Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dalam Proses Pelaksanaan

99 Cara tersebut dianggap lebih efektif dan efisien bagi kondisi masyarakt di Desa Suka rende, mengingat fungsi kepala urusan pemerintahan sebagai pelaksana urusan-urusan pemerintahan bagi masyarakat. Sehingga fungsi-fungsi dari tiap bidang dalam struktur pemerintahannya dalam dilaksanakan. Namun, mengingat surat keputusan menteri dalam negeri nomor 5413150SJ Tahun 2013, Pos yang dimaksud seharusnya dilaksanakan di Desa Suka Rende. Oleh karena itu pelaksanaan program BLSM kepada masyarakat terdapat kekurangan khusunya di tertib administrasi.

V.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dalam Proses Pelaksanaan

Didalam proses pelaksanaan suatu program atau kebijakan, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja implementor yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau kebijakan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

1. Komunikasi

Implementasi atau pelaksanaan dapat berjalan dengan baik bila tujuan-tujuan dari suatu program dapat dipahami oleh implementor yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan tersebut. Komunikasi merupakan persyaratan pertama yang harus dilakukan implementor agar suatu kebijakan dapat berjalan efektif. Kejelasan dan tujuan kebijakan tersebut perlu dikomunikasikan secara tepat kepada setiap implementor Universitas Sumatera Utara 100 secara konsisten dan seragam, sehingga implementor mengetahui secara tepat tujuan dari suatu program yang akan dilaksanakan. Mengenai komunikasi yang ada di Desa Suka Rende belum berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap tiap-tiap kepala dusun dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Tidak ada satu komando yang diberikan kepala Desa untuk memberikan penjelasan kepada kepala dusun dalam melakukan sosialisasi. Sehingga tidak ada keseragaman pelaksanaan atau tugas-tugas yang dilakukan oleh kepala dusun. Seharusnya untuk mencapai tujuan yang tepat, perlu dikomunikasikan kepala unit-unit pelaksana tentang tujuan tersebut, cara-cara penyampaian tujuan maupun cara penanganan masalah. Komunikasi yang kurang baik menjadikan masyarakat memiliki pengetahuan dan kecepatan untuk memperoleh informasi yang berbeda- beda pula. Sehingga antarwarga didalam masyarakat kerap melakukan komunikasi untuk bertukar informasi tentang pelaksanaan program BLSM, dimana seharusnya hal tersebut menjadi pekerjaan yang harus dilakukan oleh implementor. 2. Sumber Daya Sumber daya dapat berwujud sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan jumlah implementor yang tersedia. Di Desa Suka Rende, kompetensi sumber daya implementor cukup baik melihat kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Namun, dari semua perangkat Desa hanya satu yang tingkat pendidikannya lulusan sarjana. Universitas Sumatera Utara 101 Hal tersebut tidak menjadi acuan untuk menilai kemampuan dan keahlian dri perangkat Desa tersebut. Komponen sumber daya yang menjadi permasalahan di Desa Suka Rende adalah jumlah pelaksana yang sangat sedikit dan tidak sebanding dengan jumlah masyarakatnya. Kepala dusun sebagai implementor yang paling bertanggungjawab khususnya bagi masyarakat di dusun yang dipimpinnya. Seorang kepala dusun dengan jumlah warga yang lebih dari 200jiwa dikatakan kurang efektif untuk mengurus segala urusan warganya. Setiap implementor program BLSM juga belum tentu dapat memberikan efek yang positif terhadap masyarakat. Keseimbangan antara jumlah sumber daya dan jumlah tanggungjawab yang harus diemban harus dijaga agar pelaksanaan suatu program dapat berjalan dengan baik. Belum lagi dengan perangkat Desa yang merasa bahwa tanggungjawabnya bukan sebagai implementor program BLSM, melainkan hanya sebagai perangkat Desa yang menjalankan tugas-tugas desa saja. Ketidakseimbangan tersebut tentunya akan membuat tujuan suatu kebijakan yang dilaksanakan tidak tercapai dengan efektif.

3. Disposisi

Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti kejujuran, komitmen, keikhlasan, netral atau tidak pilih kasih dan demokratis. Sikap implementor tentu akan mempengaruhi efektifitas pelaksanaan suatu program. Kecenderungan-kecenderungan Universitas Sumatera Utara 102 implementor bisa menjadi penghambat, tetapi apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka ia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti tujuan utama kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil pengumpulan data-data dilapangan, diketahui bahwa kejujuran dari implementor sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pungutan atau biaya administrasi yang dikenakan kepada msyarakat dalam pengurusan surat dan berkas-berkas untuk keperluan penerimaan BLSM tersebut. Dari pengakuan masyarakat mengatakn bahwa dana BLSM yang diterima 100 penuh sampai ke masyarakat. Tidak ada biaya tambahan maupun biaya lainnya yang harus ditanggung masyarakat. Tetapi bila melihat komitmen dan keikhlasan para implementor, belum semua implementor memiliki komitmen yang baik untuk menyukseskan pelaksanaan BLSM. Hal ini dipengaruhi oleh karena tidak adanya pendapatan atau gaji tambahan bagi implementor. Pelaksanaan program BLSM justru hanya menambah tugas dan tanggungjawab implementor termasuk waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Implementor yang menjalankan tugas dengan setengah hati belum mampu menjadikan pelaksanaan yang diharapkan dalam di implementasikan dengan baik. 4. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi pemerintahan Desa Sukarende yang dipimpin oleh seorang kepala Desa dengan seorang sekretaris dan adanya badan permusyawaratan Desa BPD dengan anggota-anggotanya. Kepala urusan Universitas Sumatera Utara 103 dibidang pemerintahan, keuangan, umum da bidang pembangunan juga ada di Desa Suka Rende lengkap dengan anggota-anggotanya disetiap bidang. Karena luas wilayah administratif yang cukup luas dan dengan jumlah penduduk yang banyak maka dibuat dusun-dusun dengan kepala dusun sebagai peminpim terdekat. Setiap posisi atau jabatan mempunyai tugas masing-masing begitu juga dengan pelaksanaan BLSM. Setiap struktur birokrasi pasti mempunyai norma-norma dan SOP Standard Operating Procedures. Namum, pemerintah Desa jika dilihat sebagai implementor dalam pelaksanaan program BLSM tidak mempunyai SOP yang dimaksud dalam menjalankan tugasnya demi tercapainya tujuan dari program tersebut. Penetapan pemerintah Desa sebagai implementor BLSM tidak dilakukan pemilihan atau penunjukan. Sehingga semua perangkat Desa menjadi implementor tanpa ada tim yang dikhususkan sebagai agen pelaksana untuk membantu tugas pemerintah Desa selain tim PPLS yang mendata masyarakat pada Tahun 2011 lalu. Struktur yang dipakai oleh implementor merupakan struktur kepengurusan desa pada peroide saat ini. Maka dari itu pelaksanaan program BLSM di Desa Suka Rende tidak terstruktur dengan baik karena hanya mengandalkan struktur pemeritahan Desa saja. Sehingga kinerja yang dihasilkan belum mencakup semua aspek penting dalam pencapaiannya. Hal tersebut justru membuat masyarakat berfikir bahwa disetiap program atau kebijakan pemerintah, yang menjadi penanggungjawab dan pelaksananya adalah pemerintah Desa. Sehingga Universitas Sumatera Utara 104 pemerintah Desa kerap menjalani fungsi ganda diluar tugas mereka sebagai pelayan masyarakat Desa.

V.7 Kelemahan dan Kendala Dalam Proses Pelaksanaan Program