Intensitas Sosialisasi, Metode dan Pengawasan Oleh Implementor Terhadap Rumah Tangga Sasaran

70

IV.5 Intensitas Sosialisasi, Metode dan Pengawasan Oleh Implementor Terhadap Rumah Tangga Sasaran

Sosialisasi merupakan bagian terpenting dalam suatu pelaksanaan program. Karena tanpa sosialisasi program tersebut tidak akan berjalan baik. Komunikasi yang kurang dapat menyebabkan pergeseran tujuan awal suatu program. Sosialisasi yang merupakan proses penyampaian yang dilakukan kepada semua pihak terkait mengenai isi, maksud, tujuan, tahapan dan sasaran dari suatu program kebijakan. Semakin baik sosialisasi yang dilakukan, maka semakin sesuai tujuan awal yang direncanakan dengan hasil akhir yang terjadi di lapangan. Peneliti kemudian bertanya tentang sosialisasi yang dilakukan oleh implementor kepada informan sebagai rumah tangga sasaran. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa disetiap dusun terdapat perbedaan metode sosialisasi, intensitas dan pelayanan yang diberikan oleh kepala dusun mereka. Salah satu informan dari dusun 1 satu menjawab pertanyaan tersebut bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh kepala dusun dengan mendatangi rumah tangga yang menjadi sasaran BLSM untuk memberikan informasi terkait hal tersebut. Diluar kegiatan itu tidak ada hal lain yang dilakukan oleh kepala dusun. Dan jika mereka membutuhkan informasi dapat dilakukan dengan mendatangi rumah kepala dusun untuk menanyakan secara langsung. 38 Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Desa Suka Rende menjadikan kinerja kepala dusun sebagai pelayan masyarakat tidak maksimal. Akses-akses yang tersedia lah yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pelayanan yang 38 wawancara informan Bapak Darwin Ersada Sinulingga pada tanggal 29 januari 2014 Universitas Sumatera Utara 71 menjadi tanggungjawab para implementor tersebut. Seperti hasil wawancara dengan informan dari dusun 2 dua terhadap hal diatas mengatakan bahwa informasi yang diperoleh itu diperoleh dari warung kopi yang ada, kepala dusun menempel pengumuman terkait dengan BLSM. Setelah itu, antar masyarakat penerima BLSM melakukan tukar informasi kepada masyarakat lainnya dari mulut ke mulut. 39 Berbeda dengan informan yang berasal dari Dusun 3 tiga. Ibu Resma Br Barus sebagai kepala Dusun menggunakan metode sosialisasi pintu ke pintu door to door dengan mendatangi rumah-rumah warga untuk memberitahukan jadwal pengambilan uang, persyaratan dan informasi lainnya. Seperti pengakuan informan Bapak Martua Simaremare terhadap pengumuman yang lulus verifikasi juga ditempel di Kantor Desa, hal ini dilakukan untuk menjaga kondusif warga agar tidak melakukan aksi demonstrasi lagi. Hal tersebut dilakukan karena dianggap lebih efektif dan tidak memerlukan waktu dan biaya yang banyak. Dimana, para implementor sama sekali tidak mendapatkan upahgaji tambahan sebagai pelaksana program BLSM . Sehingga cara yang efektif dan efisien digunakan agar masyarakat tahu informasi- informasi tentang BLSM. 40 Secara keseluruhan jawaban dari informan hampir sama antara satu dengan yang lain. Kepala Dusun sebagai perangkat Desa kurang aktif dalam memberikan sosialisasi dan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat kurang paham mengenai mekanisme yang sebenar-benarnya dari program BLSM 39 wawancara informan Bapak Pujin Ginting pada tanggal 02 februari 2014 40 wawancara informan Bapak Martua Simaremare pada tanggal 31 januari 2014 Universitas Sumatera Utara 72 itu sendiri. Sosialisasi yang dilakukanpun hanya setelah program itu berjalan. Tidak ada musyawarah Desa yang dilakukan untuk menjelaskan kepada warga tentang program tersebut. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam instruksi mendagri tentang musyawarah Desa untuk memberikan sosialisasi awal kepada masyarakat agar mendapatkan informasi yang baik dalam pelaksanaannya. Ketika penulis melakukan pencarian data melalui wawancara dengan salah satu informan yang berada di Dusun 5 lima, penulis menemukan suatu kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat terhadap kinerja kepala Dusun wilayah tersebut. Masyarakat merasa bahwa mereka dilibatkan dalam program tersebut karena pelayanan yang cukup baik yang diberikan oleh kepala Dusun. Ketika penulis bertanya tentang sosialisasi dan media yang digunakan termasuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat terkhusus bagi rumah tangga sasaran BLSM jawaban dari salah satu informan adalah beliau cukup puas dengan sosialisasi yang dilakukan terkhusus oleh kepala dusun. Masyarakat cukup dilibatkan, karena sebelum pengumuman nama-nama masyarakat yang lulus pendataan tersebut kepala dusun mengajak mereka untuk berkumpul di Balai Desa untuk memberikan informasi dimana proses pendataan dilakukan oleh pusat dan kepala dusun juga mengatakan bahwa proses pendataan bukan dilakukan oleh pemerintah Desa, namun kepala dusun juga sudah berusaha untuk mencalonkan hampir semua masyarakat di dusun tersebut sebagai calon penerima BLSM agar tidak ada ketimpangan dan kecemburuan di masyarakat. Kepala dusun juga menyampaikan tentang persyaratan dan kriteria masyarakat yang berhak untuk mendapatkan BLSM tersebut. Sehingga masyarakat di dusun 5 lima mengerti bagaimana Universitas Sumatera Utara 73 tentang proses yang dilakukan dari pusat sampai ke masyarakat Desa. Beliau juga menuturkan jika mempunyai keluhan-keluhan terhadap pelaksanaan tersebut, maka kepala dusun selalu siap untuk melayani kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat. Sehingga untuk memperoleh informasi, sangat mudah didapatkan oleh masyarakat khususnya rumah tangga sasaran di dusun 5 lima. 41 Perbedaan metode sosialisasi dan pelayanan kepala dusun sebagai implementor menyebabkan masyarakat memiliki pengetahuan informasi yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi pemgaruh dalam kesuksesan pelaksanaan BLSM di Desa Suka Rende. Sedangkan hasil wawancara dengan salah satu informan lainnya dari Dusun 6 enam terhadap sosialisasi yang dilakukan kepala Dusun untuk memberikan informasi kepada warga seperti Ibu Daswati yaitu dengan datang kerumah dan secara langsung memberikan informasi tanggal pengambilan uang dan syarat-syarat yang harus dibawa. Begitu juga dengan bulan berikutnya, beliau mengatakan mungkin hal tersebut dilakukan oleh kepala dusun dikarenakan beliau sudah cukup tua dan hanya tinggal sendiri. Oleh karena itu, untuk menjangkau informasi yang biasanya di tempel di warung-warung sangat sulit dilakukan beliau. Karena itu, kepala dusun berinisiatif untuk menyampaikan secara langsung ke rumah Ibu Daswati. 42 Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa setiap kepala Dusun melakukan cara mereka masing-masing dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Namun jika kita berpedoman pada Instruksi Menteri Dalam Negeri 41 wawancara informan Bapak Muliadi pada tanggal 28 januari 2014 42 wawancara informan Ibu Daswati pada tanggal 05 februari 2014 Universitas Sumatera Utara 74 mengenai tugas dan tanggungjawab perangkat Desa. Sosialisasi yang mereka lakukan sangat minim dan kurang tepat karena tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya. Hal-hal tersebut yang menyebabkan masyarakat tidak paham mengenai mekanisme yang baik secara tertib administrasi tentang program BLSM tersebut.

IV.6 Kinerja Perangkat Desa dan Harapan Perbaikan Terhadap Proses Pelaksanaan BLSM