminjam
Pasal 1131 KUH Perdata mengatur tentang kedudukan harta pihak peminjam, yaitu bahwa harta pihak peminjam adalah sepenuhnya
75
Pasal 64 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
76
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 9-12.
Universitas Sumatera Utara
merupakan jaminan tanggungan atas utangnya. Pasal 1131 KUH Perdata menetapkan bahwa semua harta pihak peminjm, baik yng berupa harta
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari merupakan jaminan atas perikatan utang piutang
pihak peminjam. Ketentuan pasal 1131 KUH Perdata merupakan salah satu ketentuan
pokok dalam hukum jaminan, yaitu mengatur tentang kedudukan harta pihak yang berutang pihak peminjam atas perikatan utangnya. Berdasarkan
ketentuan pasal 1131 KUH Perdata pihak pemberi pinjaman akan dapat menuntut lunas pihak peminjam dari semua harta yang bersangkutan,
termasuk harta yang masih akan dimilikinya dikemudin hari. Pihak pemberi pinjaman mempunyai hak menuntut pelunasan utng dari harta yang akan
diperoleh oleh pihak peminjam di kemudian hari. 2.
Kedudukan pihak pemberi pinjaman Berdasarkan ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata dapat disimpulkan
bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan yaitu:
a. Kreditor yang mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan
piutang masing-masing; dan b.
Pihak yang mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1132 KUH Perdata menetapkan bahwa harta pihak peminjam menjadi jaminan bersama bagi semua pihak pemberi pinjaman, hasil
penjualan harta tersebut dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara pihak
pemberi pinjaman itu mempunyai alasan yang sah untuk didahulukan. Pihak pemberi pinjaman mempunyai kedudukan didahulukan lazim disebut
kreditor separatis dan kreditor preferen sedangkan pinjaman yang mempunyai hak berimbang disebut kreditor konkuren.
Mengenai alasan yang sah untuk didahulukan sebagaimana yang tercantum pada bagian akhir ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata adalah
berdasarkan ketentuan dari peraturan perundang-undangan, antara lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Pasal 1133 KUH Perdata, yaitu
dalam hal jaminan utang diikat melalui lembaga gadai atau hipotik. Kedudukan kreditor yang didahulukan juga ditetapkan oleh ketentuan
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 mengenai Hak Tanggungan dan ketentuan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia.
Pemegang hak tanggungan dan pemegang jaminan fidusia mempunyai hak didahulukan dari kreditor lainnya untuk memperoleh pelunasan piutangnya
dari hasil pencarian penjualan jaminan utang yang diikat dengan hak tanggungan atau jaminan fidusia.
3. Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak
pemberi pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
Pihak pemberi pinjaman dilarang memperjanjikan akan memiliki objek jaminan utang bila pihak peminjam ingkar janji wanprestasi. Ketentuan yang
demikian diatur oleh Pasal 1154 KUH Perdata tentang Gadai, Pasal 1178 KUH Perdata tentang Hipotik. Larangan yang sama terdapat pula dalam ketentuaan
peraturan perundang-undangan lain, yaitu pada Pasal 12 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 mengenai Hak Tanggungan dan Pasal 33 Undang-Undang No. 42
Tahun 1999 mengenai Jaminan Fidusia. Larangan bagi pihak pemberi pinjaman untuk memperjanjikan akan
memiliki objek jaminan utang sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan- ketentuan lembaga jaminan tersebut tetunya akan melindungi kepentingan pihak
peminjam dan pihak pemberi pinjaman lainnya, terutama bila nilai objek jaminan melebihi besarnya utang yang dijamin. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai
hak berdasarkan ketentuan lembaga jaminan dilarang secara serta merta menjadi pemilik objek jaminan utang bila pihak peminjam ingkar janjji. Ketentuan-
ketentuan seperti tersebut di atas tentunya akan dapat mencegah tindakan sewenang-wenang pihak pemberi pinjaman yang akan merugikan pihak
peminjam. Harmonisasi hukum jaminan terhadap hukum kepailitan juga perlu
dilakukan.Oleh karena itu semua ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam hukum jaminan berlaku juga di dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Sebagaimana yang diatur di dalam hukum jaminan yang membagi kreditor
ke dalam 3 golongan, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 juga mengenal hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Golongan kreditor yang dikenal di dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yaitu:
77
• Golongan Khusus Separatis yaitu golongan yang memegang hak hipotik,
hak gadai, hak tanggungan, dan hak fidusia. •
Golongan istimewa PrivilegePreferen yaitu golongan kreditur yang kedudukan utangnya mempunyai kedudukan yang istimewa dengan
memiliki hak untuk mendapatkan pelunasan lebih dahulu dari hasil penjualan lelang harta pailit. Golongan yang dimaksud diatur di dalam
Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata.
78
• Golongan konkuren yaitu kreditur-kreditur yang tidak termasuk dalam
golongan khususistimewa. Pelunasan piutang mereka dicukupkan dengan sisa hasil penjualanpelelangan harta pailit sesudah diambil
bagian golongan khusus dan istimewa. Terhadap kreditur separatis ini diberikan hak mendahulu kepada kreditor,
pemegang hak jaminan kebendaan tersebut, untuk memperoleh pelunasan atas utang-utang debitor, dengan cara menjual secara lelang kebendaan yang
dijaminkan kepada kreditor tersebut untuk memperoleh pelunasan secara mendahulukan. Pemegang hak dapat melaksanakan haknya sebagaimana yang
ditetapkan pada Pasal 1178 KUH Perdata, yaitu menjual benda jaminan.
77
Penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Kewajiban Penundaan Pembayaran Utang.
78
Penjelasan Pasal 60 ayat 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Kewajiban Penundaan Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan di atas juga berlaku di dalam Pasal 55 ayat 1 jo. Pasal 61 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yang mengakui adanya hak mendahulukan
dari kreditor separatis. Pasal 55
“Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap Kreditor pemegang
gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak
terjadi kepailitan.”
Pasal 61 “Kreditor yang mempunyai hak untuk menahan benda milik Debitor,
tidak kehilangan hak karena ada putusan pernyataan pailit.” Walaupun demikian, ketentuan Pasal 56 ayat 2 Undang-Undang No. 37
Tahun 2004 menyatakan “dalam hal penagihan suatu piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 dan Pasal 137 maka mereka hanya dapat berbuat
demikian setelah dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil pelunasan dari jumlah yang diakui dari penagihan tersebut.”
Frasa “seolah-olah tidak terjadi kepailitan”, tidak berarti bahwa benda yang diikat dengan jaminan kebendaan tertentu menjadi kebal dari kepailitan
“Bankrupcty Proof”.Benda tersebut tetap merupakan bagian dari harta pailit, namun kewenangan eksekusinya diberikan kepada kreditor pemegang jaminan
kebendaan tersebut.Inilah dasar hubungan hukum antara hukum kepailitan dan hukum jaminan.
79
79
Yulius Setiarto, Hak Eksekutorial Kreditor Separatis, http:www.hukumonline.comberitabacahol20364hak-eksekutorial-kreditor-separatis-kapan-
dapat-dilaksanakan, diakses Tanggal 15 Maret 2014, Pukul 09.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Hak mendahulukan dari kreditur separatis bukan secara otomatis mengizinkan mereka mengeksekusi benda-benda yang dijaminkan, melainkan
kepada kreditur separatis diberikan waktu tunggu.Hak eksekusi kreditur separatis tersebut ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 sembilah puluh hari
sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.Penangguhan tidak berlaku terhadap tagihan Kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak Kreditor untuk
memperjumpakan utang.
80
Penangguhan yang dimaksud dalam ketentuan ini bertujuan, antara lain: − untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian; atau
− untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit; atau − untuk memungkinkan Kurator melaksanakan tugasnya secara optimal.
Namun, dalam hal ini terdapat perbedaan antara penangguhan stay dalam kepailitan dengan stay dalam PKPU yaitu:
1. Dalam kepailitan, lamanya penangguhan ini adalah 90 Sembilan
puluh hari sejak kepailitan ditetapkan, sedangkan dalam PKPU, lamanya penangguan itu adalah 270 dua ratus tujuh puluh hari;
2. Dalam kepailitan yang ditangguhkan eksekusinya adalah hak gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, kecuali tagihan kreditor yang dijamin dengan uang
tunai dan hak kreditor untuk memperjumpakan utang. Sedangkan dalam PKPU, yang ditangguhkan eksekusinya adalah kreditor yang
memegang agunan sebagaimana yang disebut di dalam Pasal 5
80
Pasal 56 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Kewajiban Penundaan Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, namun tidak ada pengecualian terhadap tagihan kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak
kreditor untuk memperjumpakan utangnya. 3.
Dalam PKPU tidak ditangguhkan eksekusi oleh pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitor yang pailit
atau kurator, walaupun hal ini termasuk dalam ketentuan Pasal 56 ayat 1 Undang-Undanng No. 37 Tahun 2004.
4. Dalam kepailitan, kreditor yang mempunyai hak untuk didahulukan
tidak ditunda eksekusinya, sedangkan dalam PKPU, hak kreditor tersebut ditunda eksekusinya.
81
Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan dalam
sidang badan peradilan, dan baik Kreditor maupun pihak ketiga dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas benda yang menjadi agunan.
82
Selama jangka waktu penangguhan, Kurator dapat menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual harta pailit
yang berupa benda bergerak yang berada dalam penguasaan Kurator dalam rangka kelangsungan usaha Debitor, dalam hal telah diberikan perlindungan yang wajar
bagi kepentingan Kreditor atau pihak ketiga. Perlindungan dimaksud, antara lain, dapat berupa:
1. ganti rugi atas terjadinya penurunan nilai harta pailit;
81
Sunarmi, Op. Cit., hal. 118.
82
Penjelasan Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Kewajiban Penundaan Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
2. hasil penjualan bersih;
3. hak kebendaan pengganti; atau
4. imbalan yang wajar dan adil serta pembayaran tunai utang yang
dijamin lainnya. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tersebut berakhir demi hukum pada
saat kepailitan diakhiri lebih cepat atau pada saat dimulainya keadaan insolvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun
2004.Kreditor atau pihak ketiga yang haknya ditangguhkan dapat mengajukan permohonan kepada Kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah
syarat penangguhan tersebut.Apabila Kurator menolak permohonan tersebut, kreditor atau pihak ketiga dapat mengajukan permohonan tersebut kepada Hakim
Pengawas. Hakim Pengawas dalam waktu paling lambat 1 satu hari setelah permohonan sebagaimana dimaksud di atas, wajib memerintahkan Kurator untuk
segera memanggil dengan surat tercatat atau melalui kurir, Kreditor dan pihak ketiga datang untuk didengar pada sidang pemeriksaan atas permohonan tersebut.
Hakim Pengawas wajib memberikan penetapan atas permohonan dalam waktu paling lambat 10 sepuluh hari setelah permohonan diajukan kepada Hakim
Pengawas. Dalam memutuskan permohonan, Hakim Pengawas mempertimbangkan:
1. lamanya jangka waktu penangguhan yang sudah berlangsung;
2. perlindungan kepentingan Kreditor dan pihak ketiga dimaksud;
3. kemungkinan terjadinya perdamaian;
Universitas Sumatera Utara
4. dampak penangguhan tersebut atas kelangsungan usaha dan
manajemen usaha Debitor serta pemberesan harta pailit.
83
Penetapan Hakim Pengawas atas permohonan untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syarat penangguhan tersebut dapat berupa
diangkatnya penangguhan untuk satu atau lebih Kreditor, danatau menetapkan persyaratan tentang lamanya waktu penangguhan, danatau tentang satu atau
beberapa agunan yang dapat dieksekusi oleh Kreditor.Apabila Hakim Pengawas menolak untuk mengangkat atau mengubah persyaratan penangguhan tersebut,
Hakim Pengawas wajib memerintahkan agar Kurator memberikan perlindungan yang dianggap wajar untuk melindungi kepentingan pemohon.
Terhadap penetapan Hakim Pengawas, Kreditor atau pihak ketiga yang mengajukan permohonan atau Kurator dapat mengajukan perlawanan kepada
Pengadilan dalam jangka waktu paling lambat 5 lima hari setelah putusan diucapkan, dan Pengadilan wajib memutuskan perlawanan tersebut dalam jangka
waktu paling lambat 10 sepuluh hari setelah perlawanan tersebut diterima. Terhadap putusan Pengadilan tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum apapun
termasuk peninjauan kembali.
84
Dengan tetap memperhatikan ketentuan di atas, Kreditor separatis harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 dua bulan
setelah dimulainya keadaan insolvensi. Setelah lewat jangka waktu 2 dua bulan, Kurator harus menuntut diserahkannya benda yang menjadi agunan untuk
83
Pasal 58 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitian dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
84
Pasal 58 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitian dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, tanpa mengurangi hak Kreditor pemegang
hak tersebut atas hasil penjualan agunan tersebut. Setiap waktu Kurator dapat membebaskan benda yang menjadi agunan dengan membayar jumlah terkecil
antara harga pasar benda agunan dan jumlah utang yang dijamin dengan benda agunan tersebut kepada Kreditor yang bersangkutan.
85
Kreditor separatis yang melaksanakan haknya, wajib memberikan pertanggungjawaban kepada Kurator tentang hasil penjualan benda yang menjadi
agunan dan menyerahkan sisa hasil penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga, dan biaya kepada Kurator. Atas tuntutan Kurator atau Kreditor yang
diistimewakan yang kedudukannya lebih tinggi daripada Kreditor separatis, maka Kreditor separatis tersebut wajib menyerahkan bagian dari hasil penjualan tersebut
untuk jumlah yang sama dengan jumlah tagihan yang diistimewakan. Dalam hal hasil penjualan tidak cukup untuk melunasi piutang yang bersangkutan, Kreditor
pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangan tersebut dari harta pailit sebagai kreditor konkuren, setelah mengajukan
permintaan pencocokan piutang.
86
D. Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan