Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

(1)

93

LAMPIRAN I

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Keadaan Rumah Responden

Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai


(2)

94

Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden

Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar Rumah


(3)

95

Gambar 5. Keadaan Semak-semak di Samping Rumah

Gambar 6. Keadaan Langit-langit Rumah Responden


(4)

96

Gambar 7. Terdapat Dinding Berlubang

Gambar 8. Tambak Ikan lele yang Tidak Terawat


(5)

97

Gambar 9. Baju Yang Bergantungan

Gambar 10. Keadaan Saat Melakukan Penelitian


(6)

98

LAMPIRAN 2

KUISIONER PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

2. Pengetahuan

1. Menurut anda apakah penyakit malaria itu? Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk (2)

b. Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa yang disebut Plasmodium (3) c. Penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue (1)

2. Apa penyebab penyakit malaria? a. nyamuk (2)

b. Parasit (3) c. Kuman (1)

3. apa yang berperan dalam penularan penyakit malaria? a. Nyamuk (3)

b. Lalat (2) c. Tikus (1)

4. Cara penularan penyakit malaria?

a. Melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty (2) b. Melalui gigitan nyamuk Anopheles (3)


(7)

99

c. Melalui makanan (1)

5. Dimana tempat sarang nyamuk malaria? a. Air mengalir (1)

b. Air selokan (2) c. Air genangan (3)

6. Apa gejala penyakit malaria?

a. Demam tinggi, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual dan muntah (3) b. Demam tinggi dan bintik merah pada kulit (1)

c. Demam tinggi dan menggigil (2)

7. Bagaimana cara mencegah gigitan nyamuk? a. Memakai kelambu (3)

b. Menggunakan anti nyamuk bakar (1) c. Menggunakan anti nyamuk oles (2) 8. Tempat nyamuk malaria suka hinggap? a. Di bak mandi (1)

b. Di baju yang bergantungan (3) c. Air tergenang (2)

9. Kapan nyamuk malaria aktif menggigit? a. Malam hari (3)

b. Pagi hari (1) c. Sore hari (2)

10. Menurut Anda, jenis ikan pemakan jentik nyamuk? a. Ikan kepala timah dan guppy (3)


(8)

100

b. Ikan mas (1) c. Ikan nila (2)

11. Menurut Saudara/i, apa yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria? a. Perilaku manusia seperti suka keluar malam, suka menggantungkan baju (2) b. Lingkungan yang kotor (1)

c. Nyamuk, lingkungan dan perilaku manusia (3)

12. Menurut Saudara/i, lingkungan yang bagaimana yang disukai nyamuk malaria? a. Lingkungan yang banyak rawa-rawa (3)

b. Parit / selokan yang mengalir (2)

c. Lingkungan yang banyak genagan air yang bersih (1) 13. Apakah Saudara mengetahui upaya penanggulangan malaria?

a. Tahu (3) b. Tidak tahu (1)

14. Jika tahu, apa yang harus dilakukan untuk penanggulangan malaria? a. Tidak keluar pada malam hari dan memakai kelambu saat tidur (3) b. Tidak tidur di luar kamar (2)

c. Pembersihan lingkungan sekitar melalui kegiatan jumat bersih (1)

15. Menurut Saudara/i, apa kegiatan yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk penyakit malaria?

(Jawaban boleh dari satu) a. Penemuan penderita suspek malaria (3) b. Pengobatan (2)

c. Penyediaan kelambu (3)


(9)

101

16. Menurut Saudara/i, apakah malaria bisa dicegah? a. Ya (3)

b. Tidak (1)

17. Jika ya, apa saja program pencegahannya? a. Memakai kawat kasa, memakai kelambu (3) b. Memakai obat nyamuk (2)

c. Melakukan fooging (1)

18. Apakah penyakit malaria bisa disembuhkan? a. Ya (3)

b. Tidak (1)

19. Jika ya, bagaimana menurut saudara cara penyembuhannya? a. Membiarkan penyakitnya tanpa pengobatan khusus (1)

b. Minum obat secara teratur (2)

c. Minum obat dan memelihara kesehatan diri serta lingkungan (3)

20. Menurut Saudara/i, dimanakah penderita malaria bisa memperoleh pengobatan? a. Di posyandu (1)

b. Di Puskesmas/Puskesmas Pembantu (2)


(10)

102

3. Sikap

Keterangan :

S : Setuju TS : Tidak Setuju

Pertanyaan

Menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk penularan penyakit malaria.

Apabila ada salah satu anggota keluarga mengalami menggigil dan kedinginan sebaiknya dibawa ke fasilitas kesehatan.

Penyakit malaria dapat dicegah dengan menjaga kebersihan rumah sekitar

Melakukan pencegahan penyakit malaria lebih baik daripada mengobati

Adanya genangan air di sekitar rumah dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit malaria Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan malaria dari tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas

Penderita malaria pada keluarga disebabkan tidak menutup jendela pada sore-malam hari

Melakukan penyemprotan apabila di lingkungan tempat tinggal sudah ada malaria

Menghilangkan jentik nyamuk dengan penyemprotan adalah salah satu pencegahan penyakit malaria

Ikut serta dalam penyuluhan tentang penyakit malaria dapat menambah pengetahuan


(11)

103

tentang pencegahan malaria

Adanya penderita malaria di keluarga disebabkan tidur tidak memakai kelambu atau tidak memakai obat anti nyamuk.

Pembuatan kawat kasa, penerangan kamar dan kain yang bergantungan di kamar tidak ada hubungannya dengan kejadian malaria

Jika memiliki kolam ikan/tambak sebaiknya dijaga agar air tetap mengalir atau diberikan ikan pemakan jentik nyamuk. Kandang ternak sebaiknya diletakkan disekitar rumah asalkan terjaga kebersiihannya

Karena urusan lingkungan sudah ada yang mengelolanya yaitu kepling dan kelurahan maka kami tidak perlu sibuk membersihkan lingkungan

Penyakit malaria bukan merupakan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan. Obat malaria bisa didapatkan di

warung-warung.

Petugas kesehatan sebaiknya berkunjung ke masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang malaria dan pencegahannya.

Masyarakat harus peduli dengan penyakit malaria dan melakukan pembersihan lingkungan

Penyakit malaria bisa disembuhkan dengan minum obat yang teratur

5. Tindakan

1. Kegiatan pencegahan apa saja yang pernah Saudara/i lakukan untuk mencegah penyakit malaria?

a. Pembersihan lingkungan melalui kegiatan gotong royong (1) b. Menjaga kebersihan diri dan ikut serta kegiatan gotong royong (1)


(12)

104

c. Membersihkan rumah dan pekarangan sendiri (1)

2. Apakah yang saudara/i lakukan jika di sekitar rumah Saudara/i terdapat air yang tergenang?

a. melakukan pembersihan pekarangan rumah (2) b. membiarkan air yang tergenang(1)

c. menimbun air yang tergenang dengan tanah (3)

3. Apakah yang saudara lakukan jika ingin keluar pada malam hari? a. Memakai baju yang tertutup (2)

b. Memakai obat anti nyamuk lotion (3) c. keluar tanpa memakai alat pelindung diri (1)

4. Jika di sekitar rumah saudara/i terdapat jentik nyamuk apa yang akan saudara/i lakukan?

a. Penyemprotan jentik nyamuk (2) b. Pembersihan lingkungan (3)

c. Lainnya, sebutkan________________ (1)

5. Apa yang saudara/i lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk a. Menanam tanaman penghusir nyamuk (2)

b.Memakai reppelent (3) c. Tidak keluar rumah (1)

6. Apakah cara lain yang Saudara/i gunakan untuk menghindari gigitan nyamuk selain menggunakan anti nyamuk?

a. Kawat kasa (2) b. Kelambu (3)


(13)

105

c. Anti nyamuk bakar (1)

7. Jika saudara/i bertempat tinggal di tempat yang beresiko malaria apa yang saudara lakukan untuk mencegah penyakit malaria?

a. Selalu membersihkan perkarang rumah (2) b. menghilangkan tempat perindukan nyamuk (3) c.mempelajari gejala-gejala malaria (1)

8. Bagaimana tindakan petugas kesehatan dalam menanggulangi penyakit malaria? a. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit malaria (3)

b. Memberikan penjelasan tentang penyakit malaria saja di kegiatan posyandu (2) c. Tidak ada peran sama sekali (1)

9. jika terdapat anggota keluarga yang menderita malria apa yang saudara/i lakukan?

a. membawa ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan darah pada penderita (3) b. memberikan obat (2)

c. melaporkan pada petugas klinik malaria (1)

10. Jika ada anggota keluarga saudara/i terkena malaria, apa yang anda lakukan pertama kali?

a. membawa ke petugas klinik malaria (3) b. memberikan obat malaria(2)

c. menyuruh anggota keluarga yang terkena malaria istirahat yang cukup (1)

11. Apa yang dilakukan oleh penderita malaria setelah sembuh dari penyakit malaria?


(14)

106

a. Ikut serta dalam upaya penanggulangan dan pencegahan malaria (3) b. Kembali seperti sebelum menderita malaria (1)

c. Menjaga agar tidak digigit nyamuk (2)

12. Apa yang saudara/i lakukan untuk menghindari nyamuk masuk kedalam rumah? a. menyemprot rumah (2)

b. memasang kawat kasa (3)

c. mengunci jendela rumah pada sore hari (1)

13. Apa yang saudara/i lakukan untuk mengindari tempat beristirahat nyamuk? a. menyemprot rumah (2)

b. memberikan pencahayaan cukup di dalam rumah (1) c. tidak menggantung kan pakaian (3)

14. kemana saudara membawa anggota keluarga jika ada yang terkena malaria? a. Puskesmas (2)

b. Rumah sakit (3)

c. Pengobatan alternatif/ dukun (1)

15. Jika ada penyuluhan tentang penyakit malaria dari petugas kesehatan apa yang akan ada lakukan?

a. Tidak menghiraukan himbauan itu (1)

b. pergi, dan mendengarkan penyuluhan malaria (2)

c. pergi, medengarkan serta melakukan cara- cara pencegahan malaria dari penyuluh malaria (3)

16. Setelah sembuh dari penyakit malaria apa usaha saudara/i untuk menghindarinya? a. tidak keluar rumah pada malam hari (3)


(15)

107

b. istirahat yang cukup (1) c. memakai kelambu (2)

17.jika ingin keluar rumah apa yang saudara/i lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk

a. memakai anti nyamuk oles (2) b. memakai baju lengan panjang (3)

c. pergi tanpa memakai baju lengan panjang (1)

18. apa yang saudara/i lakukan jika air parit/selokan rumah saudara/i tersumbat? a. menguras parit/ selokan (3)

b. menunngu sampai parit/selokan surut (1) c. memanggil petugas pembersihan selokan (2)

19. apa yang saudara/i lakukan untuk memberantas penyakit malaria? a. melakukan penyemprotan (2)

b. melakukan pengobatan pada penderita (1) c. melakukan pemberantasan sarang nyamuk (3)

20. jika saudara/i menggunakan tempat penampungan sehari-hari apa yang saudara/i lakukan?

a. tidak menutup tempat penampungan air(2) b. menutup tempat penampungan air (3)


(16)

108

LAMPIRAN 2

LEMBAR KEGIATAN OBSERVASI

No rumah :

Nama Responden :

Alamat :

Umur :

FAKTOR LINGKUNGAN

I Lingkungan Luar Rumah Ada Tidak

1 Genangan air 2 Parit atau Selokan

3 Rawa-rawa

4 Semak – semak

II Lingkungan Dalam Rumah

1 Kawat kasa ventilasi memenuhi syarat 14-16 per inci (2,5 cm) 2 Langit – langit / plafon rumah

Jenis langit-langit/plafon rumah 3 Dinding rumah terdapat lubang 4 Ada baju bergantungan

5 Ada kandang ternak Jenis ternak

Jarak kandang dari rumah


(17)

109


(18)

110


(19)

111


(20)

112


(21)

113


(22)

114


(23)

115


(24)

116


(25)

117


(26)

118


(27)

119


(28)

120


(29)

121


(30)

122


(31)

123


(32)

124


(33)

125


(34)

126


(35)

127


(36)

128


(37)

129


(38)

130


(39)

131


(40)

132


(41)

133


(42)

134


(43)

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. 2012.Faktor Perilaku Kesehatan Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria. Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=41444&val=3594&title= pada tanggal 30 April 2014

Achmadi, F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta

Afrisal. 2011. Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011. Skripsi. Universitas Andalas Padang

Akhsin. 2009. Faktor-faktor resiko Malaria di Desa Sigeblok Kecamatan

Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Tesis. Universitas Diponegoro

Anies. 2005. Manajemen Berbasis Lingkungan (Solusi mencegah dan menanggulangi Penyakit menular). PT. Elex Media Komputindo: Jakarta

Arsin. 2012. Malaria Di Indonesia (Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masa Gena Press: Makassar

Budiyanto. 2011. Faktor Resiko Yang Berhubungan Terhadap Kejadian Malaria Di Daerah Endemisdi Kabupaten Otu (Jurnal Pembangunan Manusia Vol 5 No 2). Diakses dari http://balitbangnovda.sumselprov.go.id Pada tanggal 20 September 2014

Depkes RI. 2003. Model Manajemen Program Pemberantasan Malaria. Ditjen PDM PLP: Jakarta

. 2003. Model Promosi Gebrak Malaria. Ditjen PDM PLP: Jakarta Erlan., Ningsih., Puryadi. 2008. Perilaku Kesehatan Masyrakat Kaitannya Dengan

Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Kasimbar Kabupaten Parigi Mautong Sulawesi Tengah. Jurnal Vektor Penyakit

Febriyani. 2012. Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon (Skripsi). Makassar, FKM Unhas

Firdaus. 2013.Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. CV. Trans Info Media: Jakarta

Harijanto. 2009. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi 2. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Harmendo. 2008. Faktor Resiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailat Kabupaten Bangka (Skripsi).

Husin. 2001. Analisis Faktor RisikoKejadian Malariadi Puskesmas Suka Merindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu (Tesis). Semarang. Universitas Diponegoro


(44)

90

Ircham. 2008. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Penerbit Fitra Maya: Yogyakarta

Jeppry. 2008. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku penduduk Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Asmat (Tesis). Semarang, Universitas Diponegoro

Kholis. 2002. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah dengan Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2010. Tesis. Jakarta, Universitas Indonesia

Kusdwiratri. 2010. Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Penerbit PT. Alumni: Bandung

Loka Litbang P2B2. 2006. Laporan Hasil Survey Entomologi Pasca Tsunami di Pesisir Pantai Selatan Kabupaten Ciamis. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI: Pangandaran

Misnadiarly. 2014. Mikrobiologi Untuk Klinik dan Laboratorium. Rineka Cipta: Jakarta

Mukono, H,J. 2002. Epidemiologi Lingkungan. University Press: Surabaya Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta:

Jakarta

. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta: Jakarta

.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta Pamela, A.A., 2009. Hubungan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah

dengan kejadian malaria di desa ketosari kecamatan bener kabupaten purworejo. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta

Prasetyo, H. 2004.Atlas Berwarna Protozoologi Kedokteran.Airlangga University Press: Surabaya

Pusdatin. 2003. Malaria dan Kemiskinan. Jurnal Dan informasi Kesehatan No 3. Depkes RI: Jakarta

Putro, G. 2004. Faktor Resiko Kejadian Malaria di Puskesmas Selat III Kabupaten Kapuas (Bulletin Penelitian Sistim Kesehatan Nasional)


(45)

91

Ruliyansyah. 2006. Morfologi dan Bionomik Nyamuk Anopheles Spp. Loka Litbang P2B2. Badan Loka Litbang Depkes RI: Ciamis

Santjaka, A. 2013. Malaria Pendekatan Model Kausalitas. Nuha Medika: Yogyakarta

Sembel, T. 2009. Epidemiologi Kedokteran. C.V. Andi Offset: Yogyakarta Semuel. 2006. Faktor Resiko Malaria di Puskesmas Bosnik Kecamatan Biak

Timur. Skripsi. Semarang. Undip

Soedarto. 1995.Protozoologi Kedokteran. Widya Medika: Jakarta

. 2003. Zoonosis Kedokteran. Airlangga University Press: Surabaya

.2008. Parasitologi Klinik.Airlangga University Press: Surabaya Soemirat, J. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta

Sunarsih, E. Nurjazuli, Sulisyiani. 2009. Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Berkaitan dengan Kejadian Malaria di Pangkalbalam Pangkalpinang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.

Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 1998. Parasitologi Kedokteran.

Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Sunaryo. 2001. Binomik Vektor Malaria di Kabupaten Banjar Negara. SLPU

Banjar Negara. Diakses dari:

http://adin.lib.unair.ac.id/go.php?=jiptunair-gdl Pada tanggal 20 September 2014

Susanna, Dewi. 2011. Entomologi Kesehatan. Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta

Wahyuningtyas, M., 2011. Hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas ayah 1 kabupaten kebumen.

http://eprints.undip.ac.id/32763/1/4156.pdf. diakses pada Kamis 12 Juni 2014

Widagdo. 2011.Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak.CV. Sagung Seto: Jakarta

Yatim, F. 2007. Macam – macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Pustaka Obor Populer: Jakarta


(46)

92

Yohanis. 2006. Pengetahuan, Tindakan dan Persepsi Masyarakat tentang Kejadian Malaria dalam Kaitannya dengan Kondisi Lingkungan (Jurnal Kesehatan Lingkungan): Sumba Barat

Yudhastuti, R. 2011.Pengendalian Vektor dan Rodent. Pustaka Melati: Surabaya Zulkoni, A. 2010. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Muha Medika:

Yogyakarta


(47)

54

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat Analitik dengan desain penelitian case control yaitu untuk mengetahui Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan dimana peneliti membandingkan derajat keterpaparan antara yang menderita penyakit malaria (kasus) dan yang tidak menderita penyakit malaria (kontrol).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah:

1. Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu daerah endemis malaria termasuk Kelurahan/Desa Pandan karena dilihat dari letak geografis daerahnya Kelurahan Pandan terletak dekat pantai dan terdapat rawa-rawa di daerah tersebut yang mendukung berkembangbiaknya vektor malaria.

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang perilaku dan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian malaria di Kelurahan Pandan Kecamatan Pandan Tahun 2014.

3. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013 Kelurahan Pandan memiliki penderita malaria klinis sebanyak 133 orang dari jumlah penduduk 5.963 jiwa


(48)

55

3..2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Kasus

Seluruh penderita malaria di Pandan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah yang tercatat pada tahun 2013 yaitu sebesar 133 orang dari 5.963 Jiwa.

3.3.2. Populasi Kontrol

Seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Pandan yang tidak menderita malaria yang disesuaikan dengan matching umur dari tetangga yang menderita penyakit malaria.

3.3.3. Sampel Kasus

Menurut Sopiyudin dan Dahlan (2006) rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan desain kasus kontrol yaitu:

N1=N2=

Dimana:

Kesalahan tipe I: 5%, hipotesis satu arah, �α = 1,64 Kesalahan tipe II: 20%, maka Z = 0,84

P2 = proporsi pajanan pada kelompok kasus sebesar 0,3 (Depkes RI,2010) Q2 = 1 – 0,3 = 0,7

P1 – P2 = selisih proporsi pajanan yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,2


(49)

56

P1 = P2 + 0,3 = 0,3 + 0,3 = 0,6 Q1 = 1 . P1 = 1 – 0,6 = 0,4 P = (P1+P2)/2 = 0,45 Q = 1 – P = 1 – 0,45 = 0,55

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah keluarga yang ada di Desa/Kelurahan Pandan sebanyak 5963, maka besar sampel kasus yang akan diteliti adalah:

N1=N2=

=

=

= 32,7678 ≈ 33 responden

Dengan menggunakan rumus tersebut jumlah sampel kasus yang akan diteliti adalah minimal 32, maka dalam penelitian ini jumlah sampel kasus yang diambil adalah sebanyak 33 orang penderita malaria di pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun dalam hal ini, responden yang diwawancarai adalah Kepala Keluarga di rumah tersebut. Sehingga meskipun penderita adalah anak-anak dibawah umur 10 tahun, wawancara tetap dapat dilakukan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive berdasarkan penderita malaria terbaru di Puskesmas Pandan (data yang diambil adalah data tahun 2012-2014).

3.3.4. Sampel Kontrol


(50)

57

Jumlah sampel kontrol disamakan dengan sampel kasus yaitu sejumlah 33 orang sama seperti sampel kontrol, dengan kriteria kelompok umur yang juga harus sama dengan kriteria kelompok umur dari penderita malaria. Responden yang diwawancarai juga adalah Kepala Keluarga atau anggota keluarga sama seperti sampel kasus. Kemudian, sampel kontrol dicari dari tetangga penderita yang rumahnya berdekatan dengan penderita malaria, tetapi tidak mempunyai riwayat malaria dan tidak memiliki keluhan seperti yang diderita penderita malaria. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive yakni dengan memilih tetangga terdekat dengan rumah sampel kasus yang tidak memiliki riwayat Malaria.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Systematic Random Sampling. Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling. Caranya adalah membagi jumlah anggota atau populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Sampel dibuat dengan daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya sebagai interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut. Adapun teknik pengambilan sampel Systemic Random Sampling dalam penelitian ini adalah:

Dimana:

I N


(51)

58

N populasi

n Sampel I Intervalnya

Maka interval sampel nya adalah: I N : n 133 :33

= 4,03 ≈ 4

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah setiap kelipatan dari 4 dari daftar nama orang yang menderita malaria di Puskesmas pandan Kabupaten tapanuli Tengah.

Kriteria dalam pemilihan sampel pada penelitian ini terdiri dari: 1. Kriteria Inklusi

a. Kriteria Kasus merupakan tercatat sebagai malaria klinis berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2013. Kriteria yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikut sertakan ke dalam penelitian sebagai kelompok kasus dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Seluruh masyarakat yang menderita malaria berdasarkan data dari Pusekesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

2. Bertempat tinggal tetap di Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah 3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian


(52)

59

b. Kriteria kontrol merupakan responden yang terkena malaria di Pandan. Keadaan yang menyebabkan subjek diikutsertakan dalam penelitian sebagai kelompok kontrol dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Masyarakat yang tidak menderita penyakit malaria berdasarkan diagnosis petugas klinik malaria.

2. Bertempat tinggal di kelurahan Pandan kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.

3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Kriteria Eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang tidak dapat diikutsertakan ke dalam penelitian, kriteria eksklusi dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Menderita malaria tetapi tidak didiagnosis oleh petugas kesehatan klinik malaria Kabupaten Tapanuli Tengah

3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dengan melakukan wawancara dan observasi yaitu melakukan kunjungan kerumah responden dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Pandan tentang penyakit Malaria dan cara pengendaliannya serta melakukan pengamatan terhadap masyarakat dan kondisi lingkungan rumah.


(53)

60

3.5.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tentang angka kejadian Malaria berdasarkan umur dan jenis kelamin serta demografi Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014.

3.6. Defenisi Operasional

1. Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp adalah tempat dimana nyamuk meletakkan telurnya/larva seperti: genangan air, rawa-rawa dan kolam.

2. Tempat beristirahat nyamuk Anopheles spp adalah tempat beristirahat nyamuk Anopheles selama menunggu perkembangan telurnya. Seperti: baju yang bergantungan dan kolong tempat tidur.

3. Kandang ternak adalah Adanya ternak seperti : sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk Anopheles spp pada nyamuk pada manusia apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.

4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang penyakit malaria,cara penularan malaria,vektor malaria dan pencegahan penyakit malaria.

5. Sikap adalah tanggapan atau respon tentang penyakit malaria.

6. Tindakan adalah aksi yang dilakukan responden dengan nyata tentang penyakit malaria, cara penanggulangan dan pengobatan malaria

7. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa yang biasa disebut plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp.


(54)

61

3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden. Kuesioner dibacakan kepada responden tanpa menunjukkan jawaban. Jawaban responden disesuaikan dengan jawaban kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perhitungan skor berdasarkan jumlah jawaban responden yang sama dengan jawaban kuesioner. Adapun perhitungan skor pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Skor 1 : Jika jawaban benar yang dijawab oleh responden

b. Skor 2: jika jawaban mendekati benar yang dijawab oleh responden c. Skor 3: Jika jawaban salah yang di jawab oleh responden

Untuk penilaian tingkat pengetahuan responden maka digunakan 20 pertanyaan kuesioner dengan total nilai maksimal 60. Berdasarkan skala Guttman, pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan baik jika nilai skor responden ≥ 75% dengan rentang (45-60)

2) Tingkat pengetahuan kurang baik jika nilai skor responden ≤ 75 % dengan rentang ( )

3.7.2. Sikap


(55)

62

Perhitungan skor berdasarkan jumlah jawaban responden yang sama dengan jawaban kuesioner. Adapun perhitungan skor sikap adalah sebagai berikut :

a. Skor 1 : jika jawaban setuju pada pernyataan sikap responden di kuesioner

b. Skor 0 :jika jawaban tidak setuju pada pernyataan sikap responden di kuesioner

Berdasarkan total nilai diperoleh dari 20 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 60. Berdasarkan skala Guttman, sikap responden dikategorikan sebagai berikut:

1) Sikap Baik jika nilai responden ≥ 75% dengan rentang (45 – 60) 2) Sikap kurang baik jika nilai skor responden ≤ 75% dengan rentang

( )

3.7.3. Tindakan

Perhitungan skor berdasarkan jumlah jawaban responden yang sama dengan jawaban kuesioner. Adapun perhitungan skor sikap adalah sebagai berikut :

a. Skor 1 : Jika jawaban benar yang dijawab oleh responden

b. Skor 2: jika jawaban mendekati benar yang dijawab oleh responden c. Skor 3: Jika jawaban salah yang di jawab oleh responden

Berdasarkan total nilai diperoleh dari 20 pertanyaan, maka nilai maksimal adalah 20. Berdasarkan skala Guttman tindakan responden dikategorikan sebagai berikut :

1.Tindakan Baik jika nilai skor responden ≥ 75% dengan rentang (45 – 60)


(56)

63

2.Tindakan Kurang baik jika nilai responden ≤ 75%dengan rentang 3.7.4. Kondisi Lingkungan

Adapun variabel yang dilakukan pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Genangan air

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu:

a. Ada, jika ditemukan genangan air di rumah responden. b. Tidak ada, tidak ditemukan genangan air di rumah responden. 2. Parit atau selokan

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi 2 kategori:

a. Ada, ditemukan parit atau selokan dan jentik nyamuk Anopheles spp di rumah responden.

b. Tidak ada, tidak ditemukan parit atau selokan di rumah responden. 4 . Rawa-rawa

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi 2 kategori:

a. Ada, ditemukan rawa- rawa dan jentik nyamuk Anopheles spp.

b. Tidak ada, tidak ditemukan rawa-rawa dan jentik nyamuk Anopheles spp.

5 . Semak-semak


(57)

64

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung(observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi 2 kategori:

a. Ada, ditemukan semak-semak sebagai tempar istirtahat nyamuk di rumah responden

b. Tidak ada, tidak ditemukan semak-semak di rumah responden. 6 . Kawat kasa

Cara pengukuran dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu:

a. Ada, jika ditemukan terpasangnya kawat kasa pada ventilasi rumah responden

b. Tidak ada, jika tidak terpasang kawat kasa pada ventilasi rumah responden.

7 . Dinding rumah

Cara pengukuran dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi 2 kategori:

a. Rapat, jika tidak terdapat lubang mm pada rumah responden b. Tidak rapat, jika terdapat lubang mm pada rumah responden. 8 . Langit-langit rumah

Cara pengukuran dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan 2 kategori:


(58)

65

a. Ada, jika ditemukan terpasangnya langit-langit pada rumah responden. b. Tidak ada jika tidak ditemukan terpasangnya langit-langit pada rumah responden.

9. Kandang Ternak

a. Ada, jika ditemukan kandang ternak pada rumah responden

b. Tidak ada, Jika tidak ditemukan kandang ternak pada rumah responden

3.8. Tehnik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer dan dianalisa secara analitik lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (univariat) dan data kondisi lingkungan rumah dilakukan dengan observasi (Pengamatan) dan hasil nya akan dideskripsikan, kemudian dilanjutkan dengan analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan rumah dengan kejadin malaria dengan tingkat kepercayaan 95%.


(59)

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 Km². Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah 2.194,98 km² dan mempunyai penduduk sebanyak 318.908 jiwa dengan kepadatan penduduk 145,29 jiwa/km². Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai 20 Kecamatan dan 178 Kelurahan.

4.1.2. Kelurahan Pandan

4.1.2.1. Data Demografi Kelurahan Pandan

Pandan berada di Pantai Barat Sumatera dengan ketinggian antara 0-800 m diatas permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan sarudik, sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan badiri, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Tukka, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Pandan merupakan salah satu Desa/Kelurahan di kecamatan Pandan dengan luas wilayah 1,88 km². Penyebaran penduduk tahun 2011 terpusat di Kelurahan pandan menunjukkan sebanyak 3509,04 jiwa yang memiliki luas 1,88 km², maka jumlah penduduk adalah 6597 penduduk per kilometer persegi (km²). Desa/Kelurahan Pandan memiliki 1 fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas pandan yang memiliki 6 wilayah cakupan yaitu: Pandan, Sibuluan Raya, Lubuk Tukko, Sibuluan Indah, Sibuluan Nauli dan Aek Tolang. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kelurahan


(60)

67

Pandan dari Bulan Januari-Desember 2013 terdapat penderita malaria klinis sebanyak 133 penderita dari jumlah penduduk 5963 jiwa.

4.1.2.2. Gambaran Kasus Malaria di Kelurahan Pandan

Adapun penderita Malaria Klinis di Kelurahan Pandan ini adalah sebanyak 133 penderita terhitung dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2014. Jumlah penderita malaria klinis ini diambil dari data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Pandan. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 33 sampel Kasus dan 33 sampel Kontrol. Oleh karena itu, sampel Kasus yang dipilih dengan metode teknik pengambilan sampel systematic random sampling yakni dengan melihat daftar pasien yang berobat di puskesmas pandan.

4.2 Hasil Analisis Univariat

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Malaria

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Keadaan Malaria

Variabel Frekuensi Persentase

Status Keadaan Malaria

-Kasus 33 50.0

-Kontrol 33 50.0

Total 66 100.0

Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa distribusi responden berdasarkan status keadaan malaria diketahui responden dengan kasus malaria sebanyak 50.0% dan responden yang tidak mengalami malaria sebesar 50.0%. Hal ini mengikuti persyaratan penelitian dengan desain case control.


(61)

68

4.2.2 Karakteristik Responden

Tabel 4.2 Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

o.

Karakteristik Penduduk

Kontrol (%) Kasus % .

Jenis Kelamin Penduduk

a. Laki-laki 23 34.8 23 34.8

b. Perempuan 10 15.2 10 15.2

Jumlah 33 50.0 33 50.0

.

Usia Penduduk

12-19 tahun 21 31.8 21 31.8

20-27 tahun 5 7.6 5 7.6

28-35 tahun 4 6.1 4 6.1

36-43 tahun 3 4.5 3 4.5

Jumlah 33 50.0 33 50.0

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin dan umur responden di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah responden laki-laki, yaitu sebanyak 34.8% baik pada kasus maupun kontrol. Distribusi umur responden paling banyak berada pada rentang umur 12-19 tahun, yaitu sebanyak 31.8% baik pada kasus maupun kontrol.

4.2.3 Pengetahuan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit Malaria di Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014


(62)

69

Variabel Frekuensi Persentase

Pengetahuan

- Baik 38 57.6

- Kurang 28 42.4

Total 66 100.0

Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014 diketahui bahwa pengetahuan responden terhadap penyakit malaria yang paling dominan adalah responden dengan pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 57.6% responden. Sementara itu responden dengan pengetahuan buruk sebanyak 42.4%

4.2.4 Sikap Responden

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Penyakit Malaria di Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tahun 2014

Variabel Frekuensi Persentase

Sikap

- Baik 4 6.1

- Kurang 62 93.9

Total 66 100.0

Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014 diketahui bahwa sikap yang dimiliki responden terhadap penyakit malaria yang paling dominan adalah responden dengan sikap yang kurang baik, yaitu sebanyak 93.9% responden. Sementara itu responden dengan sikap yang baik sebanyak 6.1%

4.2.5 Tindakan Responden

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Penyakit Malaria di Desa Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014


(63)

70

Variabel Frekuensi Persentase

Tindakan

- Baik 39 59.1

- Kurang 27 40.0

Total 66 100.0

Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014 diketahui bahwa tindakan yang dimiliki responden terhadap penyakit malaria yang paling dominan adalah responden dengan tindakan yang baik, yaitu sebanyak 59.1% responden. Sementara responden dengan tindakan kurang baik sebanyak 40.9%

4.2.6 Kondisi Lingkungan Responden

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kondisi Lingkungan Rumah Responden di Desa Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

o

Variabel Frekuensi Persentase

2 3 4

Genangan air

-Tidak ada 29 43.9

-Ada 37 56.1

Total 66 100.0

Parit/Selokan

-Tidak ada 11 16.7

-Ada 55 83.3

Total 66 100.0

Rawa-rawa

-Tidak ada 18 27.3

-Ada 48 72.7

Total 66 100.0

Semak-semak

-Tidak ada 16 24.2

-Ada 50 75.8

Total 66 100.0

Kawat kasa

-Tidak ada 64 97.0


(64)

71

-Ada 2 3.0

Total 66 100.0

Langit-langit

-Tidak ada 50 75.8

-Ada 16 24.2

Total 66 100.0

Dinding Berlubang

-Tidak ada 8 12.1

-Ada 58 87.9

Total 66 100.0

Baju bergantung

-Tidak ada 10 15.2

-Ada 56 84.8

Total 66 100.0

Kandang ternak

-Tidak ada 32 48.5

-Ada 34 51.5

Total 66 100.0

Hasil penelitian kondisi lingkungan di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014. Rumah yang memiliki genangan air sebanyak 56.1% dan rumah yang tidak memiliki genangan air sebanyak 43.9%. Kemudian rumah yang memiliki parit/selokan sebanyak 83.3% dan rumah yang tidak memiliki parti/selokan sebanyak 16.7%. selanjutnya rumah yang memiliki rawa sebanyak 72.7% dan rumah yang tidak memiliki rawa 27.3%. Kemudian rumah penduduk yang memiliki semak-semak ada sebanyak 75.8% dan rumah yang tidak memiliki semak-semak sebanyak 24.2%. Selanjutnya rumah dilihat dari aspek kawat kasa paling dominan adalah rumah penduduk yang tidak memiliki kawat kasa sebanyak 97.0% dan rumah yang memakai kawat kasa sebanyak 3.0%. Kemudian dilihat dari aspek langit-langit rumah, maka hasil penelitian diketahui paling dominan adalah rumah yang tidak memiliki langit-langit rumah, yaitu sebanyak 75.8% sementara itu yang memiliki langit-langit rumah sebanyak 24.2%. Selanjutnya dari


(65)

72

hasil penelitian diketahui bahwa rumah penduduk yang memiliki lubang pada dindingnya sebanyak 87.9% dan rumah penduduk tanpa dinding berlubang sebanyak 12.1%. Kemudian rumah responden yang terlihat memiliki baju bergantung sebanyak 84.8% sementara itu rumah responden bebas dari baju bergantungan sebanyak 15.2%. terakhir adalah rumah yang memiliki kandang ternak sebanyak 51.5% sementara itu rumah responden yang tidak memiliki kandang ternak sebanyak 48.5%.

4.3 Hasil Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria di Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

Hasil penelitian di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014. Diketahui bahwa penduduk yang tidak mengalami penyakit malaria dengan pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 65.8% penduduk. Sementara itu penduduk dengan pengetahuan kurang yang dan mengalami kejadian malaria, yaitu sebanyak 71.4%.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria diketahui bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah 0.003 (p<0.05), ini artinya ada perbedaan status keadaan malaria antara responden berpengetahuan baik dengan responden berpengetahuan kurang. Nilai OR sebesar 4.808, artinya responden


(66)

73

berpengetahuan baik mempunyai peluang 4.808 kali untuk tidak terkena penyakit malaria dibandingkan responden berpengetahuan kurang.

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria

Tabel 4.8 Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria di Desa Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

Hasil penelitian di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014. Diketahui bahwa penduduk yang mengalami penyakit malaria dengan sikap yang baik, yaitu sebanyak 100% dari total 4 penduduk dengan sikap baik. Sementara itu penduduk yang tidak mengalami penyakit malaria dengan sikap kurang, yaitu sebanyak 53.2%.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hubungan sikap dengan kejadian malaria diketahui bahwa nilai p yang diperoleh adalah 0.039 (p<0.05), ini artinya ada hubungan yang signifikan antara status penyakit malaria dengan sikap responden. Besar hubungan itu dilihat dari OR senilai 2.138 artinya, responden dengan sikap yang kurang berpotensi untuk terkena malaria sebesar 2.138 kali lebih besar dibandingkan responden dengan sikap yang baik.

4.3.3Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria

Tabel 4.9 Hubungan Status Penyakit Malaria dengan Tindakan Responden di Desa Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014


(67)

74

Hasil penelitian di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014. Diketahui bahwa responden dengan tindakan yang kurang yang mengalami malaria sebesar 70.4% sedangkan responden dengan tindakan yang baik dan tidak mengalami malaria sebesar 64.1%.

Dari hasil penelitian juga diperoleh nilai p sebesar 0.006 (p<0.05), dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kejadian malaria antara responden dengan tindakan yang baik dibandingkan dengan responden dengan tindakan yang kurang. Dan diketahui nilai OR sebesar 4.241, hal ini berarti responden dengan tindakan kurang berpotensi terkena penyakit malaria sebesar 4.241 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan tindakan yang baik.


(68)

75

4.3.4. Hubungan Keadaan Lingkungan dengan Kejadian Malaria

Tabel 4.10 Hubungan Keadaan Lingkungan Dengan Kejadian Malaria di Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014


(69)

76

Hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa dari 9 variabel aspek keadaan lingkungan yang telah dianalisis berdasarkan status keadaan responden maka ada 3 variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian malaria di Kecamatan Pandan Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014 ini, yaitu genangan air, langit-langit dan baju bergantungan.

Genangan air memiliki nilai p sebesar 0.001 (p<0.05). Artinya genangan air berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka diperoleh sebesar 7.429. Ini berarti bahwa rumah responden yang memiliki genangan air berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 7.429 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang tidak memiliki genangan air.

Langit-langit memiliki nilai p sebesar 0.022 (p<0.05). Artinya langit-langit berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka diperoleh sebesar 0.241. Ini berarti bahwa rumah responden yang tidak memiliki langit-langit berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 0.241 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang memiliki langit-langit.

Baju bergantungan memiliki nilai p sebesar 0.039 (p<0.05). Artinya baju bergantungan berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka diperoleh sebesar 4.960. Ini berarti bahwa rumah responden yang memiliki baju bergantungan di rumahnya berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 4.960 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang tidak memiliki baju bergantungan.


(70)

77

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Kejadian Malaria

Hasil analisis terhadap hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria diketahui bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah 0.003 (p<0.05), ini artinya ada hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria. Nilai OR sebesar 4.808, artinya responden berpengetahuan baik mempunyai peluang 4.808 kali untuk tidak terkena penyakit malaria dibandingkan responden berpengetahuan kurang.

Berdasarkan penelitian Afrisal (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian

malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarusan. Orang dengan pengetahuan rendah

mempunyai risiko 9,636 kali lebih besar untuk menderita malaria dibanding dengan orang pengetahuan tinggi

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto (2011) bahwa tingkat pengetahuan masyarakat berhubungan dengan kejadian malaria. Responden pada kelompok kasus mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai penyakit malaria dari pada responden pada kelompok kontrol dimana sebagian besar responden telah mengetahui mengenai penyakit malaria.

5.2. Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria

Hasil analisis terhadap hubungan sikap dengan kejadian malaria diketahui bahwa nilai p yang diperoleh adalah 0.039 (p<0.05), ini artinya ada hubungan yang signifikan antara status penyakit malaria dengan sikap responden. Besar hubungan itu


(71)

78

dilihat dari OR senilai 2.138 artinya, responden dengan sikap yang kurang berpotensi untuk terkena malaria sebesar 2.138 kali lebih besar dibandingkan responden dengan sikap yang baik.

Berdasarkan penelitian Erlan dkk (2008) bahwa sikap yang buruk sebanyak 21 kasus malaria (67,7%) dan sikap yang baik sebanyak 20 orang kontrol (69%). OR 4,67 CI 95%= 1,57 <OR < 13,87 ini artinya resiko orang terkena malaria dengan sikap buruk 4,67 kali dibandingkan dengan orang yang sikap baik. Sikap berperngaruh secara signifikan dengan kejadian malaria pada masyarakat dengan nilai (p<0,05).

5.3. Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria

Hasil penelitian juga diperoleh nilai p sebesar 0.006 (p<0.05), dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara kejadian malaria antara responden dengan tindakan yang baik dibandingkan dengan responden dengan tindakan yang kurang. Dan diketahui nilai OR sebesar 4.241, hal ini berarti responden dengan tindakan kurang berpotensi terkena penyakit malaria sebesar 4.241 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan tindakan yang baik.

Berdasarkan penelitian Yohanis (2006) hasil penelitian mengenai tindakan tentang lingkungan sosial budaya dan kejadian malaria Setelah dilakukan uji statistik

Chi-square didapatkan bahwa nilai p=0,004 (α=0,05). Hal ini berarti bahwa ada

hubungan yang bermakna antara tindakan tentang lingkungan sosial budaya dengan kejadian malaria. Odds Ratio = 5,700 berarti bahwa risiko terkena malaria pada orang yang tindakannya tentang lingkungan sosial budaya kurang adalah 5,7 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tindakannya tentang lingkungan sosial budaya baik.


(72)

79

Menurut Depkes RI (2003) bahwa tindakan yang dilakukan responden yaitu tidur pada malam hari , agar menggunakan kelambu,tidak keluar rumah pada malam hari, memasang kawat kasa pada jendela rumah dan penggunaan obat nyam uk/repellent.

5.3. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Malaria

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah, seperti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Menguras bak mandi atau tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum binatang peliharaan seperti: burung, ayam dan sebagainya seminggu sekali, Menutup rapat tempat penampungan air, Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya, Menyediakan jamban keluarga, sumur air yang bersih dan sebagainya.

5.3.1. Genangan Air di Sekitar Rumah

Genangan air memiliki nilai p sebesar 0.001 (p<0.05). Artinya genangan air berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka diperoleh sebesar 7.429. Ini berarti bahwa rumah responden yang memiliki genangan air berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 7.429 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang tidak memiliki genangan air.

Genangan air ini sangat tergantung dari kondisi tanah/bebatuan karang disekitar rumah responden. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan di mana sebagian besar genangan air disebabkan oleh konstruksi tanah (karang)/bebatuan yang


(73)

80

berlubang disekitar rumah responden sehingga sangat potensial menampung air pada saat hujan, juga bekas penggalian pasir yang dilakukan oleh masyarakat disekitar daerah rumah ini dapat Menyebabkan kepadatan nyamuk Anopheles cenderung stabil bahkan meningkat.

Berdasarkan penelitian Harmendo (2008). Hasil analisa bivariat diketahui ada hubungan antara genangan air dengan kejadian malaria (p < 0,05), dengan OR = 3,1. Hal ini berarti orang yang sekitar rumahnya terdapat air yang tergenang dijumpai jentik nyamuk mempunyai risiko terkena malaria 3,1 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang disekitar rumahnya tidak dijumpai air tergenang.

5.3.2. Parit/Selokan

Hasil penelitian parit/selokan memiliki nilai p sebesar 0.322 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan parit/selokan dengan kejadian malaria.

Berbeda dengan penelitian hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih, (2009) di Pangkalbalam Pangkalpinang, menunjukkan bahwa dari 68 responden positif malaria yang diteliti terdapat 72,1% rumah responden yang terdapat parit/got dan 27,9% rumah responden yang tidak terdapat parit/got dan hasil penelitian menunjukkanada hubungan antara parit terhadap kejadian malaria, dengan nilai p = 0,002. Selain itu penelitian lainnya juga dilakukan oleh Hayani (2011) di Desa Jeranglah Kecamatan Kayu Kunyit Kabupaten Bengkulu Selatan yang mendapatkan adanya hubungan antara parit dengan kejadian malaria dimana nilai p < 0,05.

Berbeda dengan penelitian diatas bahwa kondisi lingkungan rumah di Desa/Kelurahan Pandan lebih banyak yang memiliki parit/selokan dibandingkan yang tidak memiliki parit/selokan tetapi hanya sebagian rumah saja yang terdapat jentik


(74)

81

diparit/selokan rumah responden. Ini sebabnya walau pun masyarakat mempunyai parit/ selokan dirumah tetapi tidak terdapat jentik di parit/ selokan tersebut ini tidak bisa menjadi faktor penyebab malaria karena tidak terdapat nya tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp di parit/selokan tersebut. apabila terdapat parit/selokan yang tersumbat dan kotor maka dikatakan rumah tersebut memiliki kondisi lingkungan yang buruk dan sebaliknya.

5.3.3. Rawa-Rawa

Hasil penelitian rawa-rawa memiliki nilai p sebesar 0.097 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan rawa-rawa dengan kejadian malaria. Keadaan rawa-rawa sekitar rumah di Desa/Kelurahan Pandan ada yang berada dibelakang rumah dan ada yang berada di samping rumah. Setelah melakukan penelitian dengan observasi rawa-rawa sekitar terlihat banyak nyamuk yang hinggap di rawa-rawa untuk beristirahat dan setelah melakukan wawancara responden sebagian besar merasa terganggu dengan banyak nya nyamuk disekitar rumah.

Berdasarkan hasil penelitian Jepri (2008) diperoleh hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keberadaan rawa-rawa di sekitar rumah dengan kejadian malaria ( p= 1,000, OR: 1,280 , CI 95% = 0,321 – 5,096). Pengaruh tumbuh-tumbuhan air pada nyamuk antara lain adalah : sebagai tempat meletakan telur, tempat berlindung dan mencari makan jentik nyamuk.untuk Desa/Kelurahan Pandan, misalnya dengan karakteristik wilayah yang khas, yaitu daerah rawa yang luas dan dikelilingi oleh hutan bakau dan sagu, diperkirakan An. koliensis dapat hidup dan berkembang disini. Ditambah lagi dengan ketesediaan genangan air, maka


(75)

82

banyak sekali breeding places dan resting places yang dapat dipakai nyamuk untuk menunjang perkembang biakkannya

5.3.4. Semak-semak

Hasil penelitian semak-semak memiliki nilai p sebesar 1,000 (p>0.05) ini artinya ada tidak ada hubungan semak-semak dengan kejadian malaria. Kondisi rumah yang terdapat semak-semak di Desa/Kelurahan Pandan, semak-semak berada di samping rumah dan ada sebagian rumah yang terdapat semak-semak bersampingan dengan rawa-rawa dan semak-semak yang terdapat banyak sampah dan genangan air dimana terdapatnya genangan air bisa sebagi tempat perindukan nyamuk Anopheles. Ini dapat menyebabkan terjadinya malaria. Dan semak-semak di sekitar rumah memegang peranan penting sebagai tempat peristirahatan (resting place) bagi nyamuk pada siang hari.

Berdasarkan penelitian Jeppry (2008) hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keberadaan semak di sekitar rumah dengan kejadian malaria ( p= 1,000, OR:1,280 , CI 95% = 0,321 – 5,096).

5.4.5. Kawat Kasa

Hasil penelitian kawat kasa memiliki nilai p sebesar 0.151 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan kawat kasa dengan kejadian malaria.

Berbeda dengan penelitian Babba (2007). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikans antara pemasangan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian malaria (p=0,001). Kasa yang tidak terpasang pada semua ventilasi di rumah mempunyai risiko terkena malaria sebesar 2,27 kali daripada orang yang memasang kasa pada semua ventilasi di rumahnya. (OR : 2,27; 95% CI : 1,52 – 4,85).


(76)

83

Berbeda dengan penelitian diatas bahwa rumah responden di Desa/Kelurahan Pandan hampir seluruh rumah responden tidak memakai kawat kasa dan banyak masyarakat tidak mengetahui kawat kasa. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kawat kasa tidak ada hubungannya dengan kejadian malaria ini memungkin karena walaupun rumah masyrakat tidak memiliki kawat kasa bukan berarti beresiko terjadinya malaria karena ada beberapa faktor yaitu meskipun nyamuk masuk kedalam rumah jika nyamuk yang masuk tersebut tidak mengandung Plasmodium

dalam tubuhnya ini tidak akan mengakibatkan terjadinya malaria.

5.4.6. Langit-langit

Langit-langit memiliki nilai p sebesar 0.022 (p<0.05). Artinya langit-langit berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka diperoleh sebesar 0.241. Ini berarti bahwa rumah responden yang tidak memiliki langit-langit berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 0.241 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang memiliki langit-langit.

Berdasarkan hasil penelitian Harmendo (2008) hasil penelitian bahwa ada hubungan antara kondisi langit-langit dengan kejadian malaria (p < 0,05), dengan OR =4,7. Ini berarti orang yang tinggal di rumah yang tidak ada langitlangit mempunyai risiko 4,7 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang tinggal di rumah yang ada langit-langit. Keberadaan langit-langit pada rumah merupakan faktor protektif terhadap terjadinya malaria, hal ini dapat dilihat dari rentangan nilai 95% Cl yang tidak melewati angka satu.

5.4.7. Dinding Berlubang


(77)

84

Hasil penelitian dinding berlubang memiliki nilai p sebesar 0.451 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan dinding berlubang dengan kejadian malaria.

Berbeda dengan penelitian Harmendo (2008) hasil penelitian analisa bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kerapatan dinding rumah dengan kejadian malaria (p< 0,05), dengan OR = 5,1. Hal ini bearti orang yang tinggal di rumah dengan kategori diding tidak rapat mempunyai risiko terkena malaria 5,1 kali lebih besar dari orang yang mempunyai rumah dengan kategori dinding rapat.

Berbeda dengan penelitian diatas penelitian ini tidak adanya hubungan dinding yang berlubang dengan kejadian kejadian malaria ini disebabkan ada beberapa faktor yaitu: nyamuk Anophles masuk kedalam rumah tidak selalu melewati dinding yang berlubang dan nyamuk tersebut tidak mengandung Plasmodium dalam tubuhnya sehingga tidak menjadi faktor penular malaria

5.4.8. Baju Bergantungan

Baju bergantungan memiliki nilai p sebesar 0.039 (p<0.05). Artinya baju bergantungan berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria. Dilihat dari nilai OR maka diperoleh sebesar 4.960. Ini berarti bahwa rumah responden yang memiliki baju bergantungan di rumahnya berpotensi untuk menimbulkan penyakit malaria 4.960 kali lebih besar dibandingkan rumah responden yang tidak memiliki baju bergantungan.

Berdasarkan hasil penelitian Semuel (2006) hasil analisis bivariat antara variabel kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian malaria diperoleh nilai p = 0,002 ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna. Nilai OR sebesar 16,923


(78)

85

menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah mempunyai risiko terkena penyakit malaria sebesar 16,923 kali lebih besar dari pada orang yang tidak memiliki kebiasaan menggantug pakaian di dalam rumah.

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit malaria. Dimana ada nyamuk yang suka di tempat redup dan juga baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat. Menurut Selly enia banyak orang diserang penyakit malaria karena pakaian–pakaian yang digantung di dalam rumah, sebab nyamuk suka hinggap disitu. Sehingga apabila di dalam rumah terdapat pakaian yang digantung akan menambah risiko gigitan nyamuk.

5.4.9. Kandang Ternak

Hasil penelitian kandang ternak memiliki nilai p sebesa 1,000 (p>0.05) ini artinya ada tidak hubungan kandang ternak dengan kejadian malaria.

Berdasarkan penelitian Harmendo (2008) hasil penelitian Berdasarkan uji Chi-Square nilai p = 0,67 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria. Dimana hasil OR = 1,3 dengan 95% Cl =0,56-3,02. walaupun faktor keberadaan kandang ternak di sekitar rumah memiliki risiko 1,3 kali menyebabkan malaria tetapi tidak terbukti secara statistik berhubungan dengan kejadian malaria.

Kondisi kandang ternak responden di Desa/ Kelurahan Pandan sebagian besar terletak < 1,5 meter dan kandang ternak tidak tertutup. Kebanyakan responden mempunyai ternak ayam dan kambing. Menurut Kholis (2002) tentang syarat kandang sehat, antara lain: letak kandang sedikitnya 10 m dari rumah tinggal dan


(79)

86

kandang harus mendapat cukup sinar matahari untuk mencegah kelembaban dan timbulnya penyakit. Konstruksi kandang di luar rumah dan dengan konstruksi terbuka dapat memudahkan nyamuk keluar masuk kandang. Hal ini dapat mempengaruhi kontak antara manusia dengan nyamuk. Belum lagi dengan adanya kebiasaan penduduk keluar malam untuk mengawasi ternak juga dapat mempermudah transmisi malaria. Karena ada kemungkinan nyamuk beristirahat di kandang atau dekat kandang di luar rumah.


(80)

87

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil wawancara, observasi serta uji statistik dalam penelitian di Desa/Kelurahan pandan Kabupaten Tapanuli tengah, dapat ditarik kesimpulan :

1. Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 57.6% dan pengetahuan yang kurang baik sebanyak 42.4%. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian malaria dengan nilai signifikan 0,003 (p<0,05).

2. Responden dengan sikap yang baik sebanyak 6,1% responden dengan sikap kurang baik sebanyak 93,9%. Ada hubungan sikap dengan kejadian malaria dengan nilai signifikan 0,039 (p<0.05).

3. Responden dengan tindakan yang baik sebanyak 59,1% dan responden dengan tindakan yang kurang baik sebanyak 40,0%. Ada hubungan tindakan dengan kejadian malaria dengan nilai signifikan 0,006 (p<0.05).

4. Genangan air memiliki nilai p sebesar 0.001 (p<0.05) nilai OR 7.429 ini artinya ada hubungan genangan air dengan kejadian malaria, parit/selokan memiliki nilai p sebesar 0,322 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan parit/selokan dengan kejadian malaria, rawa-rawa memiliki nilai p sebesar 0.097 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan rawa-rawa dengan kejadian malaria, semak-semak memiliki nilai p sebesar 1,000 (p>0.05) ini artinya tidak ada hubungan semak-semak dengan kejadian malaria.

5. Penelitian baju bergantungan memiliki nilai p sebesar 0.039 (p<0.05) nilai OR 4.960 ini artinya ada hubungan baju yang bergantungan dengan kejadian malaria.


(81)

88

6. Kandang ternak memiliki nilai p sebesar 1,000 (p>0.05) artinya tidak ada hubungan kandang ternak dengan kejadian malaria.

6.2.Saran

6.2.1. Bagi Masyarakat

1. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu pembersihan air yang tergenang, rawa-rawa, parit/selokan serta membersihkan vegetasi/ semak semak disekitar rumah yang merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles spp.

2. Ventilasi rumah hendaknya di pasang kawat kasa agar nyamuk tidak dapat masuk kedalam rumah.

3. Membiasakan tidak menggantungkan pakaian didalam rumah. Hendaknya pakaian kotor di keranjang kotor dan pakaian bersih hendaknya di lipat rapi.

4. Karena hampir seluruh rumah tidak terdapat langit-langit dirumah nya agar memakai kelambu saat tidur dan memakai baju yang tertutup / memakai reppelent saat keluar rumah pada malam hari.

5. Sebagai bahan masukan/referensi bagi peneliti selanjutnya

6.2.2. Bagi Instansi Kesehatan

1. Melakukan penyuluhan yang menarik tentang malaria, dengan memakai teknik yang tepat sehingga masyarakat bisa memahaminya.

2. Melakukan kegiatan surveilans malaria secara menyeluruh, baik pemantauan parasit, tempat perindukan dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria.

3. Membuat satu program kebersihan lingkungan untuk memberantas penyakit malaria agar lingkungan tetap terjaga kebersihannya.


(82)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lingkungan

Menurut pendapat G. Melvyn Horve (1980) Pengertian lingkungan berbeda – beda menurut disiplin ilmu yang dipunyai. Menurut ahli cuaca dan iklim lingkungan berarti atmosfer; sedangkan menurut ahli tehnologi lingkungan, maka lingkungan berarti atmosfer dengan ruangannnya. Ahli ekologi berpendapat bahwa lingkungan sama artinya dengan habitat hewan dan tumbuhan.

Agen fisik dam kimia dihasilkan oleh aktifitas manusia dan mempunyai berbagai efek pada kesehatan. Paparan oleh faktor lingkungan mengenai host (induk semang) yang peka atau tebal terhadap paparan dan akan memberikan pula suatu perubahan fungsi atau menyebabkan perubahan prepatologik. Tahap permulaan untuk mengetahui efek agen lingkungan adalah dengan pencatatan mortalitas morbiditas (Mukono,2002).

Melihat besarnya masalah yang dihadapi, untuk menghadapi dan mengantisipasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan sudah dirasa perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang terprogram dan terkoordinasi dengan mendirikan Pusat Nasional Kesehatan Lingkungan (National Center for Enviromental Health) di Indonesia. Dimana kegiatan pusat ini meliputi: (1). Melakukan pemantauan dan pengumpulan data tentang perubahan faktor-faktor lingkungan; (2). Menyusun indikator biologi dan kesehatan yang berkaitan dengan perubahan lingkungan; (3). Melakukan survei penyakit yang berkaitan dengan faktor lingkungan; (4). Melakukan


(83)

16

pengkajian tentang dinamika sosial dan kependudukan yang mempunyai dampak terhadap perubahan lingkungan dan kesehatan. (Kusdwiratri,2010)

Lingkungan merupakan faktor penentu penyebaran penyakit malaria dan insidensi malaria disuatu wilayah tertentu yang meliputi suhu udara yang dapat mempengaruhi lamanya daur proses sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik (Yudhastuti, 2011). Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah, seperti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

(1) Menguras bak mandi atau tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

(2) Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum binatang peliharaan seperti: burung, ayam dan sebagainya seminggu sekali.

(3) Menutup rapat tempat penampungan air.

(4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

(5) Menyediakan jamban keluarga, sumur air yang bersih dan sebagainya (Abdullah, 2012).

2.1.1. Macam Komponen Lingkungan

Macam komponen lingkungan hidup menurut Leopold, adalah:

1. Komponen lingkungan hidup fisik dan kimia adalah lingkungan kimiawi untuk beberapa spesies nyamuk Anopheles yaitu air yang digunakan sebagai


(84)

17

tempat perindukan, misalnya An.aconitus lebih suka pada tempat perindukan air tawar, An.sundaicus hanya bersarang di lagun yang airnya mengandung garam.

2. Komponen lingkungan hidup sosial adalah lingkungan sosial budaya kadang – kadang lebih besar pengaruhnya terhadap penularan penyakit malaria. Faktor sosial meliputi pendidikan,pekerjaan, adat kebiasaan dan budaya setempat seperti kebiasaan berada di luar rumah, tidur di kebun, memungkinkan untuk kontak dengan vektor malaria yang kebetulan bersifat eksopagik. Kebiasaan penduduk dalam hal pemakaian kelambu, pemakaian kawat kasa pada lubang angin sangat berpengaruh terhadap kontak manusia dengan nyamuk. Kondisi politik dan keamanan negara juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program pengendalian malaria.

3. Komponen lingkungan hidup biologi dan hubungan ekologi adalah lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan berbagai tumbuhan air lainnya dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena mereka memberikan perlindungan baginya dari sinar matahari atau sergapan berbagai musuh alaminya. Berbagai jenis ikan pemangsa larva yang ada dalam tempat perindukan nyamuk akan membatasi pertambahan populasi larva nyamuk setempat. Berbagai musuh alamiah lainnya seperti nematoda parasitik, jamur, protozoa, bakteri sampai ke virus tertentu dapat juga berperan sebagai kendala pertambahan kepadatan larva nyamuk. Tumbuhan tertentu di daratan diperlukan nyamuk untuk berlindung dari sinar matahari dan dari pengaruh lingkungan lainnya untuk istirahat. Beberapa predator seperti katak, cecak dapat mengancam kelangsungan hidup nyamuk (Mukono,2011).


(85)

18

Peningkatan kasus malaria juga berkaitan kondisi lingkungan sekitar rumah yang mendukung perindukan nyamuk yaitu ada tidaknya tempat perindukan dan persinggahan nyamuk disekitar rumah (Wahyuningtyas, 2011).

2.2. Pengertian Malaria

Istilah malaria berasal dari bahasa latin yaitu “mal” yang berarti “buruk” dan “aria” yang berarti “udara”. Penyakit malaria adalah suatu penyakit demam yang

disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan nyamuk oleh genus Anopheles. Parasit malaria termasuk genus plasmodium. Pada manusia terdapat 4 spesies: plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae dan plasmodium ovale (staf pengajar bagian parasitologi, FKUI, Jakarta, 1998).

Masa inkubasi dari infeksi P. Falciparum ialah 9-14 hari, P.vivax 12-17 hari ( dapat sampai 6-12 bulan), P. Ovale 16- 18 hari, dan P. Malariae 18-40 hari. Fase prodroma yang berlangsung 2-3 hari ditandai oleh simtom yang berupa nyeri kepala, lelah, anoreksia, nyeri otot, demam ringan, serta sakit dada, perut dan persendian (widagdo,2011).

Macam – macam penyakit malaria:

1. Malaria tropikana, penyebabnya adalah plasmodium falciparum

2. Malaria tersiana, penyebabnya adalah Plasmodium Vivax dan P. Ovale.

3. Malaria kwartana, Penyebabnya adalah Plasmodium malariae

(Zulkoni, 2010).

2.3. Epidemilogi Penyakit Malaria


(86)

19

Epidemiologi penyakit malaria, tidak terlepas dari tiga faktor determinan yang di teliti yaitu inang, agen dan lingkungan. Parasit malaria memiliki keunikan karena parasit itu mempunyai dua macam inang yaitu manusia sebagai inang perantara tempat reproduksi secara aseksual berlangsung, nyamuk Anopheles spp sebagai inang definitif tempat reproduksi secara seksual berlangsung. Faktor yang berkaitan dengan nyamuk sebagi host definitif adalah perilaku nyamuk, yaitu kebiasaan hinggap atau istirahat, bisa didalam rumah atau bisa di luar rumah, dan yang perlu diperhatikan adalah semakin panjang umur nyamuk semakin potensial sebagai penular atau vektor malaria (Yudhastuti,2011).

Sifat malaria dapat berbeda dari satu daerah kedaerah lain, yang banyak tergantung pada beberapa faktor, yaitu: parasit yang terdapat pada pengandung parasit, manusia yang rentan, nyamuk yang dapat menjadi vektor dan lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing.

a. Parasit

Yang penting untuk penularan malaria ialah manusia yang mengandung stadium gametosit, yang dapat membentuk stadium infektif (sporozoit) di dalam nyamuk (vektor). Sifat parasit juga dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, terutama mengenai sensitivitas terhadap berbagai obat anti malaria. Sekarang telah banyak ditemukan P.falciparum yang resisten terhadapat klorokuin. Di Indonesia resistensi ini makin lama makin tersebar dibanyak daerah.

b. Manusia


(87)

20

Keadaan manusia dapat menjadi pengandung gametosit, yang dapat meneruskan daur hidupnya dalam nyamuk, adalah penting sekali. Manusia ada yang rentan (suseptibel), yang dapat ditulari dengan malaria, tapi ada pula yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari dengan malaria. Berbagai bangsa (ras) mempunyai kerentanan yang berbeda-beda (faktor rasial). Pada umumnya pendatang baru ke suatu daerah endemi, lebih suseptibel terhadap malaria dari pada penduduk aslinya.

c. Vektor

Nyamuk anopheles diseluruh dunia meliputi kira- kira 2000 spesies, sedang yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut pengamatan terakhir ditemukan kembali 80 spesies Anopheles, sedang yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 16 spesies dengan tempat perindukannya yang berbeda-beda. Di Jawa dan Bali An. sundaicus dan An. maculatus merupakan vektor sekunder. An. sundaicus dan An. subpictus banyak terdapat didaerah pantai, sedang An. maculatus dan An. nigerrimus, sedang An. sinensis dan An. letifer

merupakan vektor yang kurang penting. d. Lingkungan

Keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan malaria di suatu daerah. Pengaruh iklim penting sekali terhadap ada atau tidaknya malaria. Didaerah yang beriklim dingin, transmisi malaria hanya mungkin terjadi pada musim panas, juga masa inkubasinya dapat terpengaruh oleh iklim. Didaerah yang beriklim dingin, transmisi malaria hanya mungkin terjadi pada musim panas, juga masa inkubasinya dapat terpengaruh oleh iklim. Didaerah yang kurang baik untuk biologi vektornya, kemungkinan adanya malaria adalah lebih kecil.


(88)

21

Daerah pengunungan yang tinggi pada umumnya bebas malaria. Perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan tempat perindukan vektor, sangat berpengaruh terhadap keadaan malaria dan dapat mempunyai dampak yang positif atau negatif terhadap keadaan malaria didaerah itu. Suhu udara, kelembaban dan curah hujan merupakan faktor penting untuk transmisi penyakit malaria (Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI, 1998).

2.4. Morfologi dan Daur Hidup Plasmodium

Adapun morfologi dan daur hidup Plasmodium adalah:

1. Plasmodium vivax

Dengan tusukan nyamuk Anopheles betina sporozoit dimasukkan melaui kulit ke peredaran darah perifer manusia, setelah kira-kira ½ jam sporozoit masuk dalam sel hati dan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit. Skizon hati berukuran 45 mikron dan membentuk kira-kira 10.000 merozoit. Skizon hati ini masih dalam daur praeritrosit atau daur eksoeritrosit primer yang berkembangbiaknya secara aseksual dan disebut skizogoni hati. Hipnozoit tetap istirahat dalam sel hati selama beberapa waktu (sampai kira-kira 3 bulan) sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder.

Merozoit dari skizon hati masuk ke peredaran darah menghinggapi eritrosit dan mulai dengan daur eritrosit untuk pembiakan aseksual (skizogoni darah). Merozoit dari skizon eritrosit tumbuh menjadi tropozoit muda yang berbentuk cincin, besarnya kira-kira 1/3 eritrosit, dengan pulasan giemsa sitoplasma berwarna biru, inti merah, mempunyai vakuol yang besar. Eritrosit yang dihinggapi P.vivax mengalami perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik-titik halus berwarna


(89)

22

merah, yang bentuk dan besarnya sama. Kemudian tropozoit muda menjadi tropozoit stadium lanjut (tropozoit tua) yang sangat aktif sehingga sitoplasma tampak berbentuk ameboid.

Skizon matang dari daur eritrosit mengandung 12 – 18 buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen berkumpul dibagian tengah atau pinggir. Daur eritrosit pada P.vivax berlangsung 48 jam dan terjadi secara sinkron. Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali, sebagian merozoit yang tumbuh menjadi tropozoit dapat membentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi hampir seluruh eritrosit dan masih tampak titik Schüffner disekitarnya. Dalam nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni) yang berlangsung selama 16 hari pada suhu 20ºC dan 8 – 9 hari pada suhu 27ºC. Dibawah 15ºC perkembangbiakan secara seksual tidak mungkin berlangsung. Ookista muda dalam nyamuk mempunyai 30 – 40 butir pigmen berwarna kuning tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas.

2. Plasmodium malariae

Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit P.malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk Anopheles

membuktikan adanya stadium praeritrosit P.malariae. parasit ini dapat hidup pada simpanse yang merupakan hospes reservoar yang potensial. Plasmodium rhodaini

yang hidup pada simpanse sinonim dengan P.malariae pada manusia. Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang, merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai dengan periodisitas 72 jam.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... .. 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Pengertian Lingkungan ... 9

2.1.1 Macam Komponen Lingkungan ... 10

. . Pe gertia Malaria………. ... 12

2.3. Epidemiologi Pe yakit Malaria………... 13

2.4. Morfologi dan Daur Hidup Plasmodium………... 15

2.5. Tanda dan Gejala Malaria ... 22

2.6. Cara Penularan dan Vektor Malaria ... 23

2.6.1. Cara Penularan Malaria ... 23

2.6.2 Vektor Malaria ... 23

2.7. Klasifikasi, Spesies dan Perilaku Nyamuk Anopheles ... 26

2.7.1.Klasifikasi Nyamuk Anopheles ... 26

2.7.2. Spesies Nyamuk Anopheles ... 27

2.7.3. Perilaku Nyamuk Anopheles………... 29

2.8. Pola Demam dan Penularan Malaria ... 31

2.8.1 Penularan Malaria ... 32 2.9. Faktor yang Mempengaruhi Malaria dan Pencegahan Malaria 33


(2)

2.9.1 Faktor yang Mempengaruhi Malaria ... 33

2.9.2. Pencegahan Malaria ... 38

2.10. Konsep Perilaku Kesehatan ... 39

. . Kera gka Ko sep………. ... 47

. . Hipotesa Pe elitia ……… ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1.JenisPenelitian... 47

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 47

3.2.2.Waktu Penelitian ... 48

3.3. Populasi dan Sampel ... 48

3.3.1. Populasi Kasus ... ... ... 48

3.3.2. Populasi Kontrol ... ... . 48

3.3. Sampel Kasus ...…….. .. . 48

3.3.4. Sampel Kontrol………… ...50

3.4. Teknik Pengambilan Sampel... 50

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.5.1 Data Primer ... 52

3.5.2 Data Sekunder ... 53

3.6. Definisi Operasional ... 53

3.7. Aspek Pengukuran ... 54

3.8. Tehnik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN... 58

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

4.1.1. Kabupaten Tapanuli Tengah ... 58

4.1.2. Kelurahan Pandan ... 58

4.1.2.1. Data Demografi Kelurahan Pandan ... 58

4.1.2.2. Gambaran Kasus Malaria di Pandan ... 59

4.2. Analisis Univariat ... 59

4.2.1. Karakteristik Responden ... 60

4.2.2. Pengetahuan Responden... 60

4.2.2.Sikap Responden ... 61

4.2.3. Tindakan Responden ... 61


(3)

4.3. Analisis Bivariat ... 64

4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria .... 64

4.3.2. Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria ... 64

4.3.3. Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria ... 65

4.3.4. Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Kejadian Malaria66 BAB V PEMBAHASAN ... 69

5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria ... 69

5.2. Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria ... 69

5.3. Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria ... 70

5.4. Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Kejadian malaria ... 71

5.4.1. Ge a ga Air……… ... 71

5.4.2. Parit/ Seloka ……… ... 72

5.4.3. Rawa-rawa……… ... 73

5.4.4. Semak-se ak……… ... 74

. . . Kawat Kasa……….. ... 74

5.4.6. Langit-la git………. ... 75

5.4.7. Dindi g Berluba g……… ... 76

5.4.8. Baju Berga tu ga ……… ... 76

5.4.9. Ka da g Ter ak………. ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 87


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014 ... …….60 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit Malaria

di Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014…60 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Penyakit Malaria di

Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun

2014……….61 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dengan Kejadian Malaria di

Desa/Kelurahan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun

2014………..61 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kondisi Lingkungan Rumah Responden dengan

Kejadian Malaria di Desa/Kelurahan Pandan Tahun 2014………..62 Tabel 4.6. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria di Desa/Kelurahan

Pandan Tahun 2014 ... ……..64 Tabel 4.7. Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria di Desa/Kelurahan Pandan

Tahun 2014 ... ……..64 Tabel 4.8 Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria di Desa/Kelurahan Pandan

Tahun 2014 ... …….65 Tabel 4.9. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria di


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 2. Lembar Observasi dan Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik Penelitian Menggunakan Komputer Lampiran 4. Master Data


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANA RARA KECAMATAN LOLI KABUPATEN SUMBA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR.

0 2 7

FAKTOR PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA ipi41444

0 0 13

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 1 15

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 7

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 39

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 2 4

Hubungan Perilaku Masyarakat dan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria Diwilayah Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2014

0 0 42

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 10

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 1