Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
Independent Variabel
Dependent Variabel
2.11. Hipotesa Penelitian
1. Ho: tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria
Ha: ada hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria 2.
Ho: tidak ada hubungan sikap dengan kejadian malaria PERILAKU
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
KONDISI LINGKUNGA
N RUMAH -
Tempat Perkembang Biakan nyamuk
Anopheles spp: genangan air, rawa,
kolam.
- Tempat Beristirahat
nyamuk Anopheles spp: gantungan baju,
kolong tempat tidur,
- Kandang ternak: jenis
ternak dan jarak kandang dari rumah
KEJADIAN MALARIA
Universitas Sumatera Utara
Ha: ada hubungan sikap dengan kejadian malaria 3.
Ho: tidak ada hubungan tindakan dengan kejadian malaria Ha: ada hubungan tindakan dengan kejadian malaria
4. Ho: tidak ada hubungan tempat berkembangbiak potensial dengan kejadian
malaria Ha: ada hubungan tempat berkembangbiak potensial dengan kejadian malaria
5. Ho: tidak ada hubungan tempat beristirahat potensial dengan kejadian malaria
Ha: ada hubungan tempat beristirahat potensial dengan kejadian malaria 6.
Ho: tidak ada hubungan kandang ternak dengan kejadian malaria Ha: ada hubungan kandang ternak dengan kejadian malaria
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
WHO menyatakan dalam Laporan Malaria Dunia 2013 bahwa nyawa yang diselamatkan sebagian besar berasal dari 10 negara dengan tingkat beban malaria
tertinggi dan anak-anak berusia di bawah lima tahun. Upaya global untuk memberantas malaria telah menyelamatkan 3,3 juta nyawa sejak 2000, memangkas
angka kematian global akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini sebesar 45 persen dan separuh di antara anak-anak berusia di bawah lima tahun. WHO
menyatakan dalam Laporan Malaria Dunia 2013
bahwa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang diperluas membantu menurunkan kematian dan sakit akibat
malaria. Dari 3,3 juta nyawa yang diselamatkan, sebagian besar berasal dari 10 negara dengan tingkat beban malaria tertinggi dan anak-anak berusia di bawah lima
tahun, kelompok yang paling banyak terjangkit penyakit tersebut. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 50 persen penduduk Indonesia masih
tinggal di daerah endemis malaria. Menurut perkiraan WHO, tidak kurang dari 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia, dengan 30.000 kematian.
Survei kesehatan nasional tahun 2001 mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang per tahun. United Nation Development Program
UNDP,2004 juga mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar 56,6 juta pertahun. Sampai saat ini
Universitas Sumatera Utara
malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini tersebar luas di berbagai daerah dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit malaria ini ,dengan derajat infeksi yang bervariasi Ferdinand, 2009. Kasus malaria di sekitar Jawa Bali pada tahun 2008 mengalami peningkatan
API Annual Parasite Index 0,16 dari 0,15 pada tahun 2005. API Annual Parasite Index merupakan angka kejadian malaria yang di hitung per 1000 penduduk
sedangkan AMI Annual Malaria Insidence untuk luar Jawa Bali di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2008 angka kesakitan malaria
sebesar 18,82 per 1000 penduduk dari 24,75 pada tahun 2005 Depkes RI, 2008 Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah maupun
sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium MDGs, dimana ditargetkan untuk
menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat
malaria. Global Malaria Programme GMP menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi,
serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80 penduduk terlindungi dan penderita mendapat pengobatan
Arthemisinin based Combination Therapy ACT Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,Volume 1 Triwulan I 2011.
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No 293MENKESSKIV2009. Pelaksanaan pengendalian malaria
menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau
Universitas Sumatera Utara
sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030. Status Indonesia masih tahap
pertama yaitu pada eliminasi malaria di DKI, Bali dan Barelang Binkar pada tahun 2010.
Berdasarkan laporan sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Sumatera Utara tahun 2008 malaria klinis menempati urutan ketiga jumlah kunjungan 30.673
6,52 setelah Influenza jumlah kunjungan 271.098 57,63 dan Diare jumlah kunjungan 94.261 20,03. Sumatera Utara merupakan daerah yang endemis
malaria di antaranya Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Serdang Bedagai, Asahan, Samosir, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan,
Mandailing Natal, Nias, Nias Selatan, Batu Bara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Kabupaten Labuhan Batu Utara Pemprovsu, 2010.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2011 sebanyak 67.314 warga Sumatera Utara ditemukan positif menderita malaria,
untuk daerah yang paling banyak ditemukan penderita malaria diantaranya Nias dengan jumlah 14.165 kasus, Deli Serdang 9.124 kasus, Mandailing Natal Madina
7.011 kasus Padang Lawas dengan 6.942 kasus, Labuhan Batu 6.263 kasus, Nias Selatan 4.692 kasus, Batu Bara 4.340 kasus, Tapanuli Tengah Tapteng 3.416 kasus,
dan Padang Lawas Paluta sebanyak 2.622 kasus profil Dinkes SUMUT, 2011. Kabupaten Tapanuli Tengah berada di Pantai Barat Pulau Sumatera.
Kabupaten ini terletak antara 1 11 00 - 2º 22 00 Lintang Utara dan 98º 07 - 98º 12 Bujur Timur pada ketinggian antara 0
– 1,266 m di atas permukaan laut. Wilayah kabupaten ini di sebelah utara berbatsan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
Universitas Sumatera Utara
sebelah selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara,sebelah barat Berbatasan dengan Sibolga dan Samudera Indonesia.
Kabupaten Tapanuli Tengah terbagi atas 20 kecamatan, dengan luas keseluruhan 2,194.98 km². Sebagian besar wilayah kabupaten ini berada di dataran
Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di pulau- pulau kecil sekitarnya. Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan daerah beriklim tropis dan hanya memiliki
dua musim yaitu musim kemarau dan musin hujan. Pada periode Januari – Desember
2011 suhu udara maksimum bisa mencapai 31.5ºC dan suhu minimum mencapai 21.40ºC dengan rata
– rata suhu mencapai 26.20ºC. Berdasarkan data kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis
kelamin, Kecamatan dan Puskesmas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah di tahun 2010 tercatat penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah di
Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat 3.405 orang penderita Malaria dan penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah terdapat 480 orang penderita malaria.
Pada tahun 2011, tercatat penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah terdapat 12.038 orang dan penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah 11.742 orang.
Pada tahun 2012,tercatat penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah 9.264 dan penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah 324 orang. Dilihat dari data
kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas dari dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tercatat 333 malaria
yang positif. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabaupaten Tapanuli Tengah, Kecamatan
Pandan terjadi penurunan API Annual Parasite Incedence dari 1,040 per 1000
Universitas Sumatera Utara
penduduk di tahun 2012 dan 0,192 per 1000 penduduk di tahun 2013. Kecamatan Pandan merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi. Dengan luas
hanya 36,31 km²,Kecamatan Pandan memiliki jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 25.961 jiwa.
Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu daerah endemis malaria dibandingkan dengan kecamatan lain yang berada di kabupaten
tapanuli tengah. Berdasarkan letak geografis nya, kecamatan pandan Kabupaten Tapanuli Tengah berada dekat dengan daerah pantai dan sebagian daerah kecamatan
Pandan masih terdapat daerah rawa. karena kondisi lingkungan tersebut kecamatan pandan sangat berpotensi sebagai tempat perindukan dan perkembangbiakan nyamuk
Anopheles spp. Selain itu, perilaku masyarakat yang sering berada di luar rumah khususnya pada malam hari yang dapat mempermudah penularan penyakit malaria.
Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 6 wilayah cakupan yaitu Pandan, Sibuluan Raya, Lubuk Tukko, Sibuluan Indah, Sibuluan Nauli dan Aek
Tolang. Pandan adalah salah satu wilayah cakupan Puskesmas Pandan yang memiliki penderita malaria terbanyak dibandingkan dengan wilayah cakupan puskesmas
Pandan yang lainnya. Dilihat dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan jenis kelamin tahun 2012 penderita malaria klinis sebanyak 81 orang dari
5.963 jiwa dan pada tahun 2013 penderita malaria klinis sebanyak 133 orang dari 5.963 jiwa dan dilihat dari letak geografis nya, Pandan berada dekat daerah rawa dan
pantai. Peningkatan kasus malaria juga berkaitan kondisi lingkungan sekitar rumah
yang mendukung perindukan nyamuk yaitu ada tidaknya tempat perindukan dan
Universitas Sumatera Utara
persinggahan nyamuk disekitar rumah Wahyuningtyas, 2011. Berdasarkan hasil penelitian Pamela 2009 menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
keberadaan langit-langit, kerapatan dinding, keberadaan parit atau selokan dengan kejadian malaria.
Upaya pengendalian penyakit malaria di pandan sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah akan tetapi angka penderita penyakit malaria masih ada. Dengan
demikian berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah