Menurut Depkes RI 2003 bahwa tindakan yang dilakukan responden yaitu tidur pada malam hari , agar menggunakan kelambu,tidak keluar rumah pada malam
hari, memasang kawat kasa pada jendela rumah dan penggunaan obat nyam ukrepellent.
5.3. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Malaria
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk PSN, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah, seperti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Menguras bak mandi
atau tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum binatang peliharaan seperti:
burung, ayam dan sebagainya seminggu sekali, Menutup rapat tempat penampungan air, Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya,
Menyediakan jamban keluarga, sumur air yang bersih dan sebagain
ya.
5.3.1. Genangan Air di Sekitar Rumah
Genangan air memiliki nilai p sebesar 0.001 p0.05. Artinya genangan air berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka
diperoleh sebesar 7.429. Ini berarti bahwa rumah responden yang memiliki genangan air berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 7.429 kali lebih besar
dibandingkan rumah responden yang tidak memiliki genangan air. Genangan air ini sangat tergantung dari kondisi tanahbebatuan karang disekitar
rumah responden. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan di mana sebagian besar genangan air disebabkan oleh konstruksi tanah karangbebatuan yang
Universitas Sumatera Utara
berlubang disekitar rumah responden sehingga sangat potensial menampung air pada saat hujan, juga bekas penggalian pasir yang dilakukan oleh masyarakat disekitar
daerah rumah ini dapat Menyebabkan kepadatan nyamuk Anopheles cenderung stabil bahkan meningkat.
Berdasarkan penelitian Harmendo 2008. Hasil analisa bivariat diketahui ada hubungan antara genangan air dengan kejadian malaria p 0,05, dengan OR = 3,1.
Hal ini berarti orang yang sekitar rumahnya terdapat air yang tergenang dijumpai jentik nyamuk mempunyai risiko terkena malaria 3,1 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang yang disekitar rumahnya tidak dijumpai air tergenang.
5.3.2. ParitSelokan
Hasil penelitian paritselokan memiliki nilai p sebesar 0.322 p0.05 ini artinya tidak ada hubungan paritselokan dengan kejadian malaria.
Berbeda dengan penelitian hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih, 2009 di Pangkalbalam Pangkalpinang, menunjukkan bahwa dari 68 responden
positif malaria yang diteliti terdapat 72,1 rumah responden yang terdapat paritgot dan 27,9 rumah responden yang tidak terdapat paritgot dan hasil penelitian
menunjukkanada hubungan antara parit terhadap kejadian malaria, dengan nilai p = 0,002. Selain itu penelitian lainnya juga dilakukan oleh Hayani 2011 di Desa
Jeranglah Kecamatan Kayu Kunyit Kabupaten Bengkulu Selatan yang mendapatkan adanya hubungan antara parit dengan kejadian malaria dimana nilai p 0,05.
Berbeda dengan penelitian diatas bahwa kondisi lingkungan rumah di DesaKelurahan Pandan lebih banyak yang memiliki paritselokan dibandingkan yang
tidak memiliki paritselokan tetapi hanya sebagian rumah saja yang terdapat jentik
Universitas Sumatera Utara
diparitselokan rumah responden. Ini sebabnya walau pun masyarakat mempunyai parit selokan dirumah tetapi tidak terdapat jentik di parit selokan tersebut ini tidak
bisa menjadi faktor penyebab malaria karena tidak terdapat nya tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp di paritselokan tersebut. apabila terdapat
paritselokan yang tersumbat dan kotor maka dikatakan rumah tersebut memiliki kondisi lingkungan yang buruk dan sebaliknya.
5.3.3. Rawa-Rawa