Faktor yang Mempengaruhi Malaria

akibat keluarnya cairan yang berlebihan, penderita akan merasa sangat lelah dan lemah Harijanto,2009.

2.8.1. Penularan Malaria

Melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif. Sebagian besar spesies menggigit pada senja hari dan menjelang malam, beberapa faktor utama mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang fajar. Dalam tubuh orang yang terkena infeksi, sporosit memasuki sel-sel hati dan membentuk stadium yang disebut skison eksoeritrositer. Sel-sel hati tersebut pecah dan parasite aseksual Merosit jaringan memasuki aliran darah, berkembang membentuk siklus eritrositer. Umumnya perubahan dari troposit menjadi skison yang matang dalam darah memerlukan waktu 48-72 jam, sebelum melepaskan 8-30 merosit eritrositik tergantung spesies untuk menyerang eritrosit-eritroit lain. Malaria juga dapat ditularkan melauli injeksi atau transfusi darah dari orang-orang yang terinjeksi atau bila menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi seperti pada pengguna narkoba. Penularan kongenital jarang sekali terjadi tetapi bayi lahir mati dari ibu-ibu yang terinjeksi seringkali terjadi J,Firdaus,2013.

2.9. Faktor yang Mempengaruhi Malaria dan Pencegahan Malaria

2.9.1. Faktor yang Mempengaruhi Malaria

1 Faktor lingkungan Environment Menurut Mukono 2000, bahwa lingkungan adalah sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan environment adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Universitas Sumatera Utara Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya distribusi, prevalensi dan insidensi penyakit malaria di suatu wilayah tertentu, mencakup kondisi lingkungan fisik, biologis, kimia dan sosial ekonomi penduduk. 2 Lingkungan fisik Termasuk dalam lingkungan fisik, yaitu: a suhu udara; b kelembaban udara; c curah huja; d angin; e sinar matahari; dan f arus air atau kecepatan aliran. Suhu udara sangat mempengaruhi lamanya daur proses sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik, yaitu mulai siapnya gametosit oleh nyamuk vektor sampai kepada terjadinya dan siapnya sporozoit di bagian mulut nyamuk vektor tersebut. Suhu udara yang optimal untuk perkembangan nyamuk berkisar antara 20º - 30º C. Pada suhu udara kurang dari 16º C parasit di dalam tubuh nyamuk tidak bisa berkembang sedangkan nyamuk adalah 25 – 27ºC dan pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu udara kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC. Kelembaban udara menentukan rentang umur nyamuk kelembaban udara yang optimal bagi perkembangan nyamuk minimal 60. Suhu udara yang lebih dari 35ºC dan kelembaban udara kurang dari 50 dapat memperpendek umur nyamuk secara drastis, sehingga memperkecil kesempatan parasit malaria untuk menyelesaikan masa inkubasi estrinsiknya. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan mengigit, istirahat dan lain- lain dari nyamuk. 3 Curah hujan Curah hujan mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan stadia akuatik nyamuk untuk menjadi dewasa, besar kecilnya pengaruh bergantung Universitas Sumatera Utara kepada jenis, derasnya hujan, jumlah hari hujan, jenis nyamuk dan tipe tempat perindukannya. Hujan yang diselingi oleh panas, besar peluangnya untuk meningkatakan perkembangbiakan nyamuk Anopheles. 4 Sinar matahari Sinar matahari sedikit banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan larva nyamuk vektor. Sebagia contoh An. sundaicus menyukai tempat yang teduh, tetapi An. hyracanus menyukai tempat terbuka, sedangkan larva An. barbirostris dapat hidup baik dengan tempat yang teduh maupun yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung An. balabacensis menyukai tempat yang teduh di hutan untuk beristirahat dan berlindung dari sinar matahari yang menyinari langsung. 5 Arus air Arus air di tempat perindukan ikut pula menentukan kesukaan jenis nyamuk vektor untuk bersarang, yang juga menentukan pertumbuhan dan perkembangan stadia akuatik nyamuk contoh: An. barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya tenang atau sedikit mengalir. 6 Lingkungan biologis Lingkungan biologis meliputi berbagai biota berupa tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan berbagai tumbuhan air lainnya. Biota tersebut dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena mereka memberikan perlindungan baginya dari sianr matahari atau dari sergapan berbgai musuh alaminya, seperti ikan pemangsa jentik. Larva An. sundaicus, berkembang dengan baik di tambak ikan atau udang di sepanjang pantai cilacap yang banyak tumbuhan ganggang nya tidak terawat. Bagi nyamuk dewasa tumbuhan sangat penting untuk memperoleh mikro limat yang cocok Universitas Sumatera Utara dan enak serta bisa berlindung dari ancaman-ancaman musuh alaminya, misalnya An. balabacencis di ketahui lebih banyak bertengger dibawah pohon salak di daerah pedalaman banjar negara. Kondisi lingkungan fisik kimiawi dan biologis suatu wilayah tertentu, ditentukan oleh lokasi geografisnya daerah tropis atau subtropis dan tingkat ketinggian atau elevasi tempat tersebut dari permukaan laut. Dengan mengenali lingkungan, akan dapat ditentukan spesies nyamuk vektor malarianya. Misalnya An. sundaicus di laguna daerah pantai, An. aconitus di daerah persawahan yang berteras di dataran rendah sampai ketinggian 1200 m, sedangkan An. maculatus terdapat di daerah pegunungan. 7 Lingkungan kimia Lingkungan kimiawi diketahui sangat besar pengaruhnya pada populasi vektor. Hal ini disebabkan oleh spesies nyamuk anopheles spp, dapat berbeda beda dalam hal lingkungan kimiawi. Air yang digunakan sebagi tempat perindukan, misalnya An. sundaicus umumnya hanya bertempat perindukan di lagun tepi pantai yang airnya bergaram atau payau. Kadar garam yang optimal yang diperlukan oleh nyamuk ini sekitar 12 – 18 An. aconitus bertempat perindukan di air tawar, disawah. An. letifer dapat bertahan hidup dilingkungan air tawar yang asam pH rendah. Universitas Sumatera Utara Larva nyamuk Anopheles spp, umumnya menyenangi habitat air yang jernih, kaya dengan kandungan oksigen. Pencemaran air yang mengurai kandungan oksigennya akan mengurangi populasi larva Anopheles spp. 8 Lingungan sosial ekonomi Lingkungan sosial ekonomi pendudk yang terkait dengan malaria antara lain: pendidikan, pekerjaan, kepadatan, konstruksi rumah, sanitasi, lingkungan, gizi, serta sikap dan perilaku penduduk terhadap berbagai upaya kesehatn. 9 Perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam penanggulangan malaria Kebiasaan adalah suatu tindakan yang diulang- ulang dan kadang tanpa disadari oleh orang masyarakat yang melakukannya. Kebiasaan masyarakat yang erat hubungannya dengan penularan dan pencegahan antar lain meliputi: kebiasaan tidur diluar kamar atau diluar rumah, tidak memakai kelambu sewaktu tidur, kebiasaan kerja dikebun pekerja dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari. Faktor yang cukup penting adalah pola pandangan reseptif disuatu daerah terhadap malaria. Apabila malaria dianggap sebagi suatu kebutuhan demand untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secar spontan. 10 Kontruksi rumah Kontruksi dengan dinding yang tidak tertutup rapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit malaria di dalam rumah. 11 Bionomik vektor Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga jenis tempat untuk kelangsungan hidupnya yaitu tempat untuk istirahat resting site, tempat untuk berkembang biak breeding ecology dan tempat untuk mencari darah feeding habit. Ketiga tempat ini Universitas Sumatera Utara merupakan suatu sistem, yang satu dengan yang lainnya saling terkait untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Ada dua macam perilaku untuk istirahat, yaitu istirahat sebenarnya, yaitu selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu sebelum dan sesudah mencari darah. Perilaku mencari darah umumnya dilakukan pada malam hari bisa dilakukan di luar rumah atau di dalam rumah, terhadap darah hewan atau darah manusia. 12 Bionomik nyamuk vektor malaria Pengetahuan bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan pengendalian vektor malaria bionomik adalah bagian dari biologi sering disebut dengan auteccology yang menerangkan hubungan antara spesies tertentu dengan lingkungan. Pengetahuan bionomik nyamuk tersebut meliputi stadia aquatic pradewasa telur, larva, pupa dan stadium dewasa. Hal ini meliputi tempat dan waktu nyamuk meletakkan telurnya oviposition, faktor-faktor tempat perkembangan larva, dan perkawinan mating, perilaku menggigit bitting behaviour, jarak terbang fight range dan perilaku istirahat resting habit nyamuk dalam hubungannya dengan iklim yang mempengaruhi reaksi nyamuk dengan lingkungannya. 13 Bionomik stadium nyamuk vektor malaria pradewasa Pada siklus kehidupannya, nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria membutuhkan permukaan air untuk meletakkan telurnya, permukaan air yang dibutuhkan adalah permukaan air yang tergenang. Didaerah yang tidak terdapat air yang tergenang air mengalir deras biasanya bebas dari Anopheles. WHO 1991, mengelompokkan tempat perindukan nyamuk menjadi 11 kelompok besar yaitu: Danau, Rawa, Kobakan, Sawah, Mata air, Genangan air yang terlindung, Universitas Sumatera Utara Sungaiirigasi, Selokan, Kontainer alami, Konteiner buatan, Lain-lain tempat perindukan sesuai lokasinya Yudhastuti, 2011

2.9.2. Pencegahan Malaria

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANA RARA KECAMATAN LOLI KABUPATEN SUMBA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR.

0 2 7

FAKTOR PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA ipi41444

0 0 13

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 1 15

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 7

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 39

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 2 4

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 42

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 10

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 1