Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit Prosedur pengajuan permohonan pailit

Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik adalah badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham.

3. Pihak-pihak yang dapat dinyatakan pailit

Yang dapat dinyatakan pailit adalah : 107 a. Orang perorangan Dalam hal ini baik laki-laki maupun perempuan dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan,baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Namun ketentuan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh debitor yang masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istrinya. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak ada persatuan harta. Penjelasan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa: “ketentuan ini berlaku, apabila permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor, persetujuan dari suami atau istri diperlukan, karena menyangkut harta bersama.” Namun, ikatan pernikahan yang sah harus dibuktikan dengan akta nikah yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. 107 Sunarmi, Op. Cit., hal. 64-65. Universitas Sumatera Utara 1 Perserikatan-perserikatan atau perkumpulan-perkumpulan yang bukan badan hukum seperti maatschap, firma dan perkumpulan komanditer. 2 Perseroan-perseroan atau perkumpulan-perkumpulan yang berbadan hukum seperti PT Perseroan Terbatas, koperasi dan Yayasan. 3 Harta peninggalan. Harta Peninggalan atau warisan dapat dinyatakan pailit oleh hakim. UU No.37 Tahun 2004 melalui Bab I Ketentuan Umum pada Pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi. Melalui ketentuan ini jelas bahwa setiap orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi dapat mengajukan permohonan pailit dan dapat diajukan pailit.

4. Prosedur pengajuan permohonan pailit

Dalam mengajukan permohonan pailit harus diajukan ke Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum. 108 108 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Apabila diperhatikan Pasal 3 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004, walaupun tidak secara eksplisit ditentukan namun diketahui bahwa permohanan pernyataan pailit harus diajukan ke Pengadilan Universitas Sumatera Utara Niaga yang daerah hukumnya meliputi daerah kedudukan hukum debitor, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan danatau diatur dalam Undang-Undang ini, diputuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitor. b. Dalam hal Debitor telah meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir Debitor. c. Dalam hal Debitor adalah pesero suatu firma, Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga berwenang memutuskan. d. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang memutuskan adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat Debitor menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia. e. Dalam hal Debitor merupakan badan hukum, tempat kedudukan hukumnya adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya. Dalam hal menyangkut putusan atas permohonan pernyatan pailit oleh lebih dari satu Pengadilan yang berwenang mengadili debitor yang sama pada tanggal Universitas Sumatera Utara yang lebih adalah yang berlaku. Dalam hal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan oleh Pengadilan yang berbeda pada tanggal yang sama mengenai debitor yang sama, maka yang berlaku adalah putusan Pengadilan yang daera hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum debitor. 109 Ketentuan tentang Pengadilan yang berwenang untuk mengadili ini sejalan dengan Pasal 118 HIR yang menyatakan bahwa “Pengadilan yang berhak untuk mengadili perkara kepailitan berikut Hukum Acara yang berlaku terhadap Permohonan Kepailitan.” Permohonan pernyataan pailit terhadap suatu firma harus memuat nama dan tempat tinggal masing-masing pesero yang secara tanggung renteng terikat untuk seluruh utang firma. 110 Permohonan pernyataan pailit harus diajukan oleh advokat. Tempat tinggal yang dimaksud adalah tempat pesero tercatat sebagai penduduk.Dalam hal tidak diketahui tempat tinggal pesero maka disebutkan tempat kediamannya.Nama dan tempat tinggal dalam ketentuan ini sesuai dengan yang tercantum dalam kartu tanda penduduk KTP. 111 a. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan. Prosedur permohonan pernyataan pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 adalah sebagai berikut: b. Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon 109 Penjelasan Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 110 Pasal 5 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 111 Pasal 7 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Universitas Sumatera Utara diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran. c. Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut. d. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan paling lambat 2 dua hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. e. Dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, Pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang. f. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 dua puluh hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. g. Atas permohonan Debitor dan berdasarkan alasan yang cukup, Pengadilan dapat menunda penyelenggaraan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat 5 sampai dengan paling lambat 25 dua puluh lima hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Dari ketentuan pasal 6 UU No.37 Tahun 2004 di atas diketahui bahwa prosedur permohonan pailit memiliki time frame yang sangat singkat yang berbeda dengan peraturan kepailitan yang lama.

5. Prosedur di Pengadilan