Klasifikasi Nyamuk Anopheles Spesies Nyamuk Anopheles

f. Kepadatan nyamuk. Umur nyamuk serta pertumbuhan gametosit didalam perutnya, dipengaruhi suhu. Suhu lingkungan yang dianggap kondusif berkisar antara 25 - 30ºC dan kelembaban 60 – 80 Bruce Chwatt, 1985 dalam susanna, 2005. Kalau populasi nyamuk terlalu banyak, sedangkan ketersediaan pakan misalnya populasi binatang atau manusia disekitar tidak ada, maka kepadatan nyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu sendiri. Sebaliknya bila pada suatu wilayah cukup padat, maka akan meningkatkan kapasitas vektorial yakni kemungkinan tertular akan lebih besar. g. Lingkungan. Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor – faktor tersebut antara lain, lingkungan fisik, seperti suhu udara. Suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi ekstrinsik, makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ektrinsik, yakni fase pertumbuhan sporogoni dalam perut nyamuk.

2.7. Klasifikasi, Spesies dan Perilaku Nyamuk Anopheles

2.7.1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles

Jenis Anopheles di Indonesia lebih dari 90 macam. Dari sekian jenis, hanya beberapa yang mempunyai potensi untuk menularkan malaria. Vektor utama yang telah diketahui di Indonesia antara lain: An. aconitus, An. kochi, An. sundaicus, An. barbirostris, An. philipinensis, An. tselatus, An. schueffneri, An. punctulatus, An. farauti, An. minimus, An. balabacensis, An. indefinus, An. ramsayi, An. umbrosus, Universitas Sumatera Utara An. leucopshyrus, An. hyracanus group, An. annularis, An. punctulatus, An. letifer, An. maculatus, An. subpictus, An. vagus, An. farauti Dewi Susanna,2011. Adapun Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut: Phylum : Arthropoda Classis : Hexapoda Insecta Sub Classis : Pterigota Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sub Famili : Anophellinae Genus : Anopheles Ada 90 jenis Nyamuk Anopheles spp di Indonesia, beberapa diantaranya sebagai penular malaria Depkes RI, 2003.

2.7.2. Spesies Nyamuk Anopheles

a. Anopheles aconitus An. aconitus merupakan salah satu vektor utama di daerah Sumatera dan Pulau Jawa. Spesies ini memiliki karakteristik menggigit antar pukul 18.00 hingga 22.00. Habitat spesies ini pada umumnya di persawahan yang berteras, dengan aliran air lambat. Pada umumnya nyamuk ini lebih tertarik kepada ternak ketimbang manusia. Bila ada ternak dalam rumah merupakan salah satu daya tarik, namum dapat saja secara berganti – ganti menggigit manusia maupun ternaknya. Universitas Sumatera Utara Tempat perindukan utama An. aconitus adalah sawah berteras dan saluran irigasi. Selain itu tempat perindukan nyamuk ini juga dapat diketemukan di tepi sungai dengan aliran perlahan atau kolam yang bersifat agak alkalis. Ada hubungan antara umur padi dengan densitas nyamuk yakni ketika tanaman padi berumur antara 3 hingga empat minggu. Dengan pola tanaman yang tidak teratur sepanjang tahun, maka potensi penularan bisa terjadi sepanjang tahun. b. Anopheles balabacensis Spesies ini merupakan spesies yang antropofilik, lebih menyukai darah manusia ketimbang darah binatang. Nyamuk ini juga memiliki kebiasaan menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar jam 04 pagi. Spesies ini memiliki habitat asli di hutan – hutan, berkembang biak di genangan – genangan air tawar. Pada siang hari sulit menjumpai nyamuk ini dalam rumah. Mereka lebih menyukai hutan – hutan atau semak disekitar pekarangan rumah. c. Anopheles barbirostris Seperti halnya An. balabacensis nyamuk ini menggigit antara pukul 23.00 hingga 05.00 pagi, dan setelah mengigit hinggap di kebun kopi, pohon nanas, habitatnya di rawa- rawa, kolam darat, dan irigasi. Spesies ini di pulau Sumatera dan Pulau Jawa jarang di jumpai menggigit orang, namum di Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur banyak yang tertarik menghisap darah orang. d. Anopheles sundaicus Nyamuk ini merupakan salah satu spesies utama dalam penularan malaria di Pulau Jawa. Nyamuk ini bersifat antropofilik, memilih tempat istirahat di gantungan Universitas Sumatera Utara baju, di rumah – rumah, meski kadang- kadang dijumpai pula di luar rumah. Spesies ini termasuk memiliki daya jelajah terbang cukup jauh, yakni 3 km. Nyamuk ini memiliki habitat air payau, ekosistem pantai, jemtik berkumpul di tempat yang tertutup oleh tanaman, dan pada lumut yang mendapat sinar matahari langsung. Bekas galian pasir, muara sungai kecil yang tertutup pasir, tambak yang tidak dikelola, atau ditinggalkan oleh pemiliknya merupakan tempat sangat ideal untuk perkembangbiakan An. sundaicus. An. sundaicus aktif menggigit antara pukul 22.00 hingga 01.00 dan lebih banyak menggigit orang di luar rumah dari pada didalam rumah. Namun demikian banyak pula yang masuk kedalam rumah, menggigit dan beristirahat di dalam rumah. Perilaku istirahat nyamuk bervariasi antara wilayah di Indonesia, sehingga diperlukan data dasar berupa pengamatan bionomik nyamuk untuk setiap wilayah. e. Anopheles subpictus An. subpictus lebih menyukai darah ternak ketimbang darah manusia. Nyamuk ini aktif sepanjang malam, dan beristirahat di dinding rumah. Jentik nyamuk ini sering dijumpai bersama jentik An. sundaicus, namun lebih toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati tawar. f. Anopheles maculatus An. maculatus lebih menyukai darah binatang ternak, memiliki kebiasaan menggigit antara pukul 23.00 hingga 03.00 pagi. Spesies ini juga lebih suka menggigit orang di luar rumah, serta istirahat di luar atau di kebun – kebun kopi, rumpun tanama ditebing yang curam, berkembangbiak di pegunungan, atau di sungai Universitas Sumatera Utara – sungai kecil, air jernih, dan mata air yang langsung kena sinar matahari. Pada musim kemarau biasanya kepadatan tinggi, namun musim hujan menurun karena tempat perkembang biakan terkena aliran sungai deras akibat hujan Achmadi, 2008 .

2.7.3. Perilaku nyamuk Anopheles Bionomik Nyamuk

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANA RARA KECAMATAN LOLI KABUPATEN SUMBA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR.

0 2 7

FAKTOR PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA ipi41444

0 0 13

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 1 15

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 7

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 39

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 2 4

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 42

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 10

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 1