Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

umumnya tingkat conflict management partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang rendah dalam menyelesaikan masalah yang ada. Variabel keempat yaitu openness. Sebesar 18 berada pada kategori tinggi, 72.2 berada pada kategori sedang dan 9.8 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat openness partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi antar pasangan. Variabel kelima yaitu positivity. Sebesar 10 berada pada kategori tinggi, 70.5 berada pada kategori sedang dan 19.5 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat positivity partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki pemikiran positif yang rendah dalam berinteraksi dengan pasangannya. Variabel keenam yaitu social networking. Sebesar 16.2 berada pada kategori tinggi, 72.3 berada pada kategori sedang dan 11.5 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat social networking partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki interaksi yang baik dengan pasangan dan rekan-rekan kerjanya. Variabel terakhir dari aspek komunikasi efektif adalah sharing task, Sebesar 16.7 berada pada kategori tinggi, 70.8 berada pada kategori sedang dan 12.5 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat sharing task partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan tugas rumah tangga. Selanjutnya aspek kedua setelah komunikasi efektif adalah kecerdasan emosional, terdiri dari empat aspek, yaitu penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi. Pada variabel penerimaan emosi diketahui bahwa sebesar 22.2 partisipan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, 68.5 berada pada kategori sedang dan 9.3 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat penerimaan emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini memiliki kemampuan penerimaan emosi yang baik. Variabel kedua yaitu penggunaan emosi. Sebesar 15.5 partisipan dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi, 69.2 berada pada kategori sedang dan 15.3 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat penggunaan emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi, meskipun selesihnya hanya 0.2 . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini mampu menggunakan emosi yang dirasakan dengan baik. Variabel ketiga yaitu pemahaman emosi. Sebesar 23 berada pada kategorisasi tinggi, 50 berada pada kategori sedang dan sebesar 27 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat pemahaman emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini kurang mampu memahami penyebab-penyebab munculnya emosi, baik pada dirinya sendiri maupun pasangannya. Variabel terakhir yaitu pengaturan emosi. Sebesar 15.2 berada pada kategori tinggi, 71.8 berada pada kategori sedang dan 13 berada pada kategori rendah. Dari pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa pada umumnya tingkat pengaturan emosi partisipan berada pada kategori sedang. Namun, jika dilihat dari tingkat tinggi dan rendahnya yang paling dominan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian ini sudah mampu mengontrol emosinya dengan baik.

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing independent variable IV terhadap dependent variable DV. Analisis dilakukan dengan teknik Multiple Regression. Data yang dianalisi diantaranya faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan penggunaan faktor skor adalah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran. Pada tahapan ini teknik yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda menggunakan software SPSS 17.0. Dalam regresi ada 3 hal yang perlu dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen varians dependent variable DV yang dijelaskan oleh independent variable IV. Kedua uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Ketiga untuk melihat persamaan regresi yang digunakan untuk melihat prediksi besaran tingkat kebahagiaan pasangan jika variabel independennya diketahui. Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Model Summary Analisis Regresi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .640 a .410 .393 7.04350 a. Predictors: Constant, PENGATURANEMOSI, SOCIALNETWORK, CONFLICTMANAGE, POSITIVITY, SHARINGTASK, PEMAHAMANEMOSI, ASSURANCE, PENGGUNAANEMOSI, PENERIMAANEMOSI, ADVICE, OPENNESS Dari tabel 4.4, dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.410 atau 41. Artinya proporsi varians dari kebahagiaan pasangan yang dapat dijelaskan oleh semua independent variable adalah sebesar 41, sisanya, 59 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ikut diukur dalam penelitian ini. Selanjutnya dianalisis dampak dari seluruh independent variable IV terhadap kebahagiaan pasangan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Tabel ANOVA pengaruh keseluruhan IV terhadap DV Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 13380.470 11 1216.406 24.519 .000 a Residual 19249.023 388 49.611 Total 32629.493 399 a. Predictors: Constant, PENGATURANEMOSI, SOCIALNETWORK, CONFLICTMANAGE, POSITIVITY, SHARINGTASK, PEMAHAMANEMOSI, ASSURANCE, PENGGUNAANEMOSI, PENERIMAANEMOSI, ADVICE, OPENNESS b. Dependent Variable: KEBAHAGIAANPERNIKAHAN Jika dilihat pada bagian kolom sig, dapat diketahui nilai p 0.05, maka hipotesis nol ditolak. Oleh karena itu hipotesis nihil mayor yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel komunikasi efektif advice, assurance, conflict management, openness, positivity, social networking, sharing task dan variabel kecerdasan emosional penerimaan emosi, penggunaan emosi, pemahaman emosi dan pengaturan emosi terhadap kebahagiaan pernikahan pasangan suami istri ditolak. Tabel 4.6 Koefisien Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 10.792 3.697 .004 ADVICE .116 .048 .128 .015 ASSURANCE .258 .046 .285 .000 CONFLICTMANAGE .015 .044 .016 .738 OPENNESS .118 .053 .131 .026 POSITIVITY .051 .044 .057 .240 SOCIALNETWORK -.014 .036 -.015 .706 SHARINGTASK .089 .043 .099 .040 PENERIMAANEMOSI .138 .057 .127 .016 PENGGUNAANEMOSI .095 .062 .078 .130 PEMAHAMANEMOSI -.101 .046 -.102 .029 PENGATURANEMOSI .018 .052 .016 .729 a. Dependent Variable: KEBAHAGIAANPERNIKAHAN Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat disimpulkan persamaan regresinya sebagai berikut. Kebahagiaan Pasangan’ = 10.792 + 0.116 Advice + 0.258 Assurance + 0.015 Conflict Management + 0.118 Openness + 0.051 Positivity – 0.014 Social networking + 0.089 Sharing Task + 0.138 pemahaman emosi + 0.095 penggunaan emosi – 0.101 pemahaman emosi + 0.108 pengaturan emosi. Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada nilai sig pada kolom di atas, jika sig 0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap kebahagiaan pasangan dan sebaliknya. Dari hasil di atas terdapat enam koefisien regresi yang signifikan pengaruhnya terhadap kebahagiaan pasangan, yaitu advice, assurance, openness, sharing task, penerimaan emosi, pemahaman emosi sedangkan sisanya tidak signifikan. Hal ini menyatakan hanya enam independent variable IV dari 11 variabel yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variable IV adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien regresi sebesar 0.116 pada variabel advice dengan nilai sig sebesar 0.015 sig 0.05, yang berarti bahwa advice secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Artinya, semakin intens pasangan memberikan nasihat satu sama lain maka semakin tinggi tingkat kebahagiaan pernikahannya. 2. Nilai koefisien regresi sebesar 0.258 pada variabel assurance dengan nilai sig sebesar 0.000 sig 0.05, yang berarti bahwa assurance secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Artinya, semakin tinggi komitmen yang dijalankan oleh pasangan maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaannya. 3. Nilai koefisien regresi sebesar 0.015 pada variabel conflict management dengan nilai sig sebesar 0.738 sig 0.05, yang berarti bahwa conflict management tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. 4. Nilai koefisien regresi sebesar 0.118 pada variabel openness dengan nilai sig sebesar 0.026 sig 0.05, yang berarti bahwa openness secara positif memiliki pengaruh signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Artinya, semakin tinggi tingkat keterbukaan terhadap pasangan, maka semakin tinggi tingkat kebahagiaannya.