Berbeda dengan penelitian diatas bahwa rumah responden di DesaKelurahan Pandan hampir seluruh rumah responden tidak memakai kawat kasa dan banyak
masyarakat tidak mengetahui kawat kasa. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kawat kasa tidak ada hubungannya dengan kejadian malaria ini memungkin karena
walaupun rumah masyrakat tidak memiliki kawat kasa bukan berarti beresiko terjadinya malaria karena ada beberapa faktor yaitu meskipun nyamuk masuk
kedalam rumah jika nyamuk yang masuk tersebut tidak mengandung Plasmodium dalam tubuhnya ini tidak akan mengakibatkan terjadinya malaria.
5.4.6. Langit-langit
Langit-langit memiliki nilai p sebesar 0.022 p0.05. Artinya langit-langit berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka
diperoleh sebesar 0.241. Ini berarti bahwa rumah responden yang tidak memiliki langit-langit berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 0.241 kali lebih besar
dibandingkan rumah responden yang memiliki langit-langit. Berdasarkan hasil penelitian Harmendo 2008 hasil penelitian bahwa ada
hubungan antara kondisi langit-langit dengan kejadian malaria p 0,05, dengan OR =4,7. Ini berarti orang yang tinggal di rumah yang tidak ada langitlangit mempunyai
risiko 4,7 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang tinggal di rumah yang ada langit-langit. Keberadaan langit-langit pada rumah merupakan faktor
protektif terhadap terjadinya malaria, hal ini dapat dilihat dari rentangan nilai 95 Cl yang tidak melewati angka satu.
5.4.7. Dinding Berlubang
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian dinding berlubang memiliki nilai p sebesar 0.451 p0.05 ini artinya tidak ada hubungan dinding berlubang dengan kejadian malaria.
Berbeda dengan penelitian Harmendo 2008 hasil penelitian analisa bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kerapatan dinding
rumah dengan kejadian malaria p 0,05, dengan OR = 5,1. Hal ini bearti orang yang tinggal di rumah dengan kategori diding tidak rapat mempunyai risiko terkena
malaria 5,1 kali lebih besar dari orang yang mempunyai rumah dengan kategori dinding rapat.
Berbeda dengan penelitian diatas penelitian ini tidak adanya hubungan dinding yang berlubang dengan kejadian kejadian malaria ini disebabkan ada beberapa faktor
yaitu: nyamuk Anophles masuk kedalam rumah tidak selalu melewati dinding yang berlubang dan nyamuk tersebut tidak mengandung Plasmodium dalam tubuhnya
sehingga tidak menjadi faktor penular malaria
5.4.8. Baju Bergantungan
Baju bergantungan memiliki nilai p sebesar 0.039 p0.05. Artinya baju bergantungan berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari
nilai OR maka diperoleh sebesar 4.960. Ini berarti bahwa rumah responden yang memiliki baju bergantungan di rumahnya berpotensi untuk menimbulkan penyakit
malaria 4.960 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang tidak memiliki baju bergantungan.
Berdasarkan hasil penelitian Semuel 2006 hasil analisis bivariat antara variabel kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian malaria diperoleh nilai p =
0,002 ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna. Nilai OR sebesar 16,923
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah mempunyai risiko terkena penyakit malaria sebesar 16,923 kali lebih besar
dari pada orang yang tidak memiliki kebiasaan menggantug pakaian di dalam rumah. Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit malaria. Dimana ada nyamuk yang suka di tempat redup dan juga baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding
untuk beristirahat. Menurut Selly enia banyak orang diserang penyakit malaria karena pakaian
–pakaian yang digantung di dalam rumah, sebab nyamuk suka hinggap disitu. Sehingga apabila di dalam rumah terdapat pakaian yang digantung akan menambah
risiko gigitan nyamuk.
5.4.9. Kandang Ternak