Debitor sendiri Satu atau Lebih Kreditor

2. Pihak-pihak yang dapat mengajukan pailit

Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, ditentukan pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit yaitu: 106

a. Debitor sendiri

Dalam UU No. 37 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang- undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. Pasl 1 ayat 3 UU No. 37 Tahun 2004 menyebutkan bahwa debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Debitor dapat mengajukan permohonan pailit untuk dirinya sendiri Voluntary Petition. Debior memohonkan pailit untuk dirinya sendiri biasanya dilakukan dengan alasan bahwa dirinya maupun kegiatan usaha yang dijalankannya tidak mampu lagi untuk melaksanakan seluruh kewajibannya terutama dalam melakukan pembayaran utang-utangnya terhadap kreditornya. Ketentuan tentang Voluntary Petition dianut oleh banyak negara. Meskipun terdapat suatu kekhawatiran bahwa debitor dapat beritikad buruk dengan mengajukan permohonan pailit sebagai alasan untuk menghindarkan pembayaran utang-utangnya kepada para kreditornya.

b. Satu atau Lebih Kreditor

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 pada Pasal 1 angka 2 memberikan pengertian kreditor adalah orang yang mempunyai piutang 106 Sunarmi, Op. Cit., hal. 39-40. Universitas Sumatera Utara karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih dimuka pengadilan. Dalam hukum kepailitan dikenal prinsip Paritas creditorum, artinya bahwa semua kreditor konkuren mempunyai hak yang sama atas pembayaran piutangnya. Hasil kekayaan debitor yang telah dijual akan dibagikan secara seimbang proporsional menurut besarnya piutang mereka masing-masing kecuali apabila diantara para kreditor tersebut terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Alasan yang sah untuk didahulukann ini adalah karena kreditor tersebut memiliki hak jaminan kebendaan secured creditor atau kreditor tersebut memiliki hak preferensi atau keistimewaan. Permasalahan yang muncul dalm praktek sejak berlakunya UU No. 4 Tahun 1998 yang berkaitan dengan krditor permohonan pailit adalah: 1 Kreditor separatis Apakah kreditor separatis dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debitornya padahal ia memiliki hak istimewa. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1998 yang menentukan setiap kreditor yang memegang hak tanggungan, hak gadai, atau hak agunan atau kebendaan lainnya dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Keadaan ini menimbulkan perdebatan berkaitan dalam kasus-kasus dimana seseorang kreitor searais mengajukan permohonan pailit terhadap debitornya. Dalam UU No. 3 tahun 2004 dinyatakan khusus mengenai kreditor separatis dan Universitas Sumatera Utara kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pailit tanpa harus kehilangan hak-hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor trmasuk hak-hak dari debitor tersebut untuk didahulukan pembayarannya. 2 Kreditor sindikasi Permasalahan yang muncul yang berkaitan dengan permohonan pailit yang dajukan oleh kreditor sindikasi adalah siapakah yang berwewang untuk mengajukan permohonan pailit, apakah kreditor secara sendiri-sendiri, kreditor sindikasi secara bersama-sama atau agen sindikasi Arrenger. Permasalahan ini sebenarnya dapat dijawab melalui perjanjian kredit sindikasi tersebut yang dapat menentukan pihak mana yang berwenang mengajukan permohonan pailit. 3 Perusahaan dalam Likuidasi Perusahaan dalam likuidasi dapat mengajukan permohonan pailit. Permohonan pailit ini dalakukan dalam rangka melaksanakan tugas likuidasi apabila perusahaan telah dinyatakan bubar, namun masih berada dalam tahap likuidasi. Yang dapat mengjukan permohonan pailit dalam tahap likuidasi ini adalah likuidatornya. 4 Badan Penyehatan Perbankan Nasional Dari beberapa kasus kepailitan yang melibatkan BPPN sebagai kreditor, secara umum terdapat dua permsalahan pokok yaitu pertama, permasalahan sah atau tidaknya cessie yang mengakibatkan beralihnya kewenangan sebgai kreditor BBPN, dan kedua ialah permasalahan Universitas Sumatera Utara mengenai bole tidaknya Bank yang berada dalam proses rekapitulasi BPPN menagjukan permohonan pailit. Sebenarnya ada dua cara yang secara hukum dapat dibenarkan bagi BPPN untuk bertindak sebagai kreditor. Pertama, dengan menggunnakan instrumen cessie dengan membuat terlebih dahulu rechtstitel yang dapat berupa suatu akta jual beli tagihan sehingga BPPN dapat bertindak sebagai kreditor atas nama sendiri. Kedua,dengan bertindak utuh dan atas nama bank dalam penyehatan tanpa perlu melakukan jual beli tagihan ataupun cessie.

c. Kejaksaan