92
mempengaruhi hal tersebut misalahnya faktor sosial dan budaya masyarakat yang merasa bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah itu sebagai suatu rejeki
sehingga pemanfaatannya belum sesuai dengan tujuan tersebut.
V.2 Mekanisme Pelaksanaan dan Kendala yang Dihadapi Masyarakat
Pelaksanaan program BLSM tentunya mempunyai tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya, mekanisme tersebut dimulai dari pendataan oleh tim PPLS
dengan menggunakan data terakhir di tahun 2011. Kemudian pengumuman hasil verifikasi data bagi rumah tangga sasaran yang berhak mendapatkan BLSM
tersebut. Tahapan berikutnya adalah koordinasi dengan PT. Pos Indonesia sebagai tempat pencairan dana sekaligus pengambilan Kartu Perlindungan Sosial
sebagai bukti bahwa rumah tangga sasaran tersebut sebagai penerima dana bantuan BLSM. Selanjutnya pemerintah Desa sebagai pemerintahan terdekat
masyarakat menjalani tugas dalam mengurus administrasi masyarakat yang dibutuhkan dan penyampai informasi kepada masyarakat terkait dengan
pelaksanaan program BLSM tersebut.
Hasil analisa yang diperoleh mengenai mekanisme yang dilalui masyarakat berdasarkan wawancara terlihat bahwa masyarakat tidak merasa
rumit dalam proses mekanisme tersebut. Setelah nama-nama rumah tangga sasaran dikeluarkan dengan menempelinya dibalai Desa dan warung-warung
sekitar Desa yang dilengkapi dengan tanggal pengambilan dan persyaratan yang dibutuhkan, masyarakat merasa dimudahkan karena persyaratan yang dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
93
untuk pengambilan dana pertama sekaligus Kartu Perlindungan Sosial hanya KTP dan Kartu Keluarga.
Jadwal yang sudah ditentukan membuat mekanisme tersebut lebih tertib dan ketika masyarakat melakukan pegambilan dana ke kantor Pos hanya perlu
mengantri sampai nama warga yang bersangkutan dipanggil untuk menerima uang, menandatangani surat penerimaan dana tersebut. Masyarakat terlibat
langsung dalam mekanisme ini tidak mendapat kendala-kendala yang sulit karena tidak ada penundaan secara tiba-tiba dan proses yang dilalui tidak berbelit-belit
dan membutuhkan waktu yang panjang.
V.3 Tanggungjawab Pemerintah Desa Implementor dan Pelayanan yang Diberikan Kepada Masyarakat
Pemerintah Desa sebagai implementor mempunyai tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya kepada masyarakat
penerima bantuan BLSM. Kinerja implementor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan yang dijalankan.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang terkait dengan tanggungjawab implementor menjadi suatu yang harus dilakukan.
Dari data yang diperoleh di Desa Suka Rende mengenai kinerja implementor berdasarkan wawancara informan Bapak Misno pada tanggal 02
februari 2014 mengatakan secara sudah cukup bagus terlepas dari permasalahan yang pernah terjadi di Desa tersebut. Ketika nama-nama penerima BLSM
Universitas Sumatera Utara
94
dikeluarkan oleh kantor Pos Indonesia. Banyak masyarakat yang melakukan demonstrasi karena mereka tidak dapat bantuan tersebut. Tindakan demonstrasi
terjadi karena adanya kekecewaan masyarakat yang merasa bahwa mereka layak menerima bantuan tersebut.
Dengan kejadian tersebut, tanggungjawab yang dilakukan oleh perangkat Desa Implementor adalah dengan inisiatif untuk mengajukan permohonan
kembali masyarakat yang dianggap layak untuk menerima BLSM. permohonan tersebut disampaikan ke pemerintahan Kecamatan untuk diteruskan ke
pemerintahan yang lebih tinggi. Namun, sampai saat ini permohonan pengajuan tersebut belum mendapat jawaban hingga program BLSM sudah berakhir masa
pelaksanaannya. Diluar sosialisasi, pelayanan yang diberikan oleh implementor hanya sebatas itu saja.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dilapangan, masyarakat tidak bisa memberikan tanggapan secara mendalam mengenai tanggungjawab implementor
tersebut. Penggambaran masyarakat tentang tanggjungjawab perangkat Desa mencakup keseluruhan kinerja dan tugas-tugas pemerintahan Desa dalam
bidangnya.
V.4 Intensitas Sosialisasi dan Pengawasan yang Dilakukan Implementor