Pengaruh komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh : SITI ATIQOH NIM: 1110070000145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Desember 2014

Siti Atiqoh


(6)

vi

MOTTO

Jemput kebahagiaan dengan tuntaskan

kewajiban

PERSEMBAHAN

Engkau yang selalu lebih dekat dari urat nadiku,

sampaikanlah persembahan ini untuk ibu, abah,

keluarga besar dan untuk mereka yang tak pernah


(7)

vii C) Siti Atiqoh

D) Influence of Effective Communication and Emotional Intelligence on Marital Happiness.

E) xv + 65 page + 11 appendix

F) This study done to see whether there is the influence of effective communication (advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing task) and emotional intelligence (perceiving emotions, using emotions, understanding emotions and managing emotions) of marrital happiness.

This study used a quantitative approach with multiple regression analysis. A total sampel of 400 people who have married and live in Tanah Abang Central Jakarta. The scale used is the result of a modification of the scale of the original artificial Gottman (1999), Canary and Stafford (2002) - Canary and Zelley (in Punyanunt-Carter,2004), Caruso (2005)

The results of research shows that there has been significant influence of the efeective communication (advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing task) and emotional intelligence (perceiving emotions, using emotions, understanding emotions and managing emotions) of married happiness.

The result of the test hypotheses minor show that only variable of five: advice, assurance, openness, sharing task, perceiving emotions and understanding emotions the influence marital happiness.


(8)

viii

Ucapan puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan berbagai karunia nikmat yang tak terhingga dan kasih sayang yang begitu besar sampai detik ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan dari berbagai pihak, baik bersifat materil maupun nonmateril. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi beserta jajarannya atas doa dan dukungannya terhadap semua mahasiswa mahasiswinya.

2. Dra. Diana Mutiah, M.Si atas doa dan bimbingannya, semoga senantiasa Allah berikan kesehatan dan kebahagiaan.

3. Walikota Jakarta Pusat dan Kepala Kecamatan Tanah Abang, yang telah memberikan izin penulis untuk meneliti di wilayah tersebut.

4. Para responden yang sudah bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan data peneliti. Semoga Allah berikan kebahagiaan dan membalas kebaikan responden.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi atas segala bantuan dan ketulusannya membantu mahasiswa menyelesaikan tugas akademik.

6. Ayahanda H. Moh Aqil (alm) dan Ibunda Hj. Sa’adah (almh) atas kasih sayang, kehadiran dan keihklasannya. Kalian adalah orang terhebat yang senantiasa penulis rindukan. Semoga kalian tenang di alam sana.

7. Segenap kelurga besar H. Moh Aqil (Poay, Poyayah, Potatih, Bang Achfasy, Poa, Bang Ade, Pounun, Bang Fahru, Poitim) untuk doa, dukungan, serta kasih sayang yang begitu besar. Kehadiran kalian memantapkan setiap langkah penulis. Doakan penulis semoga menjadi adik yang selalu menyenangkan dan membahagiakan kalian.


(9)

ix

gelak tawa, kesedihan dan kejutan-kejutan istimewanya. Kebersamaan ini telah banyak memberikan warna-warni kehidupan penulis.

10.Aniq, Chintya, Ani. Terimakasih telah mengispirasi banyak hal dan senantiasa memberikan energi positif. Sukses untuk kalian.

11.Kerabat kosan, Riy, Laeli, K’Fitri, K’Ipeh, Pupu, Reza, Yayah, Dhea,

K’Anies, Salwa, Umay, Mimi, Mamay, Rahma. Pertemanan yang terjalin

takkan pernah terhenti sampai disini. Terimakasih Tuhan telah mempertemukanku dengan orang-orang hebat seperti mereka.

12.Keluarga besar Psikologi 2010, Naqyah, Amel, Triani, Rere, Putri, Yunita, Meida, Mely, Dian, Amira, Nashwa, Anjar, Temil, Muja, Dino, Icha, Rahma, Dhila, Izhar, Fadhila dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga kesolidan senantiasa terjaga. Terimakasih telah melengkapi sejarah hidup penulis.

13.Keluarga besar Yagulamah. Motivasi kalian adalah energi terbesar dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga apapun yang menjadi harapan kalian dapat terpenuhi.

14.Keluarga besar An-najm dan Komda Psikologi. Doa kalian menjadi kekuatan penulis untuk tetap bersemangat. Semoga makin kompak.

Jakarta, 30 Desember 2014


(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1-9 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan masalah ... 5

1.2.1. Pembatasan masalah... 5

1.2.2. Perumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan penelitian ... 7

1.3.2. Manfaat penelitian ... 8

1.4. Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2. LANDASAN TEORI ... 10-29 2.1. Kebahagiaan Pernikahan ... 10

2.1.1. Definisi kebahagiaan pernikahan ... 11

2.1.2. Aspek-aspek kebahagiaan pernikahan ... 12

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan ... 13

2.1.4. Skala Pengukuran kebahagiaan pernikahan ... 15

2.2. Komunikasi Efektif ... 16

2.2.1. Definisi komunikasi efektif ... 16

2.2.2. Aspek-aspek komunikasi efektif ... 17

2.2.3. Skala Pengukuran komunikasi efektif ... 19

2.2.4. Pengaruh komunikasi efektif terhadap kebahagiaan ... 20

2.3. Kecerdasan Emosional ... 20

2.3.1. Definisi kecerdasan emosional ... 20

2.3.2. Aspek-aspek kecerdasan emosional ... 21

2.3.3. Skala pengukuran kecerdasan emosional ... 23

2.3.4. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan .. 24

2.4. Kerangka Berpikir ... 25

2.5. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 30-43 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 30


(11)

xi

3.3. Instrumen Penelitian... 32

3.3.1. Teknik pengumpulan data ... 32

3.3.2. Alat ukur penelitian ... 32

3.4. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 34

3.4.1. Uji validitas konstruk kebahagiaan pernikahan ... 34

3.4.2. Uji validitas konstruk komunikasi efektif ... 36

3.4.3. Uji validitas konstruk kecerdasan emosional ... 37

3.5. Teknik Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 44-59 4.1. Gambaran Subjek Penelitian ... 44

4.2. Hasil Analisis Deskriptif ... 44

4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ... 45

4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 51

4.5. Proporsi Varian ... 56

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 60-65 5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Diskusi ... 60

5.3. Saran ... 64

5.4.1. Saran metodologis ... 64

5.4.2. Saran praktis ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Kebahagiaan Pernikahan………. 33

Tabel 3.2 Blueprint Skala Komunikasi Efektif………. 33

Tabel 3.3 Blueprint Skala Kecerdasan Emotional………. 34

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Kebahagiaan Pernikahan…………... 35

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Komunikasi Efektif………... 36

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Penerimaan Emosi……… 37

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Penggunaan Emosi……… 38

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Pemahaman Emosi……… 39

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Pengaturan Emosi………. 39

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif………. 44

Tabel 4.2 Pedoman Interpretasi Skor………. 45

Tabel 4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian……… 46

Tabel 4.4 Model Summary Analisis Regresi………. 51

Tabel 4.5 Tabel ANOVA Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV……….. 52

Tabel 4.6 Koefisien Regresi……….. 53 Tabel 4.7 Proporsi Varians Independent Variable (IV)………


(13)

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Lampiran B Kuesioner Lampiran C Path Diagram


(15)

1

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Menikah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dijalankan oleh seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama secara sah sebagai pasangan suami istri (Fatima & Ajmal, 2012). Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, memberikan definisi pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan menikah, seseorang dapat menjalin suatu hubungan jangka panjang dengan komitmen yang kuat untuk saling memberikan kasih sayang dan perhatian. Pasangan suami istri berharap dapat memperoleh manfaat dari pernikahan yang dijalaninya, seperti ekspresi rasa cinta, rasa syukur dan pengakuan. Pernikahan itu memberikan manfaat baik secara fisik, psikologis maupun sosiologis. Hasil dari penelitian yang menyangkut hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang telah menikah kondisi fisik dan psikologisnya lebih sehat dibandingkan orang yang belum menikah dan mereka dapat hidup lebih lama/panjang umur (Stutzer & Frey, 2006).

Ada berbagai macam alasan mengapa seseorang memilih untuk menikah, diantaranya ialah adanya pengakuan secara sah menurut hukum, terpenuhinya


(16)

kebutuhan biologis, emosional, spiritual, religi, ekonomi atau secara sederhana untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan memperoleh keturunan. Fungsi penting dari pernikahan secara sosial ialah saling berbagi dan adanya rasa aman (Fatima & Ajmal, 2012).

Dari beragamnya alasan yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan seseorang menikah adalah memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan dalam pernikahan merupakan hal yang diinginkan oleh semua pasangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stutzer dan Frey (2006) yang menunjukkan bahwa orang yang telah menikah itu lebih bahagia dibandingkan orang yang belum menikah dan orang yang bercerai. Selain itu penelitian lain tentang pengaruh pernikahan terhadap kebahagiaan juga menunjukkan bahwa tingkatan kebahagiaan orang yang telah menikah lebih tinggi dibandingkan orang yang belum menikah, dengan studi penelitian di berbagai negara dan pada periode waktu yang berbeda pula (dalam Stutzer & Fray, 2006)).

Pada kenyataannya tidak semua orang menikah memperoleh kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan data perceraian di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Wakil Menteri Agama, Nasarudin Umar (2013) mengatakan angka perceraian di Tanah Air mencapai 212.000 kasus setiap tahunnya. Angka tersebut jauh meningkat dari 10 tahun yang lalu, dimana jumlah angka perceraian hanya sekitar 50.000 per tahun. Hampir 80% yang bercerai adalah rumah tangga yang berusia muda dan kebanyakan perceraianyang terjadi ialah cerai gugat. Selain itu berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Jakarta (2013) diperoleh jumlah kasus perceraian mencapai 10.175, dengan tingkat perceraian tertinggi


(17)

sejumlah 3.130 di wilayah Jakarta Timur dan tingkat perceraian terendah sejumlah 1.056 di Wilayah Jakarta Pusat.

Perceraian ini umumnya disebabkan oleh kondisi rumah tangga yang tidak bahagia. Ketidakbahagiaan ini dapat disebabkan oleh permasalahan komunikasi dan kurangnya kecerdasan emosional. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert (dalam Amato & Previti, 2003) yang menunjukkan bahwa secara konsisten permasalahan komunikasi memprediksi ketidakbahagiaan pasangan. Selain itu, ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol emosinya juga berimplikasi pada ketidakbahagiaan pasangan.

Sebaliknya jika pasangan dapat mengedepankan komunikasi efektif dan memiliki kecerdasan emosional, tujuan pernikahan untuk memperoleh kebahagiaan dapat dirasakan oleh pasangan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Batool dan Khalid (2012), yang menjelaskan bahwa pernikahan yang sehat itu bukan berarti bebas dari konflik, melainkan pasangan suami istri tersebut mampu mencari jalan keluar yang efektif atas permasalahan yang mereka hadapi. Sejalan dengan hal tersebut, Thomas (dalam Batool & Khalid, 2012) menjelaskan bahwa penyelesaian efektif tersebut dapat membawa ketenangan ketika terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat serta dapat bersikap asertif dan saling bekerja sama.

Dalam konteks komunikasi efektif, ditemukan sebuah penelitian yang dilakukan oleh. Al-Othman (2011) yang meneliti tentang kebahagiaan pasangan di Sharjah Emirate. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh jenis kelamin, pendidikan, laporan kesehatan diri, religiusitas, dan komunikasi efektif terhadap


(18)

kebahagiaan pasangan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi sangat kuat dalam menentukan kebahagiaan pasangan sedangkan variabel lainnya memiliki hubungan yang rendah terhadap kebahagiaan pernikahan.

Selain itu, Canary dan Stafford (2002) mengutarakan lima aspek komunikasi efektif serta Canary dan Zelley (dalam Punyanunt-Carter, 2004) menambahkan dua aspek komunikasi efektif yang memperkuat keromantisan hubungan pernikahan. Lima diantaranya ialah positivity, openness, assurance, social networking, sharing task. Dua aspek lainnya yaitu conflict management

dan advice.

Selain komunikasi efektif, kecerdasan emosional juga diprediksi mempengaruhi kebahagiaan pasangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Batool dan Khalid (2012) yang menjadikan kecerdasan emosional sebagai prediktor kualitas pernikahan pasangan di Pakistan, yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki 48% varians dalam penyesuaian pernikahan dan 56% bervariasi terhadap penyelesaian konflik. Furnham dan Christoforou (2007) juga menyatakan bahwa Emotional Intelligence

menjadi prediktor positif kebahagiaan dengan total varians 36%. Sejalan dengan hal itu, Furnham dan Petrides (dalam Furnham & Christoforou, 2007) memperoleh hasil bahwa,“Kecerdasan emosional menjadi prediktor kebahagiaan dengan total varians diatas 50%”.

Goleman, Boyatzis, dan McKee (dalam Batool & Khalid, 2012) menyatakan bahwa, “Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam menangani hubungannya dengan orang lain”. Dalam suatu hubungan


(19)

pernikahan, pasangan tersebut saling berbagi perasaan dan emosi cinta, benci, marah, takut dan mampu menjalin hubungan dengan baik.

Berdasarkan fenomena di atas dan pemaparan penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka perlu suatu pembatasan masalah. Adapun pokok permasalahan yang menjadi batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diantaranya kecerdasan emosional dan komunikasi efektif. Adapun penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut sebagai berikut:

1. Kebahagiaan pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada kondisi perasaan positif pasangan suami istri yang diperoleh dari kemampuan mereka dalam memelihara, merespon dan mendukung satu sama lain.

2. Komunikasi efektif yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada komunikasi antar pasangan yang meliputi pemberian saran, komitmen, penanganan masalah, keterbukaan, perilaku positif, interaksi sosial dan pembagian tugas.


(20)

3. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan untuk menerima emosi sendiri, mengaplikasikannya, memahami emosi sendiri dan pasangan serta mengatur emosi dalam berinteraksi.

4. Subjek penelitian bertempat tinggal di Kelurahan Kebon Kacang dan Kebon Melati Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek positivity dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek openness dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek assurance dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek social networking dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek sharing task dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek conflict management dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.


(21)

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek advice dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri?.

9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek penerimaan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri ?. 10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek penggunaan emosi dari

variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri ?. 11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek pemahaman emosidari

variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri ?. 12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek pengaturan emosidari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri ?. 1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan penelitian ini ialah :

a. Untuk menguji pengaruh komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

b. Untuk menguji pengaruh aspek positivity dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

c. Untuk menguji pengaruh aspek openness dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

d. Untuk menguji pengaruh aspek assurance dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

e. Untuk menguji pengaruh aspek social networking dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.


(22)

f. Untuk menguji pengaruh aspek sharing task dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

g. Untuk menguji pengaruh aspek conflict management dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

h. Untuk menguji pengaruh aspek advice dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

i. Untuk menguji pengaruh aspek penerimaan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

j. Untuk menguji pengaruh aspek penggunaan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

k. Untuk menguji pengaruh aspek pemahaman emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

l. Untuk menguji pengaruh aspek pengaturan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

1.3.2 Manfaat penelitian ini dilihat dari segi teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ranah psikologi, terutama ranah psikologi keluarga serta memberikan informasi bagi pembaca yang berniat melakukan penelitian mengenai pengaruh komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan.

b. Bagi subjek diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pasangan suami istri agar dapat mengatur komunikasi efektif dan mengontrol emosi dengan baik untuk mecapai kebahagiaan.


(23)

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Efektif dan Kecerdasan Emosional terhadap Kebahagiaan Pasangan Suami Istri” terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab 1. Pendahuluan

Bab pendahuluan memuat empat sub bab yaitu latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab 2. Kajian Teori

Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu kebahagiaan pernikahan, komunikasi efektif dan kecerdasan emosional. Selanjutnya dipaparkan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab 3. Metode Penelitian

Bab ini berisi uraian tentang populasi dan sampel termasuk teknik sampling, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk dan hasilnya, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

Bab 4. Hasil Penelitian

Pada bab ini, penulis menguraikan gambaran subjek penelitian, deskripsi data, analisis data dan hasil uji hipotesis. Deskripsi data dilengkapi dengan tabel-tabel. Bab 5. Kesimpulan, Diskusi dan Saran


(24)

10

LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Kebahagiaan Pernikahan

2.1.1 Definisi Kebahagiaan Pernikahan

Menurut Gottman (1999) kebahagiaan pernikahan didasari pada rasa saling menghormati satu sama lain, mengetahui dengan baik apa-apa yang pasangan sukai dan tidak pasangan sukai, mengetahui kepribadian pasangan, harapan dan mimpi pasangan, serta passangan tersebut mampu mengekspresikan dengan baik hal-hal yang mereka inginkan.

Gottman dan Notarius (2002) menjelaskan kebahagiaan pernikahan berarti pasangan memfokuskan diri pada hal-hal positif yang ada pada diri pasangannya. Schoen (2002) menjelaskan kebahagiaan pernikahan sebagai tingkatan kepuasan yang dirasakan individu dalam pernikahan.

Selanjutnya Adams, Jones, Rusbult dan Buunk (dalam Zhang & Tsang, 2012) menjelaskan bahwa kebahagiaan pernikahan diasosiasikan dengan kekuatan perasaan yang dirasakan oleh pasangan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan pernikahan adalah kondisi perasaan positif pasangan suami istri yang diperoleh dari kemampuan mereka dalam memelihara, merespon dan mendukung satu sama lain. Dimana indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang didasari pada teori Gottman (1999).


(25)

2.1.2 Aspek-aspek Kebahagiaan Pernikahan

Aspek kebahagiaan pernikahan menurut Gottman (1999), terdiri atas 4 aspek, diantaranya:

1. Friendship and Intimacy a. Love Maps

Love maps berfungsi untuk melindungi pernikahan. Karena pasangan suami istri telah menjaga dengan baik kebiasaaan dan telah sungguh-sungguh menyadari kondisi perasaan dan pikiran pasangannya.

b. Fondness and Admiration

Fondness and admiration merupakan kebiasaan berfikir yang positif terhadap karakter pasangan.

c. Turning toward or Away

Turning toward or away didasari pada kondisi emosional, percintaan dan kehidupan seksual yang baik.

d. Emotional Distance and Loneliness

Emotional Distance and Loneliness adalah kesalahan dasar yang dapat menyebabkan munculnya kesalahan secara menyeluruh.

2. Conflict

a. Harsh Strat-up

Kondisi ini terjadi ketika istri merasa tidak direspon dengan baik oleh pasangannya, mengeluh dan mudah marah.


(26)

b. The four Horsemen

mengidentifikasikan empat jenis konflik negatif yang terjadi pada pasangan. Empat jenis konflik tersebut ialah kritikan, penghinaan, pertahanan diri dan diam seribu bahasa.

c. Gridlock on Perceptual Issues

Pada bagian ini dijelaskan bahwa mimpi-mimpi antar pasangan dapat menjadi penyebab munculnya konflik.

d. Accepting Influence

Merupakan sikap dan kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan cara memfokuskan perhatian pada pasangannya.

e. Compromise

Kompromi dapat membantu pasangan suami istri menemukan kedamaian setelah konflik terjadi.

3. Conflict Processes a. Flooding

Flooding ialah sifat negatif yang dimiliki oleh pasangan suami istri.

b. Negative Sentimen Override

Segala hal yang diterima oleh pasangan suami istri, ditafsirkan secara negatif.

c. Effective Repair Attempts


(27)

4. Meaning

a. Shared Meaning Rituals

Shared meaning rituals merupakan salah satu komponen spiritual yang berfungsi untuk menciptakan makna kebersamaan hidup.

b. Shared Meaning Roles

Shared meaning roles berkaitan dengan peran yang dimainkan oleh suami istri, yang dapat memunculkan keharmonisan, kebermaknaan dan ketegangan.

c. Shared Meaning Goals

Tujuan adalah perolehan/pencapaian yang diinginkan oleh pasangan suami istri dalam kehidupan berumah tangga.

d. Shared Meaning Symbol

Simbol merupakan salah satu komponen spiritual yang menyangkut kepercayaan dan nilai-nilai.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Pernikahan

Menurut Al-Othman (2011) faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan adalah komunikasi efektif. Hal ini diperoleh dari hasil peneliannya mengenai pengaruh jenis kelamin, pendidikan, laporan kesehatan diri, religiusitas, dan komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan. Hasilnya menunjukkan bahwa komunikasi efektif sangat kuat dalam menentukan kebahagiaan pernikahan dibandingkan variabel lainnya.

Faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan adalah kecerdasan emosional. Menurut Furnham dan Christoforou (2007) kecerdasan emosional menjadi prediktor positif kebahagiaan dengan total varians 36%.


(28)

Menurut Hurlock (1980) faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan adalah sebagai berikut:

1. Penyesuaian diri dengan pasangan

Masalah penyesuaian yang paling pokok yang pertama kali dihadapi oleh keluarga adalah penyesuaian terhadap pasangan. Dalam perkawinan hubungan

interpersonal memainkan peran penting karena di dalamnya terdapat keruwetan oleh berbagai faktor yang tidak biasa timbul dalam dalam bidang kehidupan individual. Dalam penyesuaian perkawinan yang baik adalah kesanggupan dan kemampuan pasangan untuk berhubungan dengan mesra, saling memberi dan saling menerima cinta.

2. Penyesuaian seksual

Masalah penyesuaian utama yang kedua dalam perkawinan adalah penyesuaian seksual. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab munculnya pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila tidak dapat dicapai dengan memuaskan. Hal ini biasanya terjadi, ketika pasangan tersebut belum mempunyai cukup pengalaman awal yang berhubungan dengan seksual.

3. Penyesuaian keuangan

Masalah penyesuaian ketiga dalam hidup perkawinan adalah keuangan. Minimnya uang akan mempengaruhi penyesuaian diri orang dewasa terhadap perkawinan. Misalnya akibat dari pengalaman premarital, banyak istri tersinggung karena tidak dapat mengendalikan uang yang dipergunakan untuk kelangsungan hidup


(29)

keluarga dan mereka akan kesulitan untuk menyesuaikan kondisi keuangannya karena telah terbiasa membelanjakan uang sesuka hatinya.

4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan

Masalah penyesuaian yang keempat adalah penyesuian diri dengan keluarga dan anggota keluarga pasangan. Dengan perkawinan, setiap orang dewasa akan secara otomatis memperoleh sekelompok keluarga. Sekelompok keluarga itu terdiri dari banyak perbedaan baik dari segi pendidikan, sosial dan latar belakang, sehingga pasangan tersebut harus mempelajari dan menyesuaikan diri satu sama lain agar tercipta hubungan yang baik.

Faktor pengaruh kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi efektif yang merupakan hasil temuan Al-Othman (2012) dan kecerdasan emosional yang merupakan hasil temuan Furnhman dan Christoforou (2007).

2.1.4 Skala Pengukuran Kebahagiaan Pernikahan 1. Skala Kebahagiaan Pernikahan

Alat ukur ini merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh penulis meliputi perasaan positif pada beberapa aspek penentu kebahagiaan menurut Gottman (1999). Aspek tersebut meliputi Friendship and Intimacy, conflict dan meaning. 2. Marital Happiness

Alat ukur ini dikembangkan oleh Johnson, White, Edwards, dan Booth (dalam Frisco dan Williams, 2003). Terdiri dari 11 item dengan rentang skala berjumlah tiga (Sangat bahagia, agak bahagia, tidak bahagia).


(30)

3. Marital Happiness Scale (MHS)

Alat ukur ini dikembangkan oleh Azrin dan Jones (1973). Terdiri dari 10 aspek kebahagiaan pasangan suami istri, meliputi: household responsibility, Rearing of children, Social activities, Money, Communication, Sex, Akademic (or occupational) progress, Personal independence, Spouse independence, General happiness.

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala kebahagiaan pernikahan yang dikembangkan oleh penulis meliputi perasaan positif pada beberapa aspek penentu kebahagiaan menurut Gottman (1999). Aspek-aspek tersebut meliputi Friendship and Intimacy, conflict dan meaning.

2.2 Komunikasi Efektif

2.2.1 Definisi Komunikasi Efektif

Pada definisi komunikasi efektif ini Canary dan Stafford (dalam Kidenda, 2002) mendefinisikan komunikasi efektif sebagai tindakan dan kegiatan yang digunakan untuk mempertahankan hubungan sesuai dengan apa yang diinginkan. Implikasi dari tindakan ini dikonseptualisasikan dengan perilaku strategis dan rutin yang mencakup komunikasi verbal dan nonverbal.

Fitzpatrick dan koleganya (dalam Varnhorn, 2010) menjelaskan pentingnya konsep komunikasi dalam keluarga. Ia mencatat bahwa setidaknya ada dua hal yang dibutuhkan dalam membangun komunikasi keluarga yaitu

intersubjektivitas dan interaktivitas. Intersubjektivitas mengarah kesadaran bersama mengenai hubungan dan interaktivitas mengarah pada bentuk simbol dan penapsiran.


(31)

Selanjutnya (Osakinle dan Okafor, 2013) mengemukakan bahwa komunikasi efektif dapat terjadi ketika si penerima dapat memahami dengan baik informasi yang diberikan oleh pengirim.

Komunikasi efektif berfokus pada kemampuan pasangan untuk memberikan informasi atau pesan kepada pasangannnya satu sama lain dan menentukan siapa yang berbicara dan siapa yang mendengarkan (Animasahun & Oladeni, 2012 )

Berdasarkan uraian definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi efektif adalah suatu penyampaian informasi yang dilakukan oleh komunikator baik secara verbal maupun nonverbal kepada komunikan demi tercapainya tujuan bersama.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori Canary & Stafford (dalam Kidenda, 2002) yang mendefinisikan komunikasi efektif sebagai tindakan dan kegiatan yang digunakan untuk mempertahankan hubungan sesuai dengan apa yang diinginkan. Implikasi dari tindakan ini dikonseptualisasikan dengan perilaku strategis dan rutin yang mencakup komunikasi verbal dan nonverbal.

2.2.2 Aspek-aspek Komunikasi Efektif

Terdapat tujuh aspek komunikasi efektif. Lima diantaranya diutarakan oleh Canary dan Stafford (2002). Dua aspek lainnya diutarakan oleh Canary dan Zelley (dalam Punyanunt-Carter, 2004). Lima aspek komunikasi efektif tersebut, diantaranya:


(32)

1. Positivity

Positivity ialah perilaku sopan santun, menyenangkan, baik, tidak mengkritik yang dijalankan oleh suami istri selama proses perbincangan berlangsung.

2. Openness

Openness berarti diskusi langsung yang dilakukan oleh pasangan suami istri secara terbuka mengenai pikiran dan perasaan mereka.

3. Assurance

Assurance adalah komitmen yang dijalankan oleh pasangan suami istri dalam menjalin suatu hubungan.

4. Social Networking

Social networking berarti menjalin hubungan baik dengan pasangan (keluarga) dan rekan-rekan.

5. Sharing tasks

Sharing tasks berarti menjaga hubungan dengan cara bertanggung jawab atas tugas/peran yang dijalankan sebagai suami istri.

Canary dan Zelley (dalam Punyanunt-Carter, 2004) menambahkan dua aspek komunikasi efektif, yakni Conflict management dan advice:

6. Conflict management

Conflict management berfokus pada bagaimana bentuk penanganan yang akan dilakukan pasangan ketika mengalami perselisihan pendapat dan perbedaan pandangan.


(33)

7. Advice

Advice merupakan nasihat yang dijalankan oleh pasangan suami istri dalam berumah tangga.

2.2.3 Skala pengukuran komunikasi efektif 1. Skala Komunikasi Efektif

Merupakan adaptasi dari skala Canary & Stafford (2002) dan Canary dan Zelley ((dalam Punyanunt-Carter, 2004). Aspek-aspek tersebut meliputi positivity

openness, assurance,social networking, sharing tasks, conflictmanagement.

2. CommunicationPatternQuestionnaire

Communication pattern questionnaire (CPQ) dikembangkan oleh Christensen dan Sullaway (dalam Smith, Ciarrochi, Heaven, (2008)) terdiri dari 35 item pengukuran self-report yang digunakan untuk menilai pola-pola komunikasi pasangan suami istri. Mengukur tiga indikator di dalamnya, mutual avoidance, mutual constructive communication dan man demand woman withdraw; woman demand man withdraw.

3. Willingness to Communication Scale (WTC)

Merupakan alat ukur komunikasi yang yang dikembangkan oleh McCrosky (1992), terdiri dari 20 item dan didesain untuk mengukur secara langsung kecendrungan responden terhadap approaching atau avoiding dalam berkomunikasi.

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala komunikasi efektif yang merupakan adaptasi dari skala Canary & Stafford (2002) dan Canary dan Zelley ((dalam Punyanunt-Carter, 2004). Aspek-aspek tersebut meliputi


(34)

positivity openness, assurance, social networking, sharing tasks, conflict management, advice.

2.2.4 Pengaruh Komunikasi Efektif Terhadap Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami Istri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Othman (2011) yang meneliti tentang kebahagiaan pasangan di Sharjah Emirate memperoleh hasil bahwa komunikasi sangat kuat dalam menentukan kebahagiaan pasangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert (dalam Amato dan Previti, 2003) yang menunjukkan bahwa secara konsisten permasalahan komunikasi memprediksi ketidakbahagiaan pasangan. Artinya jika dalam suatu kehidupan rumah tangga, pasangan dapat menjaga komunikasi dengan baik, kebahagiaan pasangan tersebut dapat diperoleh.

Hal ini sejalan dengan pemaparan komunikasi efektif oleh Canary & Stafford (2002) yang mengutarakan lima aspek komunikasi efektif dan Canary & Zelley (dalam Punyanunt-Carter, 2004) menambahkan dua aspek komunikasi efektif yang dapat memperkuat keromantisan hubungan pernikahan. Lima diantaranya ialah positivity, openness,assurance, social networking, sharing task.

dua starategi lainnya yaitu conflict management dan advice. 2.3 Kecerdasan emosional

2.3.1 Definisi kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menerima emosi, mengaksesnya ke dalam pikiran, mengunakan emosi tersebut, memahami emosi sendiri dan orang lain serta mengatur emosi. (Mayer & Salovey (dalam Caruso, 2002))


(35)

Salovey dan Grewal (2005) menjelaskan kecerdasan emosional menjadikan seseorang mampu memunculkan perasaannya guna mencari sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengendalikan kehidupan sosial.

Menurut Bar-On (dalam Batool dan Khalid, 2012) kecerdasan emosi ialah berpusat pada pemahaman yang efektif mengenai diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan baik dengan orang lain, beradaptasi dan meniru daerah sekitarnya untuk menjalin hubungan yang baik/sukses. Fitness (dalam Batool dan Khalid, 2012) kecerdasan emosional itu merupakan hal penting dalam suatu hubungan pernikahan, khususnya untuk pencapaian kebahagiaan.

Goleman (2000) menggambarkan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.

Dari uraian definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami kondisi emosi, menggunakannya dan mengatur emosi yang dirasakan demi terciptanya suatu hubungan yang baik.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Mayer & Salovey (dalam Caruso, 2002), yang menjelaskan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menerima emosi, mengaksesnya ke dalam pikiran, menggunakan emosi tersebut, memahami emosi sendiri dan orang lain serta mengatur emosi.

2.3.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional


(36)

1. Penerimaan emosi

Penerimaan emosi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi kondisi emosi secara benar yang dimulai dengan adanya kesadaran akan kondisi emosi tersebut. 2. Penggunaan emosi

Penggunaan emosi adalah kemampuan untuk menggunakan emosi yang dialami dengan menggabungkan / menyatu-padukan perasaan ke dalam pikiran. Dalam memperoleh informasi, using digunakan untuk menyelesaikan masalah.

3. Pemahaman emosi

Pemahaman emosi adalah kemampuan untuk memahami penyebab-penyebab munculnya emosi.

4. Pengaturan emosiPengaturan emosi adalah kemampuan untuk mengontrol dengan baik kondisi emosi sendiri.

Goleman (1998) membagi aspek kecerdasan emosional menjadi lima komponen, yaitu :

1. Mengenali emosi sendiri

Kemampuan untuk memahami emosi sendiri merupakan hal yang penting dalam aspek kecerdasan emosional. Kesadaran emosi dapat memberikan seseorang pandai dalam mengambil keputusan mengenai nila-nilai, tujuan dan misi hidupnya.

2. Mengelola emosi

Mengelola emosi berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu mengontrol kondisi emosinya dan membantu seseorang dalam menentukan hidupnya.


(37)

3. Memotivasi diri sendiri

Memotivasi diri sendiri berarti pada pencapaian dan pengejaran tujuan yang diinginkan. Dengan motivasi yang tinggi seseorang dapat mencapai tujuan baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama.

4. Mengenali emosi orang lain

Empati berarti paham dan peka terhadap perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan keadaan orang lain. Termasuk di dalamnya memahami keadaan orang lain, kondisi emosi orang lain serta mengetahui apa yang orang lain butuhkan.

5. Membina hubungan

Membina hubungan berarti menginspirasi, mempengaruhi kepercayaan dan perasaan, mengembangkan kemampuan orang lain, serta menyelesaikan masalah bersama.

Aspek-aspek kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek menurut Caruso (2002) yaitu: penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi.

2.3.3 Skala Pengukuran Kecerdasan Emosional 1. Mayer, Salovey-Caruso Test Battery (Caruso, 2002)

Adalah alat ukur yang terdiri dari empat aspek kecerdasan emosional yaitu penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi. Jumlah item dalam alat ukur ini ialah 35 item dengan empat skala item (Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).


(38)

2. The Schutte Emotional Intelligence Scale

Merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Schutte dan et.al (2001) terdiri dari 5 skala penilaian dengan jumlah item sebanyak 33 item. Mengukur empat aspek kecerdasan emosional, yaitu perceive, understand, regulate dan harness emotions. 3. Bar-On Emotional Quotient Inventory (EQ-i)

Alat ukur ini dikembangkan oleh Bar-On (dalam Conte, 2005). Terdiri dari 133 item yang mengukur lima aspek kecerdasan emosi: intrapersonal, interpersonal, adaptability, general mood dan stress management.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah MSCEIT (Caruso, 2002) yang mengukur penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi.

2.3.4 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kebahagiaan Pernikahan Pasangan Suami Istri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syeda Syahida Batool dan Ruhi Khalid yang menjadikan kecerdasan emosional sebagai prediktor kualitas pernikahan pasangan di Pakistan menunjukkan bahwa, kecerdasan emosional memiliki 48% varians dalam penyesuaian pernikahan dan 56% bervariasi terhadap penyelesaian konflik. Adwan Furnham dan Irene Christoforou (2007) juga menyatakan bahwa

Emotional Intelligence menjadi prediktor positif kebahagiaan dengan total varians 36%. Sejalan dengan hal itu, Furnham dan Petrides (dalam Furnham & Christoforou, 2007) memperoleh hasil bahwa, “Kecerdasan emosional menjadi prediktor kebahagiaan dengan total varians diatas 50%”.


(39)

2.4 Kerangka Berpikir

Menikah adalah ikatan lahir batin seorang laki-laki dan perempuan untuk mencapai tujuan utama yaitu kebahagiaan. Dengan menikah seseorang akan memperoleh beragam manfaat baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Pada kenyataannya tidak semua orang yang menikah memperoleh kebahagiaan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terbukti pada semakin meningkatnya angka perceraian setiap tahunnya.

Perceraian ini umumnya disebabkan oleh kondisi rumah tangga yang tidak bahagia. Ketidakbahagiaan ini dapat disebabkan oleh permasalahan komunikasi dan kurangnya kecerdasan emosional. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert (dalam Amato dan Previti, 2003) yang menunjukkan bahwa secara konsisten permasalahan komunikasi memprediksi ketidakbahagiaan pasangan. Ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol emosinya juga berimplikasi pada ketidakbahagiaan pasangan.

Beda halnya jika pasangan mengedepankan komunikasi efektif dan memiliki kecerdasan emosional, maka tujuan pernikahan pasangan dalam memperoleh kebahagiaan dapat terwujud. Dengan terjalinnya komunikasi efektif, kedua pasangan dapat memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangganya, karena komunikasi merupakan kunci suksesnya suatu hubungan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Othman (2011) yang meneliti tentang kebahagiaan pasangan di Sharjah Emirate. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh jenis kelamin, pendidikan, laporan kesehatan diri, religiusitas, dan


(40)

komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi sangat kuat dalam menentukan kebahagiaan pasangan sedangkan variabel lainnya memiliki hubungan yang rendah terhadap kebahagiaan pasangan. Terdapat tujuh aspek komunikasi efektif yang perlu diperhatikan, seperti advice, assurance, positivity, openness, social networking

dan sharing task.

Faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan adalah kecerdasan emosional. Dalam hubungan pernikahan, kecerdasan emosional sangatlah dibutuhkan, seperti kemampuan untuk mengidentifikasikan kondisi emosi yang dialami, menyadari, mengolah dan memahami kondisi emosional. Dengan keempat aspek ini maka pasangan suami istri dapat saling memahami dan tidak mengedepankan egonya masing-masing. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Furnham dan Christoforou (2007) yang menyatakan bahwa

Emotional Intelligence menjadi prediktor positif kebahagiaan dengan total varians 36%.

Kerangka berpikir seperti dipaparkan di atas selanjutnya dapat dilihat pada bagan berikut:


(41)

Komunikasi Efektif

Kecerdasan Emosional

Gambar 2.1 Pengaruh komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri.

Positivity

Openness

Social Networking Assurance

Sharing Task

Conflict

Advice

Pengaturan Emosi Penerimaan Emosi

Penggunaan Emosi

Pemahaman Emosi

Kebahagiaan

Pernikahan


(42)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis mayor :

Terdapat pengaruh signifikan dari aspek komunikasi efektif (positivity, openness, assurance, sharing task, networking, conflict management, advice) dan kecerdasan emosional (penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi) terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri Hipotesis minor :

H1: Terdapat pengaruh signifikan aspek positivity dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H2:Terdapat pengaruh signifikan aspek openness dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H3:Terdapat pengaruh signifikan aspek assurance dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H4:Terdapat pengaruh signifikan aspek social networking dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H5:Terdapat pengaruh yang signifikan aspek sharing tasks dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H6:Terdapat pengaruh signifikan aspek conflict maangement dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H7:Terdapat pengaruh signifikan aspek advice dari variabel komunikasi efektif terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.


(43)

H8:Terdapat pengaruh signifikan aspek penerimaan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H9:Terdapat pengaruh signifikan aspek penggunaan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H10:Terdapat pengaruh signifikan aspek pemahaman emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.

H11:Terdapat pengaruh signifikan aspek pengaturan emosi dari variabel kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan suami istri.


(44)

30

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan populasi dan sampel penelitian, teknik sampling, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk dan hasilnya serta teknik analisis data.

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah suami dan istri yang tinggal di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.

3.1.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah suami dan istri yang telah menikah dan bertempat tinggal di Kelurahan Kebon Kacang dan Kebon Melati. Jumlah sampel yang digunakan adalah 400 orang yang terdiri dari 200 suami dan 200 istri.

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

nonprobability sampling yaitu dengan accidental sampling dimana teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010).


(45)

3.2 Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variable).

Adapun variabel-variabel tersebut adalah :

a. Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel kebahagiaan pernikahan. b. Variabel bebas (independent variable), yaitu aspek-aspek dari:

- Komunikasi efektif: (advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing tasks)

- Kecerdasan emosional: penerimaan emosi, penggunaan emsoi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Kebahagiaan Pernikahan : kondisi perasaan positif pasangan suami istri yang diperoleh dari kemampuan mereka dalam memelihara, merespon dan mendukung satu sama lain. Secara operasional diukur dengan skala kebahagiaan pernikahan yang dikembangkan oleh penulis meliputi perasaan positif pada beberapa aspek penentu kebahagiaan menurut Gottman (1999). Aspek tersebut meliputi

Friendship and Intimacy, conflict dan meaning.

2. Komunikasi Efektif : tindakan dan kegiatan yang digunakan untuk mempertahankan hubungan sesuai dengan apa yang diinginkan. Implikasi dari tindakan ini dikonseptualisasikan dengan perilaku strategis dan rutin yang mencakup komunikasi verbal dan nonverbal (Canary & Stafford (dalam Kidenda,


(46)

2002)). Secara operasional diukur dengan skala komunikasi efektif yang merupakan adaptasi dari skala Canary & Stafford (2002) dan Canary & Zelley ((dalam Punyanunt-Carter, 2004). Aspek-aspek tersebut meliputi positivity

openness, assurance, social networking, sharing tasks, conflict management, advice.

3. Kecerdasan emosional menurut Mayer & Salovey (dalam Caruso, 2002) adalah kemampuan untuk menerima emosi, mengaksesnya ke dalam pikiran, menggunakan emosi tersebut, memahami emosi sendiri dan orang lain serta mengatur emosi. Secara operasional diukur dengan skala kecerdasan emosional yang merupakan adaptasi dari Caruso (2002). Aspek tersebut meliputi penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi.

3.3 Instrumen Penelitian 3.3.1 Teknik pengambilan data

Teknik pengambilan data menggunakan self inventory yang berupa kuesioner dengan tiga bentuk skala pernyataan yaitu skala kebahagiaan pernikahan, komunikasi efektif dan kecerdasan emosional.

3.3.2 Alat ukur penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala dan kuesioner yang terdiri dari :

1. Skala Kebahagiaan pernikahan

Kebahagiaan pernikahan diukur dengan skala kebahagiaan pasangan yang dikembangkan oleh penulis meliputi perasaan positif pada beberapa aspek penentu kebahagiaan menurut Gottman (1999). Item yang digunakan ialah


(47)

item-item yang berkaitan dengan kondisi perasaan positif, yang berjumlah 10 item-item dengan adaptasi dan modifikasi skala. Jenis skala yang digunakan dalam bentuk skala likert (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju).

Tabel 3.1

Blueprint Skala Kebahagiaan Pernikahan Emosi positif berkaitan dengan

aspek: Emosi positif berkaitan dengan indikator:

Item

Jlh Fav

Un-fav Persahabatan dan kerukunan. Rasa suka dan rasa kagum 1,2 2

Kondisi emosional dan percintaan yang baik 3 1 Kesalahan yang bersifat dasar. 4,5 2

Konflik Pengolahan emosi saat marah 6 1

Persoalan persepsi 7,8 2

Kebermaknaan Berbagi makna kebersamaan 9,10 2

Jumlah 10

2. Skala Komunikasi Efektif

Skala yang digunakan adalah skala komunikasi efektif yang merupakan adaptasi dari skala Canary & Stafford (2002) dan Canary dan Zelley ((dalam Punyanunt-Carter, 2004). Aspek-aspek tersebut meliputi positivity openness, assurance, social networking, sharing tasks, conflict management, advice. Jumlah item pada skala ini adalah 14 item dengan adaptasi dan modifikasi skala.

Tabel 3.2

Blueprint Skala Komunikasi Efektif

Aspek Indikator

No

Jlh Fav

Un-fav Positivity Perilaku sopan santun, menyenangkan, baik yang dilakukan oleh

pasangan suami istri selama proses perbincangan berlangsung. 7, 8 2 Openness Diskusi langsung yang dilakukan oleh pasangan suami istri

secara terbuka mengenai pikiran dan perasaan mereka. 3, 4 2 Assurance Komitmen yang dijalankan oleh pasangan suami istri. 1, 2 2 Networking Berarti menjalin hubungan baik dengan pasangan dan rekan

kerja. 13 14 2

Sharing task Menjaga hubungan dengan cara menjalankan tugas rumah tangga 11, 12 2 Conflict

management

Berfokus pada bagaimana bentuk penanganan yang dilakukan

pasangan ketika mengalami perbedaan pendapat. 5, 6 2 Advice Nasihat yang dijalankan oleh pasangan suami istri. 9, 10 2


(48)

3. Skala Kecerdasan Emosional

Mayer, Salovey-Caruso Test Battery (Caruso, 2002) adalah alat ukur kecerdasan emosional yang mengukur empat aspek kecerdasan emosional, yaitu penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi. Jumlah item kecerdasan emosional sebanyak 16 item yang telah diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan sampel penelitian.

Tabel 3.3

Blueprint Skala Kecerdasan Emosional

Dimensi Indikator No Jumlah

Fav Unfav Penerimaan emosi Kemapuan pasangan untuk

menerima emosi yang ada pada dirinya.

1, 2, 3, 4 4

Penggunaan emosi Kemampuan pasangan dalam menggunakan emosi yang ia rasakan

5, 6, 7, 8 4

Pemahaman emosi Kemampuan pasangan dalam memahami kondisi emosi yang ada pada dirinya dan pasangan

9, 10, 11, 12 4

Pengaturan emosi Kemampuan seseorang dalam mengatur kondisi emosi yang ada.

13, 14, 15, 16 4

Jumlah 16

3.3 Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

3.3.1 Uji Validitas Konstruk Skala Kebahagiaan Pernikahan

Dalam sub bab ini pertama-tama peneliti menguji apakah 10 item yang ada pada kebehagiaan pernikahan bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur kebahagiaan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan chi-square = 358.60, df = 35, P-value = 0.000, RMSEA =0.152. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan beberapa kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square


(49)

= 33.00, df = 24, P-value = 0.10412, RMSEA = 0.031. Nilai chi-square

menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model bersifat satu faktor (unidimensional) di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kebahagiaan pernikahan.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.4. Tabel 3.4

Muatan Faktor Item Kebahagiaan Pernikahan

No Item Koefisien Standar Eror T-Value Sig

1 0.91 0.05 17.51 V

2 0.72 0.05 13.33 V

3 0.47 0.06 8.38 V

4 0.40 0.06 6.97 V

5 0.74 0.06 12.04 V

6 0.40 0.06 6.46 V

7 0.63 0.05 11.49 V

8 0.64 0.06 11.05 V

9 0.55 0.06 9.99 V

10 0.53 0.05 9.58 V

Keterangan: tanda V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Berdasarkan pada muatan faktor dan t-value, setiap item pada tabel di atas signifikan. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor tiap item kebahagiaan pernikahan positif dan t-value > 1.96. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya. Dengan demikian semua item tersebut akan diikutsertakan dalam analisis perhitungan berikut.

3.3.2 Uji Validitas Konstruk Skala Komunikasi Efektif

Pada skala komunikasi efektif, terdapat tujuh dimensi yang dalam proses pengujiannya menggunakan multifaktor. Artinya ke tujuh dimensi ini hanya


(50)

mengukur satu variabel yaitu komunikasi efektif. Ke tujuh dimensi tersebut yaitu

assurance, openness, conflict management, positivity, advice, sharing task, social networking.

Dari hasil awal analisa CFA yang dilakukan dengan model multifaktor, diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 45.81 , df = 37 , P-Value = 0.15170 , RMSEA = 0.024. sehingga dapat diartikan seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu komunikasi efektif.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Komunikasi Efektif

No Standardized Solution Koef Std Eror

T-Value Sig DIM-1 DIM-2 DIM-3 DIM-4 DIM-5 DIM-6 DIM-7

1 0.78* - - - 1.00

*

V

2 0.85 - - - 1.08 0.07 14.51 V

3 - 0.84* - - - 1.00

*

V

4 - 0.89 - - - 1.06 0.06 18.62 V

5 - - 0.84 - - - - 1.00

*

V

6 - - 0.68 - - - - 0.81 0.07 11.06 V

7 - - - 0.72 - - - 1.00

*

V

8 - - - 0.92 - - - 1.28 0.09 14.08 V

9 - - - - 0.78 - - 1.00

*

V

10 - - - - 0.78 - - 1.00 0.06 15.68 V

11 - - - 0.67 - 1.00

*

V

12 - - - 0.63 - 0.94 0.09 10.63 V

13 - - - 1.00 1.00

*

V

14 - - - 1.47 1.47 0.47 3.16 V Keterangan:DIM1: Assurance, DIM2: Openness DIM3: Conflict management

DIM4: Positivity, DIM5: Advice, DIM6: Sharing task, DIM7: Social Networking

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, dapat dilihat bahwa item-item tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran


(51)

dengan item lainnya. Dengan demikian semua item tersebut akan diikutsertakan dalam analisis berikut.

3.3.3 Uji Validitas Konstruk Skala Kecerdasan Emosional

Pada skala kecerdasan emosional terdiri dari empat dimensi, yaitu Penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi, pengaturan emosi di mana total item untuk semua dimensi berjumlah 16.

1. Penerimaan emosi

Dari hasil awal analisa CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 0.00 , df = 0 , P-Value = 1.0000 , RMSEA = 0.00. sehingga dapat diartikan seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Kecerdasan emosional dari aspek penerimaan emosi. Berikut ini adalah tabel muatan faktor item penerimaan emosi.

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Penerimaan Emosi

No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.93 0.06 15.15 V

2 0.67 0.06 11.91 V

3 0.49 0.07 7.14 V

4 0.50 0.05 9.26 V

Keterangan2 : tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, dapat dilihat bahwa item-item tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya. Dengan demikian semua item tersebut akan diikutsertakan dalam analisis berikut.


(52)

2. Penggunaan emosi

Dari hasil awal analisa CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 0.43, df = 2, P-Value = 0.80682, RMSEA = 0.00. Sehingga dapat diartikan seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Kecerdasan emosional dari aspek penggunaan emosi. Berikut ini adalah tabel muatan faktor item penggunaan emosi. Berikut ini adalah tabel muatan faktor item penggunaan emosi.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Penggunaan Emosi

No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.56 0.06 8.73 V

2 0.39 0.06 6.34 V

3 0.46 0.06 7.48 V

4 0.68 0.07 10.01 V

Keterangan2 : tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.7 di atas, dapat dilihat bahwa item-item tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya. Dengan demikian semua item tersebut akan diikutsertakan dalam analisis berikutnya.

3. Pemahaman emosi

Dari hasil awal analisa CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 0.16, df = 1, P-Value = 0.69097, RMSEA = 0.00. Sehingga dapat diartikan seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Kecerdasan emosional dari aspek pemahaman emosi. Berikut ini adalah tabel muatan faktor item pemahaman emosi.


(53)

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Pemahaman Emosi

No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.49 0.07 6.90 V

2 1.20 0.13 8.91 V

3 0.34 0.06 5.51 V

4 0.29 0.05 5.39 V

Keterangan2 : tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.8 di atas, dapat dilihat bahwa tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya. Dengan demikian semua item tersebut akan diikutsertakan dalam analisis berikutnya.

4. Pengaturan emosi

Dari hasil awal analisa CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 0.37, df = 1, P-Value = 0.54116, RMSEA = 0.00. sehingga dapat diartikan seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kecerdasan emosional dari aspek pengaturan emosi. Berikut ini adalah tabel muatan faktor item.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Pengaturan Emosi

No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikan

1 0.27 0.07 3.74 V

2 0.39 0.09 4.30 V

3 1.28 0.26 5.03 V

4 0.91 0.20 4.62 V

Keterangan2 : tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, dapat dilihat bahwa item-item tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran korelasi antar item, tidak ada


(54)

item-item yang menunjukkan lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya. Dengan demikian semua item tersebut akan diikutsertakan dalam analisis berikutnya.

3.5 Teknik Analisis Data

1) Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan

Confirmatory Factor Analysis atau CFA, untuk melihat validitas konstruk tiap item serta menguji struktur faktor yang diturunkan secara teoritis.

2) Dalam hal ini, yang dimaksud dengan teori adalah bahwa seluruh item bersifat mengukur satu hal yang sama (unidimensional) yaitu konstruk besar yang dimaksud untuk diukur. Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang digunakan untuk mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja tanpa mengurangi informasi yang berarti. Dan akan memungkinkan item yang tidak valid akan dibuang dan yang valid akan dihitung dan digunakan dalam penelitian.

3) Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur, peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik regresi berganda atau multiple regression


(55)

dengan lebih dari satu variabel bebas. Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini adalah:

Keterangan :

Y : Dependent Variable (DV) yang dalam hal ini adalah kebahagiaan pasangan a : Konstan, b : Koefisien regresi, X1 : Advice, X2 : Assurance, X3 :Conflict

Management, X4 : Openness, X5 : Positivity, X6 : Social Networking, X7 : Sharing Task, X8 : Penerimaan Emosi, X9 : Penggunaan Emosi, X10 : Pemahaman Emosi, X11 : Pengaturan Emosi, e : Residu

Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi berganda antara kebahagiaan pasangan dengan aspek komunikasi efektif dan kecerdasan emosional. Besarnya kemungkinan kebahagiaan yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R2 merupakan proporsi varian dari kebahagiaan pasangan yang dijelaskan oleh komunikasi efektif dan kecerdasan emosional. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut :

�2=�����

���

Dari analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, di antaranya:

Y’ = a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ b

3

X

3

+ b

4

X

4

+ b

5

X

5

+ b

6

X

6

+ b

7

X

7

+b

8

X

8+

b

9

X

9+


(56)

1. R2, yang menunjukkan proporsi varians (persentase varian) dari variabel kebahagiaan pasangan yang bisa diterangkan oleh variabel komunikasi efektif dan kecerdasan emosional.

2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien regresi yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari komunikasi efektif dan kecerdasan emosional.

3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang besarannya tingkat kebahagiaan pasangan jika komunikasi efektif dan kecerdasan emosional diketahui.

Kemudian untuk membuktikan apakah regresi kebahagiaan pasangan pada komunikasi efektif dan kecerdasan emosional signifikan, maka digunakan uji F. Dari hasil uji F yang dilakukan, dapat dilihat apakah komunikasi efektif dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan pasangan dengan rumus sebagai berikut :

�=

�2

� �

(1− �2)

(� − � −1)

Keterangan:

k = banyak IV (independent variable) N = ukuran sampel

Selanjutnya, hipotesis minor dianalisa melalui penjelasan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan yang diberikan komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan, caranya adalah dengan dilakukan uji


(57)

koefisien regresi dari tiap independent variable (IV) dan dependent variable (DV) yang dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan komunikasi efektif dan kecerdasan emosional terhadap kebahagiaan pasangan,secara dimensional atau parsial.

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah sebuah independent variable (IV) memberikan kontribusi terhadap dependent variable (DV). Sebelum didapatkan nilai t dari tiap independent variable (IV), harus didapat terlebih dahulu nilai

standard error of estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapatkan Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Uji t akan dilakukan sebanyak sebelas kali sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan menggunakan rumusan sebagai berikut :

�=�

Di mana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error of estimate dari b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan nantinya.


(58)

44

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, dipaparkan hasil penelitian yang meliputi, gambaran subjek penelitian, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis, pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varians. 4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 400 orang yang terdiri dari 200 suami dan 200 istri yang tinggal di Kelurahan Kebon Kacang dan Kebon Melati Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Pada tabel 4.1 digambarkan hasil statistik deskriptif dari variabel dalam penelitian ini yang berisi nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi (SD). Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KEBAHAGIAANPERNIKAHAN 400 16.25 67.56 50.0000 9.04313 ADVICE 400 7.42 67.00 50.0000 10.00007 ASSURANCE 400 11.79 63.05 50.0000 9.99976 CONFLICTMANAGE 400 8.03 67.34 50.0000 9.99938 OPENNESS 400 16.42 64.85 50.0000 10.00020 POSITIVITY 400 7.83 69.35 50.0000 9.99861 SOCIALNETWORK 400 33.55 78.09 50.0000 10.00179 SHARINGTASK 400 5.19 65.49 50.0000 10.00018 PENERIMAANEMOSI 400 20.29 66.48 50.0000 8.30496 PENGGUNAANEMOSI 400 20.74 69.35 50.0000 7.42000 PEMAHAMANEMOSI 400 12.57 69.68 50.0000 9.14642 PENGATURANEMOSI 400 17.43 68.47 50.0000 8.25629 Valid N (listwise) 400


(59)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai maksimum tertinggi berada pada aspek social networking, sebesar 78.09 dan nilai minimun tertendah berada pada aspek aspek sharing task, sebesar 5.19.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori, skor variabel penelitian yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai berikut: Tabel 4.2

Pedoman Interpretasi Skor

Kategorisasi Rumus

Tinggi X ≥ Mean + 1SD

Sedang M – 1SD ≤ X ≤ M + 1SD

Rendah X ≤ Mean – 1SD

Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase kategori untuk masing-masing variabel. Variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen terdiri dari variabel kebahagiaan pernikahan pasangan. Variabel independen terdiri atas dua variabel yaitu komunikasi efektif dan kecerdasan emosional. Komunikasi efektif meliputi advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing task.

Kecerdasan emosional meliputi penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi. Sehingga total keseluruhan variabel yang dapat diketahui kategorisasinya berjumlah dua belas variabel. Kategorisasi pada variabel penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.


(60)

Tabel 4.3

Kategorisasi Variabel Penelitian

Kategori Frequency Percent Cumulative Percent

Kebahagiaan T 177 44.2 44.2

S 28 6.8 6.8

R 195 49 100

Total 400 100

Advice T 62 15.5 15.5

S 292 73 73

R 46 11.5 100

Total 400 100

Assurance T 99 24.7 24.7

S 244 61 61

R 57 14.3 100

Total 400 100

Conflict Management T 49 12.2 12.2

S 294 73.5 73.5

R 57 14.3 100

Total 400 100

Openness T 72 18 18

S 289 72.2 72.2

R 39 9.8 100

Total 400 100

Positivity T 40 10 10

S 282 70.5 70.5

R 78 19.5 100

Total 400 100

Social Nteworking T 65 16.2 16.2

S 290 72.3 72.3

R 45 11.5 100

Total 400 100

Sharing Task T 67 16.7 16.7

S 283 70.8 70.8

R 50 12.5 100

Total 400 100

Penerimaan emosi T 89 22.2 22.2

S 274 68.5 68.5

R 37 9.3 100

Total 400 100

Penggunaan emosi T 62 15.5 15.5

S 277 69.2 69.2

R 61 15.3 100

Total 400 100

Pemahaman emosi T 92 23 23

S 200 50 50

R 108 27 100

Total 400 100

Pengaturan emosi T 60 15.2 15.2

S 287 71.8 71.8

R 53 13 100

Total 400 100 Keterangan : T = Tinggi, S = Sedang, R = Rendah,

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa 44.2% partisipan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, 6.8% partisipan berada pada kategori sedang dan 49% partisipan berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat kebahagiaan partisipan berada pada kategori rendah. Hal ini


(61)

menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki tingkat kebahagiaan yang rendah.

Selanjutnya pada aspek komunikasi efektif terdapat tujuh variabel yang diteliti, yaitu advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing task. Pada variabel advice diketahui bahwa sebesar 15.5% partisipan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, 73% berada pada kategori sedang dan 11.5% berada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat advice partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini sudah maksimal dalam memberikan nasihat satu sama lain.

Variabel kedua pada komunikasi efektif adalah assurance. Sebesar 24.7% berada pada kategori tinggi, 61% berada pada kategori sedang dan 14.3% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat assurance partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalin hubungan pernikahan.

Variabel ketiga yaitu variabel conflict management. Sebesar 12.2%, berada pada kategori tinggi, 73.5% berada pada kategori sedang dan 14.3 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada


(62)

umumnya tingkat conflict management partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang rendah dalam menyelesaikan masalah yang ada.

Variabel keempat yaitu openness. Sebesar 18% berada pada kategori tinggi, 72.2% berada pada kategori sedang dan 9.8% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat openness

partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi antar pasangan.

Variabel kelima yaitu positivity. Sebesar 10% berada pada kategori tinggi, 70.5% berada pada kategori sedang dan 19.5 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat positivity

partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki pemikiran positif yang rendah dalam berinteraksi dengan pasangannya.

Variabel keenam yaitu social networking. Sebesar 16.2% berada pada kategori tinggi, 72.3% berada pada kategori sedang dan 11.5% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat social networking partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika


(63)

dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki interaksi yang baik dengan pasangan dan rekan-rekan kerjanya.

Variabel terakhir dari aspek komunikasi efektif adalah sharing task,

Sebesar 16.7% berada pada kategori tinggi, 70.8% berada pada kategori sedang dan 12.5% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat sharing task partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan tugas rumah tangga.

Selanjutnya aspek kedua setelah komunikasi efektif adalah kecerdasan emosional, terdiri dari empat aspek, yaitu penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi. Pada variabel penerimaan emosi diketahui bahwa sebesar 22.2% partisipan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, 68.5% berada pada kategori sedang dan 9.3% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat penerimaan emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki kemampuan penerimaan emosi yang baik.


(64)

Variabel kedua yaitu penggunaan emosi. Sebesar 15.5% partisipan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, 69.2% berada pada kategori sedang dan 15.3% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat penggunaan emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi, meskipun selesihnya hanya 0.2 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini mampu menggunakan emosi yang dirasakan dengan baik.

Variabel ketiga yaitu pemahaman emosi. Sebesar 23% berada pada kategorisasi tinggi, 50% berada pada kategori sedang dan sebesar 27% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat pemahaman emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini kurang mampu memahami penyebab-penyebab munculnya emosi, baik pada dirinya sendiri maupun pasangannya.

Variabel terakhir yaitu pengaturan emosi. Sebesar 15.2% berada pada kategori tinggi, 71.8 berada pada kategori sedang dan 13% berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat pengaturan emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi.


(65)

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini sudah mampu mengontrol emosinya dengan baik.

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV). Analisis dilakukan dengan teknik Multiple Regression. Data yang dianalisi diantaranya faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan penggunaan faktor skor adalah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.

Pada tahapan ini teknik yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda menggunakan software SPSS 17.0. Dalam regresi ada 3 hal yang perlu dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable (DV) yang dijelaskan oleh independent variable (IV). Kedua uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Ketiga untuk melihat persamaan regresi yang digunakan untuk melihat prediksi besaran tingkat kebahagiaan pasangan jika variabel independennya diketahui. Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Model Summary Analisis Regresi

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .640a .410 .393 7.04350

a. Predictors: (Constant), PENGATURANEMOSI, SOCIALNETWORK, CONFLICTMANAGE, POSITIVITY, SHARINGTASK, PEMAHAMANEMOSI, ASSURANCE, PENGGUNAANEMOSI, PENERIMAANEMOSI, ADVICE, OPENNESS


(66)

Dari tabel 4.4, dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.410 atau 41%. Artinya proporsi varians dari kebahagiaan pasangan yang dapat dijelaskan oleh semua independent variable adalah sebesar 41%, sisanya, 59% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ikut diukur dalam penelitian ini.

Selanjutnya dianalisis dampak dari seluruh independent variable (IV) terhadap kebahagiaan pasangan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5

Tabel ANOVA pengaruh keseluruhan IV terhadap DV

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 13380.470 11 1216.406 24.519 .000a Residual 19249.023 388 49.611

Total 32629.493 399

a. Predictors: (Constant), PENGATURANEMOSI, SOCIALNETWORK,

CONFLICTMANAGE, POSITIVITY, SHARINGTASK, PEMAHAMANEMOSI, ASSURANCE, PENGGUNAANEMOSI, PENERIMAANEMOSI, ADVICE, OPENNESS

b. Dependent Variable: KEBAHAGIAANPERNIKAHAN

Jika dilihat pada bagian kolom sig, dapat diketahui nilai (p < 0.05), maka hipotesis nol ditolak. Oleh karena itu hipotesis nihil mayor yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel komunikasi efektif (advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing task) dan variabel kecerdasan emosional (penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi) terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri ditolak.


(67)

Tabel 4.6

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) 10.792 3.697 .004

ADVICE .116 .048 .128 .015

ASSURANCE .258 .046 .285 .000

CONFLICTMANAGE .015 .044 .016 .738

OPENNESS .118 .053 .131 .026

POSITIVITY .051 .044 .057 .240

SOCIALNETWORK -.014 .036 -.015 .706

SHARINGTASK .089 .043 .099 .040

PENERIMAANEMOSI .138 .057 .127 .016 PENGGUNAANEMOSI .095 .062 .078 .130 PEMAHAMANEMOSI -.101 .046 -.102 .029 PENGATURANEMOSI .018 .052 .016 .729

a. Dependent Variable: KEBAHAGIAANPERNIKAHAN

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan persamaan regresinya sebagai berikut.

Kebahagiaan Pasangan’ = 10.792 + 0.116 Advice + 0.258 Assurance + 0.015

Conflict Management + 0.118 Openness + 0.051

Positivity – 0.014 Social networking + 0.089 Sharing Task + 0.138 pemahaman emosi + 0.095 penggunaan emosi – 0.101 pemahaman emosi + 0.108 pengaturan emosi.

Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada nilai sig pada kolom di atas, jika sig< 0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap kebahagiaan pasangan dan sebaliknya. Dari hasil di atas terdapat enam koefisien regresi yang signifikan pengaruhnya terhadap kebahagiaan pasangan, yaitu advice, assurance, openness,


(68)

sharing task, penerimaan emosi, pemahaman emosi sedangkan sisanya tidak signifikan. Hal ini menyatakan hanya enam independent variable (IV) dari 11 variabel yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variable (IV) adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien regresi sebesar 0.116 pada variabel advice dengan nilai sig

sebesar 0.015 (sig < 0.05), yang berarti bahwa advice secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Artinya, semakin intens pasangan memberikan nasihat satu sama lain maka semakin tinggi tingkat kebahagiaan pernikahannya.

2. Nilai koefisien regresi sebesar 0.258 pada variabel assurance dengan nilai sig

sebesar 0.000 (sig < 0.05), yang berarti bahwa assurance secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Artinya, semakin tinggi komitmen yang dijalankan oleh pasangan maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaannya.

3. Nilai koefisien regresi sebesar 0.015 pada variabel conflict management

dengan nilai sig sebesar 0.738 (sig > 0.05), yang berarti bahwa conflict management tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.

4. Nilai koefisien regresi sebesar 0.118 pada variabel openness dengan nilai sig

sebesar 0.026 (sig < 0.05), yang berarti bahwa openness secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Artinya, semakin tinggi tingkat keterbukaan terhadap pasangan, maka semakin tinggi tingkat kebahagiaannya.


(1)

baik.

16 Saya memiliki cara tersendiri untuk menasehati pasangan saya.


(2)

LAMPIRAN


(3)

(4)

3. Path Diagram Kecerdasan Emosional a. Perceiving Emotions


(5)

c. Understanding Emotions


(6)