termohon kasasi,kurator, dan hakim pengawas paling lambat 2 hari setelah putusan kasasi diterima.
b. Peninjauan Kembali
Perihal Peninjauan Kembali, Pasal 14 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 menentukan: “Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dapat diajukan peninjaun kembali ke mahkamah agung”.
Demikian pula pasal 295 menentukan : 1
Terhadap putusan pengadilan niaga yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, dapat diajukan peninjaun kembali
kepada mahkamah agung.
2 Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan apabila :
a Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa di
Pengadilan sudah ada tetapi belum ditemukan; atau
b Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat
kekeliruan yang nyata.
Dengan demikian peninjauan kembali tidak saja dapat diajukan terhadap putusan kasasi, tetapi juga dapat dimintakan terhadap putusan
pengadilan ditingkat pertama yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Universitas Sumatera Utara
Rumusan pasal 295 ayat 2 memberikan alasan untuk mengajukan peninjauan kembali. Dan alas an ini secara khusus telah pula dibatasi dengan
suatu jangka waktu tertentu sebagaimana disebutkan dalam pasal 296 yaitu :
1 Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 295 ayat 2 huruf a, dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 180 hari setelah
tanggal putusan yang dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap;
2 Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 295 ayat 2 huruf b, dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung
sejak tanggal putusan yang dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
3 Permohonan peninjauan kembali disampaikan kepada panitera
pengadilan. 4
Panitera pengadilan mendaftar permohonan peninjauan kembali pada tanggal permohonan diajukan, dan kepada pemohon
diberikan tanda terima tertulis yang ditanda tangani panitera pengadilan dengan tanggal yang sama dengan tanggal
permohonan didaftarkan. 5
Panitera pengadilan menyampaikan permohonan peninjauan kembali kepada panitera mahkamah agung dalam jangka waktu
1x24 jam terhitung sejak tanggal permohonan didaftarkan.
Universitas Sumatera Utara
Tentang prosedur Peninjauan Kemabali berikut time frime yang sangat ketat ditentukan dalam Pasal 297 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yaitu:
1 Pemohon peninjauan kembali wajib menyampaikan kepada
Panitera Pengadilan bukti pendukung yang menjadi dasar pengajuan permohonan peninjauan kembali dan untuk termohon
salinan permohonan peninjauan kembali berikut salinan bukti pendukung yang bersangkutan, pada tanggal permohonan
didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 296 ayat 4. 2
Tanpa mengenyampingkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Panitera Pengadilan menyampaikan salinan permohonan
peninjauan kembali berikut salinan bukti pendukung kepada termohon dalam jangka waktu paling lambat 2 dua hari setelah
tanggal permohonan didaftarkan. 3
Pihak termohon dapat mengajukan jawaban terhadap permohonan peninjauan kembali yang diajukan, dalam jangka waktu 10
sepuluh hari setelah tanggal permohonan peninjauan kembali didaftarkan.
4 Panitera Pengadilan wajib menyampaikan jawaban sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 kepada Panitera Mahkamah Agung, dalam jangka waktu paling lambat 12 dua belas hari setelah
tanggal permohonan didaftarkan. Selanjutnya Pasal 298 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
menyebutkan:
Universitas Sumatera Utara
1 Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan putusan atas
permohonan peninjauan kembali dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari setelah tanggal permohonan diterima
Panitera Mahkamah Agung. 2
Putusan atas permohonan peninjauan kembali harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
3 Dalam jangka waktu paling lambat 32 tiga puluh dua hari setelah
tanggal permohonan diterima Panitera Mahkamah Agung, Mahkamah Agung wajib menyampaikan kepada para pihak
salinan putusan peninjauan kembali yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut.
Setelah ditetapkannya Putusan Kasasi atau Peninjauan Kembali.Kurator wajib mengumumkan putusan tersebut. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 17 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yang menentukan: 1
Kurator wajib mengumumkan putusan kasasi atau peninjauan kembali yang membatalkan putusan pailit dalam Berita Negara
Republik Indonesia dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 4.
2 Majelis hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit juga
menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator. 3
Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dibebankan kepada pemohon pernyataan pailit atau kepada pemohon dan Debitor
dalam perbandingan yang ditetapkan oleh majelis hakim tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4 Untuk pelaksanaan pembayaran biaya kepailitan dan imbalan jasa
Kurator sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Ketua Pengadilan mengeluarkan penetapan eksekusi atas permohonan Kurator.
5 Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan, perdamaian yang
mungkin terjadi gugur demi hukum. Penetapan biaya kepailitan dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan
yang memutus perkara kepailitan berdasarkan rincian yang diajukan oleh kurator setelah mendengar pertimbangan Hakim Pengawas.
118
C. Penerapan Sita dan Akibat Sita dalam Ilmu Hukum
Sita merupakan instrument hukum yang digunakan di dalam bidang hukum perdata dan pidana. Aspek-aspek penyitaan dalam kaitan dengan proses
pemeriksaan perkara yang melibatkan pengadilan dibedakan antara penyitaaan dalam perkara perdata dan penyitaan dalam hubungannya dengan tindak pidana.
Pengertian penyitaan dalam hubungannya dengan perkara perdata adalah tindakan hukum pengadilan mendahului pokok perkara atau mendahului putusan.
119
Seperti dijelaskan pada Bab sebelumnya penyitaan dalam perdata adalah tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada ke dalam
penjagaan custody yang dilakukan secara resmi official berdasarkan perintah pengadilan atau hakim. Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut,
118
Penjelasan Pasal 17 ayat 2 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
119
Mohammad Effendi, Implikasi Penyitaan Barang-barang Milik Negara dan Konsekuensi Hukumnya, UNISIA, Vo. XXX No.66 Desember 2007, hal. 384.
Universitas Sumatera Utara