Persepsi Terhadap Program BLSM dan Partisipasi Langsung Oleh Perangkat Desa

77

IV.7 Persepsi Terhadap Program BLSM dan Partisipasi Langsung Oleh Perangkat Desa

Seperti yang sudah disebutkan oleh penulis pada bagian sebelumnya, perangkat Desa sebagai implementor langsung dalam mensukseskan pelaksanaan program BLSM menjadi kunci utama dalam keberhasilan pelaksanaannya. Tanggungjawab yang dilakukan mampu membuat program tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan utamanya. Oleh karena itu, untuk mengawali wawancara yang akan dilakukan, peneliti mengajukan pertanyaan pertama tentang persepsi terhadap program BLSM dan partisipasi langsung yang telah dilakukan oleh perangkat Desa sebagai implementor program BLSM. Maka telah diperoleh jawaban dari beberapa informan, dimana salah satu informan menyatakan bahwa sebenarnya program BLSM yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat kurang memadai. Beliau juga mengatakan rumah tangga sasaran dari program BLSM tidak sesuai dengan keadaan ekonomi masyarakat tersebut. Karena masih banyak warga di Desa Suka Rende yang pada kenyataannya tidak mempunyai rumah sebagai tempat tinggal justru tidak mendapatkan bantuan tersebut. Dari pengelihatan beliau banyak sekali masyarakat yang mampu dalam segi ekonomi yang pada kenyataannya mendapatkan bantuan tersebut. Namun, beliau sebagai implementor program BLSM telah berupaya untuk mengusulkan kembali masyarakat yang kurang mampu agar bisa di data dan di proses sebagai salah satu rumah tangga sasaran penerima BLSM. Dari penuturan beliau, usaha Universitas Sumatera Utara 78 tersebut sampai sekarang belum memperoleh hasil atau jawaban terhadap pengusulan yang telah dilakukan. 46 Sementara hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala dusun 6 enam yaitu Bapak Rudianto Sembiring juga mengatakan kalau program BLSM kurang mengizinkan, karena beliau menganggap BLSM kurang mencakup kedalam masyarakat. Sementara dari penuturan beliau bahwa peranan sebagai implementor tidak ada di dalam proses pendataan masyarakat calon penerima BLSM tersebut. Yang seharusnya implementor lebih tahu keadaan sosial ekonomi masyarakat mana yang layak dan yang tidak layak. Beliau mengatakan seharusnya mereka sebagai perangkat Desa sekaligus implementor mempunyai hak untuk mengusulkan daftar nama-nama masyarakat kepada pemerintah dalam pendataan tersebut. 47 Ketika penulis kembali bertanya tentang partisipasi yang dilakukan perangkat Desa sebagai implementor program BLSM maka salah satu informan memberikan jawaban yaitu memberikan informasi kepada warga tentang indikator yang layak menerima BLSM, menurut pengakuan beliau juga hal yang paling sulit adalah memberikan penjelasan kepada masyarakat yang memiliki pengaduan karena tidak terima dengan hasil pendataan yang menyebabkan warga tersebut tidak mendapatkan bantuan BLSM. Dan usaha terakhir yang dilakukan oleh beliau 46 wawancara informan Bapak Sada Arih Ginting ‘Kadus 1’ pada tanggal 03 februari 2014 47 wawancara informan Bapak Rudianto Sembiring ‘Kadus 6’ pada tanggal 04 februari 2014 Universitas Sumatera Utara 79 adalah melakukan pengusulan kembali warga yang layak mendapatkan BLSM sesuai dengan indikator-indikator tersebut. 48 Sebagai Sekretaris Desa, bapak Efendi Ketaren juga sebagai salah satu implementor BLSM di Desa Suka Rende. Peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap sekretaris Desa seputar partisipasi yang telah dilakukan oleh beliau dalam mensukseskan pelaksanaan BLSM. Beliau mengatakan turut membantu masyarakat dalam urusan surat-menyurat misalnya seperti pengalihan nama penerima BLSM dikarenakan ada yang sudah meninggal dunia dan pindah kependudukan. Maka dengan segera beliau menyelesaikan urusan tersebut sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat. 49 Bapak Kepala Desa sebagai kedudukan tertinggi di dalam Desa juga memberikan informasi ketika peneliti bertanya tentang kendala yang paling susah untuk diselesaikan dalam pelaksanaan program BLSM demi mencapai kesuksesan program tersebut. Maka beliau mengatakan sebenarnya cuma satu kendala yang paling besar yaitu menghadapi protes dari masyarakat yang kontra terhadap program tersebut. Masyarakat Suka Rende merasa tidak adil dengan kenyataan dimana banyak warga yang ekonominya lebih baik, namun justru warga tersebut yang mendapatkan BLSM. Keluhan beliau dalam hal ini adalah masyarakat merasa bahwa mereka melakukan kecurangan dalam pendataan dan pengumuman hasil verifikasi tersebut. Beliau mengatakan didalam pendataan bukan merupakan tugas mereka. Justru mereka merasa wewenang sebagai implementor di Desa 48 wawancara informan Bapak Effendi Sinulingga ‘Kadus 5’ pada tanggal 05 februari 2014 49 wawancara informan Bapak Efendi Ketaren ‘Sekretaris Desa’ pada tanggal 01 februari 2014 Universitas Sumatera Utara 80 terlalu dibatasi oleh pemerintah pusat. Karena itu beliau tidak bisa menentukan siapa-siapa saja warga yang selayaknya mendapatkan bantuan itu sesuai dengan kondisinya di lapangan. Ketika ada nama penerima yang sudah meninggal dunia dan pindah kependudukan, disitulah wewenang mereka untuk menentukan pengganti nama tersebut. Selebihnya diatur dan dikendalikan oleh pemerintah pusat. 50 Dari beberapa hasil wawancara diatas tentu kita dapat melihat banyak sekali masyarakat yang kontra akan program BLSM. Dengan kewajiban dan tanggungjawab sebagai perangkat Desa, tentunya telah dilakukan cara-cara yang dianggap mampu untuk mengatasi dan meredam emosi masyarakat kontra. Upaya-upaya tersebut dilakukan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang mekanisme yang telah ditetapkan oleh pemerintah Pusat terkait dengan Dari hasil wawancara diatas dapat kita ketahui bahwa implementor merasa mereka bukan bagian yang penting dalam pelaksanaan program BLSM. Karena keterbatasan wewenang dan resiko yang diterima ketika masyarakat banyak yang kontra dengan program tersebut. Namun, dari penelitian yang dilakukan di lapangan masih terlihat kurang koordinasi antara perangkat Desa sebagai implementor. Sehingga masih terdapat kekurangan dan permasalahan- permasalahan yang mengganggu pelaksanaan tujuan dari BLSM itu sendiri.

IV.8 Pengaduan Masyarakat dan Langkah-langkah Dalam Mengatasinya